Ceramah Master Cheng Yen: Bersumbangsih Bagi Sesama dan Menumbuhkan Jiwa Kebijaksanaan

Insan Tzu Chi di mana pun di seluruh dunia, selalu menginspirasi benih relawan lokal sehingga berakar dan berkembang di sana serta menjadi bagai pohon yang membawa keteduhan bagi yang membutuhkan. Kita telah mendengar dan melihat semua ini. Jadi, dibutuhkan adanya orang yang bersedia memikul tanggung jawab.

Di setiap tempat, asalkan ada  benih cinta kasih yang tumbuh dan berkembang seperti ini, maka orang-orang yang dalam kesulitan dan membutuhkan bantuan akan dapat terbantu oleh banyak relawan yang mengasihi mereka. Ini tentu sangat mengharukan. Untuk itu, dibutuhkan orang yang bersedia untuk bertekad memikul tanggung jawab. Dengan begitu, di setiap tempat dan di setiap waktu, interaksi antarmanusia akan lebih indah. Kekuatan cinta kasih juga akan meluas.

Kita juga melihat sekelompok anak di Malaysia. Kini kita memberi bantuan pendidikan bagi mereka. Mereka berasal dari suku Rohingya. Karena suatu kondisi tertentu, mereka harus mengikuti orang tua mereka untuk mengungsi ke negara itu. Kita juga melihat anak-anak yang lahir dan tumbuh di Mozambik. Sejak kecil hingga kini, mereka hidup di tengah kondisi sulit. Sebaliknya, di lingkungan tempat tinggal kita, bagaimana anak-anak kita hidup?

Kita hidup di dunia yang sama, di tempat yang berbeda-beda, di zaman yang sama. Namun, kondisinya bisa sangat berbeda dengan berbagai kisah yang berbeda pula. Namun, kita juga melihat anak-anak ini memiliki jalinan jodoh baik dan bertemu penolong. Orang-orang yang bertemu dengan kita tentu berjodoh dengan kita dan berkesempatan untuk memperoleh pertolongan. Begitu pula dengan anak-anak itu. Berhubung mereka telah bertemu kita, maka kita berkesempatan membantu mereka.

doc tzu chi indonesia

Baik di Kuala Lumpur maupun di Mozambik, kita melihat anak-anak yang hidup menderita. Asalkan kita membantu mereka, maka di dalam hidup mereka sudah tertanam benih Tzu Chi. Di Taiwan, kita juga melihat kekuatan cinta kasih. Relawan bersumbangsih tanpa mengenal usia. Kini kita melihat para lansia yang masih bersumbangsih bagi masyarakat. Relawan ini berusia lebih dari 70 tahun.

“Diri saya sendiri terus menua. Usia saya terus bertambah. Saya pensiun pada usia 60 tahun, tetapi saya tidak benar-benar pensiun. Saya terus mendampingi para lansia. Saya tetap memberi perawatan umum. Semakin lama berinteraksi dengan para lansia, minat saya semakin besar. Saya juga merasa bahwa para lansia ini kekurangan cinta kasih,” kata Chen Gui-zhu, Perawat RS Tzu Chi Guanshan.

Kaum muda desa ini banyak yang merantau demi mencari nafkah dan meninggalkan orang tua serta anak mereka di rumah. Kita terus mengajak para lansia di komunitas untuk ikut dalam kegiatan kita.

Asalkan berpartisipasi, sebentar  pun tak apa. Setengah jam pun tidak apa-apa. Kita membuat mereka memiliki kebiasaan ini. Tujuan terpenting saya adalah mencegah mereka menderita penyakit. Terbaring di tempat tidur karena sakit sangatlah kasihan.

doc tzu chi indonesia

Setelah pensiun pada usia 60 tahun, dia terus melayani hingga sekarang. Dia membimbing para lansia dengan penuh energi dan sangat baik. Pikirannya masih tajam, gerakannya juga cekatan. Banyak warga lanjut usia yang menjadi relawan di Tzu Chi.

“Segeralah melakukan sesuatu. Gerakan harus cepat sedikit, jika tidak orang lain akan mengambil kesempatan ini. Selama masih hidup, bahkan hingga seusia saya, saya tetap bersumbangsih selama masih bisa. Kita harus cepat sedikit. Begitulah pemikiran saya. Lebih banyaklah berbuat baik dan jangan berbuat jahat. Begitu saja,” ujar  Zhang Jin-cai, relawan Tzu Chi berusia 81 tahun.

“Anda merasa sudah berusia 80 tahun lebih?”

“Saya tidak merasa apa-apa. Apa pun saya lakukan. Saya bisa melakukannya,” kata Zhang Jin-cai.

Beberapa tahun lalu, di Taoyuan ada seorang relawan berusia 80 tahun lebih. Dia berkata kepada saya, "Master, saya menjadi ketua kelompok." Kamu adalah teladan bagi semua orang. Jadi, jika kamu yang meminta bantuan, orang lain akan segera datang.

“Ya, sekarang semua orang sudah berikrar untuk menjadi tangan kiri dan tangan kanan saya. Bagus kalau begitu. Baik, kamu harus mengulurkan ribuan tangan. Semua orang adalah perpanjangan tanganmu. Dengan begitu, kamu punya ribuan tangan. Semua orang bilang begitu. Jika saya ikut berkegiatan, mereka akan membantu sebagai tangan saya,” kata Zhang Wu Xiu, relawan Tzu Chi.

Baik, saya mendoakanmu.

(Terima kasih, Master)

Saat saya berkunjung ke Taoyuan, kebetulan saat itu kelompoknya menjadi tim konsumsi. Dia sendiri juga sibuk membantu di sana. Selepas makan siang, dia berbagi cerita. Dia berkata, "Master, setelah menyiapkan makan siang,  saya berangkat dan mengumpulkan tiga kereta barang daur ulang."

doc tzu chi indonesia

Begitulah relawan lansia Tzu Chi memaknai hidup. Mereka menghormati kehidupan mereka dan tidak menyia-nyiakan kehidupan ini. Mereka memanfaatkan kehidupan mereka untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Mereka sungguh-sungguh memanfaatkan waktu yang ada. Mereka memanfaatkan kehidupan mereka untuk menjalankan misi setiap hari serta menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Jadi, jiwa kebijaksanaan mereka bertumbuh.

Mereka bersyukur atas kehidupan mereka yang masih memiliki waktu dan kesehatan sehingga mereka masih dapat menjalankan misi yang membuat jiwa kebijaksanaan bertumbuh. Begini pulalah kebajikan dan kejahatan terakumulasi. Jika kita terus memupuk kebajikan, maka benih yang baik akan tersimpan di dalam kesadaran kedelapan kita yang juga disebut kesadaran karma. Apa pun tidak dapat dibawa serta, hanya karma yang terus mengikuti.

Karma akan terbawa ke kehidupan mendatang. Buah yang kita terima pada kehidupan ini juga sesuai dengan yang kita tanam pada kehidupan lampau. Jadi, kita harus sungguh-sungguh menghargai saat ini dan masa depan. Masa lalu sudah berlalu. Kita harus bersyukur atas yang kita perbuat di masa lalu sehingga kita memiliki jalinan jodoh ini. Kita harus menggenggam saat ini dan memanfaatkan kehidupan kita untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan dan menanam benih untuk kehidupan mendatang.

Kali ini, di Taipei saya juga melihat seorang relawan yang berusia 80 tahun. Hampir seluruh waktunya digunakan untuk menjadi relawan rumah sakit atau relawan daur ulang. Dia tidak pernah berhenti sehari pun. Dia juga tidak ketinggalan dalam kegiatan survei kasus. Dia juga akan menjadi ketua regu Xieli. Singkat kata, usia boleh bertambah, tetapi jangan merasa diri sudah tua. Jangan biarkan masyarakat masa kini menganggap lansia sebagai masalah. Lansia bukanlah masalah, bahkan lebih tidak bermasalah daripada kaum muda.

Singkat kata, meski usia sudah lanjut, kita tetap harus berjuang. Kita harus menjaga kesehatan kita. Jangan biarkan pikiran kita menjadi tumpul. Stamina harus tetap dijaga dan ditingkatkan. Yang terpenting, lakukan saja. Terima kasih.

Benih Tzu Chi terus berkembang di setiap tempat
Berusaha menolong orang-orang yang membutuhkan
Para lansia tetap berguna bagi masyarakat
Tetap berjiwa muda meski sudah lanjut usia

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 6 Januari 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 8 Januari 2018
Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -