Ceramah Master Cheng Yen: Bersumbangsih dengan Sukarela di Jalan Bodhisatwa

Saat saya melakukan telekonferensi kemarin, sekelompok relawan Tzu Chi datang ke Hualien, sedangkan yang lainnya berada di Douliu. Kedua kelompok ini mengikuti telekonferensi. Pertama-tama, mereka berkata bahwa akibat penyebaran wabah COVID-19, mereka menjadi jauh lebih sibuk. Mereka juga menggenggam kesempatan untuk melakukan survei kasus dan memasang pegangan bagi lansia.

“Bagaimana Anda pergi ke kamar kecil pada malam hari?”

“Saya menyalakan lampu di luar dan membiarkan pintu terbuka,” jawab Bapak Chen.

“Jadi, lampu di luar dinyalakan dan pintunya tidak ditutup?”

“Tekan ini, lampunya akan menyala,” kata Bapak Chen.

“Wah, terang sekali. Sangat leluasa. Dengan memegangnya, saya bisa mengerahkan tenaga.”

Relawan kita menjaga keselamatannya. Relawan kita memasang pegangan karena khawatir dia tergelincir. Relawan kita juga mendapati seorang penerima bantuan yang rumahnya bobrok dan atap rumahnya bocor. Karena itu, relawan kita memutuskan untuk memperbaiki rumahnya. Sekelompok anggota Tzu Cheng bersama-sama memperbaiki rumahnya serta mengganti bagian yang rusak dan lapuk. Relawan kita juga mengganti atap rumahnya dengan atap baru.

 

Melihat para relawan yang sudah berumur memanjat ke atap rumah, saya merasa sangat khawatir. Kemarin, saat mereka kembali untuk memberikan laporan, saya berkata, “Saya sangat tersentuh, tetapi tindakan kalian sangat berbahaya. Tindakan kalian membuat saya sangat khawatir, tetapi hasilnya membuat saya sangat tersentuh.”

Bodhisatwa tidak tega melihat semua makhluk menderita. Menapaki Jalan Bodhisatwa sangatlah sulit, tetapi mereka menapakinya dengan sukarela. Dalam sukarela ini terdapat rasa manis. Semua orang bersumbangsih dengan penuh sukacita. Rumah yang diperbaiki itu bagaikan rumah baru.

Di dunia Tzu Chi, para Bodhisatwa dunia tidak tega melihat semua makhluk menderita sehingga berusaha menuntaskan misi mereka. Insan Tzu Chi telah melenyapkan semua noda batin. Hati mereka penuh dengan semangat Bodhisatwa. Arah hidup mereka ialah bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia.

Jadi, para Bodhisatwa dunia menghimpun kekuatan untuk bersumbangsih seperti ini. Ini sungguh sangat menyentuh. Saat mendengar dan melihat laporan mereka, saya sungguh tidak bisa mendeskripsikan betapa tersentuhnya saya.

Di Douliu, para relawan di sana berkata, “Master, kemarilah. Mari kita kembali ke Douliu. Kami akan mengajak Master berkeliling.” Mereka pun mulai membawa saya melihat-lihat posko daur ulang kita di Douliu. Posko daur ulang itu sangat luas. Barang daur ulang disusun di rak-rak dengan rapi.

Ada lebih dari 50 relawan yang melakukan pemilahan di sana. Mereka juga mengumpulkan botol kaca yang merupakan pekerjaan berat. Mereka menjelaskan pada saya, “Botol kaca sangat murah dan tidak berharga. Namun, Master berkata bahwa kita melakukan daur ulang bukan demi uang, melainkan demi menjaga kelestarian lingkungan. Botol-botol ini tidak berharga sehingga tidak ada yang mau mengumpulkannya dan membuangnya di mana-mana hingga kotor dan digenangi air, lalu menjadi tempat nyamuk berkembang biak.” Karena itulah, relawan kita mengumpulkan botol-botol kaca.

 

Mengumpulkan botol kaca merupakan pekerjaan yang berat. Namun, demi menjaga kelestarian lingkungan, melindungi bumi, mencegah nyamuk berkembang biak, dan melindungi kesehatan masyarakat, relawan kita melakukannya dengan sukarela. Demikianlah misi pelestarian lingkungan kita. Saat relawan kita melakukan daur ulang, orang-orang yang melihatnya berkata, “Ini tidak berkaitan dengan relawan Tzu Chi. Ini adalah tanggung jawab pemerintah.”

Relawan kita berkata, “Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Melakukan daur ulang adalah tanggung jawab semua orang. Ini untuk menjaga kelestarian lingkungan kita. Sampah-sampah di sekitar rumah kita akan menjadi tempat nyamuk berkembang biak. Jadi, semua orang hendaknya bergerak untuk menjaga kebersihan lingkungan.”

Jadi, saat melakukan daur ulang, mereka juga berbagi Dharma dengan orang-orang. Mereka melakukan daur ulang sambil membimbing sesama. Mendengar laporan mereka kemarin, saya sangat tersentuh. Mereka juga sangat tekun mendengar Dharma. Mereka mengikuti ceramah saya setiap pagi. Dengan Dharma di dalam hati, mereka bisa mempraktikkannya untuk membimbing orang-orang.

Sesama saudara se-Dharma juga saling memperhatikan. Semua insan Tzu Chi bagaikan satu keluarga. Relawan yang lebih muda mencurahkan perhatian kepada relawan lansia. Saat relawan lansia melakukan daur ulang, mereka akan mendapat perhatian dari keluarga besar Tzu Chi. Karena itu, keselamatan mereka terjamin. Intinya, jika kita bisa menghapus noda batin, dunia kita akan sangat murni dan penuh cinta kasih. Para relawan daur ulang bukan hanya menjaga kebersihan bumi, tetapi juga menjaga kemurnian hati mereka. Tzu Chi sudah 30 tahun melakukan daur ulang.

 

Tiga puluh tahun yang lalu, tepatnya tanggal 23 Agustus, saya memberikan ceramah di Taichung. Karena suara tepuk tangan cukup mengganggu, saya berkata, “Gunakanlah kedua tangan yang bertepuk tangan untuk melakukan daur ulang.” Berawal dari kalimat itulah, kita melakukan daur ulang hingga kini, yakni 30 tahun kemudian. Gunakanlah kedua tangan yang bertepuk tangan untuk melakukan daur ulang.

Dengan melakukan daur ulang, kita dapat membersihkan barang-barang dari semua debu dan kotoran. Dengan mendaur ulang barang yang bisa didaur ulang, kita bisa mengurangi polusi udara dan menjaga kebersihan bumi. Jadi, mengurangi polusi udara dan melindungi bumi, inilah yang dilakukan oleh para relawan daur ulang Tzu Chi.

Bayangkanlah, pahala mereka sungguh tak terhingga. Saya sangat bersyukur. Selain bersumbangsih bagi makhluk yang menderita, mereka juga berusaha untuk melindungi bumi dari pencemaran dan menjernihkan udara. Jadi, mereka sungguh merupakan Bodhisatwa dunia. Saya sangat bersyukur dan tersentuh.

Bodhisatwa bekerja sama untuk melenyapkan penderitaan semua makhluk
Melatih diri bersama dan memperhatikan satu sama lain
Bersumbangsih dengan sukarela tanpa takut kotor dan aroma tidak sedap
Mempertahankan tekad 30 tahun lalu untuk melakukan daur ulang

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 2 Agustus 2020    
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 4 Agustus 2020       
Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia akan bisa berbahagia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -