Ceramah Master Cheng Yen: Bersatu Mendukung Pencapaian Bersama

“Dia selalu mengerjakannya sehari penuh. Kami mengerjakannya setengah hari, tetapi dia selalu tinggal untuk melanjutkan. Kami kagum padamu,” ujar Changhua, anak dari Su Jia-zheng. Su Jia-zheng mengalami penyakit degeneratif saraf yang hanya dapat berjalan dengan alat bantu, tetapi masih giat menjadi relawan daur ulang.

“Dia ingin melakukan sebanyak mungkin. Ibu, Ibu Mertua, dan Nenek pergi satu per satu dalam lima bulan. Setelah Ibu tiada, Ayah selalu berada di posko daur ulang. Jadi, posko daur ulang bagaikan rumah kedua saya,” tambah Changhua.

Jika kita memanfaatkan waktu setiap hari, akan ada "tiga bulan" yang tak terbatas, termasuk kehidupan mendatang, untuk menjalin jodoh dalam Dharma. Saat batas usia fisik ini tiba, tubuh ini akan berhenti berfungsi. Semua ini adalah keberadaan semu di dunia. Atas semua yang semu ini, apa lagi yang hendak kita cari?

Mengenai hukum alam, apa lagi yang hendak kita selidiki? Yang terpenting ialah proses hidup kita. Akankah kita hidup dalam kesesatan? Atau sebaliknya, di dalam kehidupan ini, kita dapat bertemu ajaran Buddha sehingga kita memahami dengan jelas bahwa di dalam kehidupan ini, terdapat sebuah jalan kehidupan abadi, yaitu pengamatan terhadap kebenaran sejati.

 

Kebenaran ini adalah Jalan Tengah. Jalan Tengah adalah kebenaran. Meski kebenaran bersifat tanpa nama, tetapi kita membutuhkan nama di dunia ini. Buddha sendiri juga memiliki nama. Saat masih kecil, Beliau adalah Siddhartha. Setelah mencapai pencerahan, orang-orang menyebut-Nya Buddha atau Yang Dijunjung. Inilah proses kehidupan, selalu memiliki nama atau sebutan. Namun, kita hanya meminjam nama ini sebagai bagian dari hukum alam.

Lihatlah, Buddha disebut Buddha. Buddha telah menyatu dengan kebenaran alam semesta. Dengan kesadaran dan pengetahuan-Nya, tiada satu pun di dunia ini yang tak diketahui-Nya. Beliau memahami semuanya. Jiwa kebijaksanaan-Nya telah tumbuh sempurna.

Jiwa kebijaksanaan pada hakikatnya ada dalam diri setiap orang. Beliau yang telah menyadari jiwa kebijaksanaan ini disebut mencapai kebuddhaan. Setelah mencapai kebuddhaan, jiwa kebijaksanaan tidak timbul dan tidak lenyap. Inilah yang harus kita pahami, yakni Jalan Tengah atau kebenaran sejati. Dalam hidup ini, jika kita tidak mengenal kebenaran dan tidak sungguh-sungguh memahaminya, kehidupan kita akan berlalu sia-sia dan berakhir begitu saja.

“Dahulu saya pernah tersesat. Saya terus mengejar materi secara membuta. Saya tidak bijaksana, penuh kegelapan batin. Saya berpikir bahwa mengasihi diri sendiri berarti mengenakan pakaian bagus, membeli pakaian, dan mengenakan perhiasan. Namun, di dunia Tzu Chi, tidak ada yang seperti ini. Jika seperti ini, mungkin malah ditertawakan,” kata Wang Yu-zhu, relawan Tzu Chi.

 

“Kini saya juga bertanya-tanya mengapa dahulu saya begitu bodoh dan harus membeli pakaian-pakaian itu. Setelah mempelajari ajaran Buddha, saya merasa itu sangat menakutkan. Saya merasa dahulu saya telah tersesat,” tambah Wang Yu-zhu.

Manusia hanya mengejar tren. Jadi, sebelum dan sesudah mempelajari ajaran Buddha merupakan dua dunia yang berbeda.

“Sekarang saya tidak begitu lagi. Sekarang saya tidak menyia-nyiakan waktu dan bersumbangsih dengan sungguh-sungguh. Saya tidak lagi menghamburkan uang. Menghamburkan uang berarti menghabiskan berkah. Saya seakan menemukan di mana letak nilai kehidupan,” tambahnya lagi.

Kita harus melatih diri. Dalam proses pelatihan diri, kita mengikis kegelapan dan noda batin. Sebelum benar-benar melatih diri, seperti sekarang ini, kemajuan spiritual kita sangat sedikit. Mengapa? Karena kita diliputi kegelapan batin dan noda batin. Saat menghadapi orang atau masalah, kita sangat mudah risau, marah, atau tamak. Selain itu, perasaan cinta dan benci bergejolak dalam batin kita. Inilah yang kita alami dalam keseharian. Ini disebut kegelapan batin.

Jadi, Buddha ingin mengajarkan kepada kita bahwa ada begitu banyak kegelapan dan noda batin serta berbagai Dharma untuk mengatasinya. Sudahkah kita menemukan cara yang tepat? Jika sudah, kita akan tercerahkan. Jika kita telah mengatasi satu noda batin kita, pemahaman kita juga akan bertambah satu. Setelah memahaminya, kita bukan semata-mata memahami, tetapi juga menyadarinya. Lebih jauh lagi, kebijaksanaan kita bertumbuh.

“Dahulu, saat senggang saya akan pergi ke pusat perbelanjaan. Saat melihat pakaian atau tas, jika tidak membeli, saya merasa ada yang kurang. Namun, setelah melakukan daur ulang, saya merasa tindakan saya itu tidak benar. Seperti Master yang akan tetap berceramah meski hanya satu dua orang yang mendengar, begitu pula, jika ada satu atau dua orang yang melakukan daur ulang, tetaplah bermanfaat. Saya mengharapkan doa dari semua orang agar kelak tempat ini bisa menjadi posko daur ulang,” kata Lin Mei-zhu, relawan Tzu Chi.


Sutra Bunga Teratai mengajarkan agar kita mewariskan Dharma. Setelah mendengar Dharma, kita harus menyelami dan memahaminya. Setelah memahaminya, kita juga dapat mewariskannya. Selain saya, setiap orang juga bisa mewariskannya dari generasi ke generasi. Inilah yang disebut tanpa ego. Kita harus sungguh-sungguh sadar. Seberapa luas langit dan alam semesta itu, seluas itu pulalah hendaknya kesadaran dan pemahaman kita akan kebenaran. Inilah hati seluas jagat raya. Jika di dalam hati kita hanya ada diri sendiri, ini bukanlah kasih sayang universal.

Kita harus berpadu dalam cinta kasih untuk mewujudkan dunia yang penuh kasih sayang. Bukankah ini yang selalu saya katakan? Kita semua harus saling mendampingi. Setelah menerima Dharma, kita harus meneruskannya kepada orang lain. Semua orang harus saling mendampingi. Jadi, kita harus membentangkan jalan dengan cinta kasih dan memperpanjang jalinan kasih sayang.

Cinta kasih dan jalinan kasih sayang ini, bukankah harus seluas alam semesta? Karena itu, tidak boleh kurang Anda seorang, juga tidak boleh kurang saya seorang. Untuk mencapai pencerahan, kita harus bersumbangsih demi manfaat semua makhluk.

Jika masih membeda-bedakan diri sendiri dan orang lain, berarti masih ada kegelapan batin dan kekuatan karma akibat noda batin. Jadi, kita hendaknya melatih diri di sini bukan demi kepentingan atau pencapaian pribadi.

Jalan Tengah dan kebenaran sejati harus kita pahami. Kita harus membuka hati dan saling mendukung. Ajaran Buddha sangat luas tak bertepi. Untuk memahami kebenaran, kita harus mendukung pencapaian bersama. Dengan demikian, barulah kita dapat memahami ajaran Kendaraan Tunggal serta membawa berkah dan kedamaian bagi dunia.

Cinta, benci, dan tamak merupakan noda batin
Mengatasi noda batin dengan Dharma di Jalan Tengah
Saling mendampingi dalam mewariskan Dharma dan membentangkan jalan
Bersatu mendukung pencapaian bersama

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 12 Oktober 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 14 Oktober 2019
Bertuturlah dengan kata yang baik, berpikirlah dengan niat yang baik, lakukanlah perbuatan yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -