Ceramah Master Cheng Yen: Giat Melatih Diri dan Belajar Menerima Pendapat Orang Lain

Relawan Tzu Chi di Kaohsiung membuat saya sangat tenang karena ada banyak teladan yang dibangun di sini. Teladan yang terbesar adalah berani mengemban tanggung jawab. Para relawan berani mengemban tanggung jawab sebagai ketua kelompok. Saya juga mendengar seorang relawan berkata, “Segala yang saya lakukan sepertinya selalu tidak benar.” Sesungguhnya bukan demikian. Ini karena setiap orang memiliki pendapat masing-masing.

Setiap orang memiliki pandangan masing-masing. Di dalam dunia penuh Lima Kekeruhan ini, ada salah satu kekeruhan yang disebut “kekeruhan pandangan”. Kekeruhan pandangan ini dimiliki oleh manusia awam. Kita semua adalah manusia awam. Justru karena kita adalah manusia awam,  maka kita harus meneladani Bodhisatwa.

Untuk meneladani Bodhisatwa, kita harus belajar untuk menjadi Bodhisatwa. Bodhisatwa ada di tengah umat manusia. Kita harus bersyukur karena dapat menjangkau orang-orang yang menderita dan menjadi guru yang tak diundang bagi orang lain.

Tahukah kalian dari mana semangat “guru tak diundang” ini berasal? Dari Sutra Makna Tanpa Batas. Guru tak diundang muncul dari dalam Sutra untuk berbelas kasih terhadap semua makhluk. Saat Bodhisatwa menunjukkan welas asihnya, tangannya menjangkau orang yang membutuhkan. Ketika satu tangan bergerak, ribuan tangan akan ikut terulur. Di mana kita mencari ribuan tangan?(Di tengah umat manusia?)

doc tzu chi

Bodhisatwa Avalokitesvara sangat penuh cinta kasih dan welas asih. Ketika satu tangan bergerak, ribuan tangan lain akan ikut terulur. Semangat Bodhisatwa Avalokitesvara dapat ditemukan di tengah umat manusia. Setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan dan bersedia bersumbangsih. Karena itu, kita harus berterima kasih kepada orang-orang yang ikut bersumbangsih.

Setiap orang hanya memiliki dua tangan. Namun, saat kedua tangan banyak orang bergabung, maka akan membentuk banyak tangan. Karena itu, kita harus senantiasa bersyukur dan berterima kasih kepada sesama. Dalam keseharian, kita menjalani hidup sebagai manusia biasa. Namun, pada saat dibutuhkan, kita harus mengembangkan sifat hakiki dan saling bekerja sama.

Kita semua hidup di tengah dunia yang penuh Lima Kekeruhan. Kita mengemban semangat ajaran Buddha untuk memberi manfaat bagi semua makhluk dan mengajarkan praktik Bodhisatwa. Selama sesuatu itu benar, maka kita lakukan saja. Di Tzu Chi, untuk mengajak orang-orang mendalami ajaran Buddha, kita memulainya lewat pintu misi amal. Setelah memilih jalan ini, kita harus bertanggung jawab terhadap diri sendiri.

Dalam menjalankan praktik Bodhisatwa, kita harus melakukan hal yang bermanfaat bagi semua makhluk.  Namun, tanpa kebijaksanaan, bagaimana cara kita memikul tanggung jawab? Untuk membina kebijaksanaan, kita harus membina karakter yang baik. Saya terus mengingatkan kalian untuk mempelajari sejarah Tzu Chi. Baik di Taiwan maupun di dunia internasional, kita telah memberikan banyak kontribusi. Namun, sebagai manusia awam, orang-orang berpikir seharusnya pendapat mereka yang dipakai.

“Aku” yang tak terhingga menghasilkan “pandangan” yang tak terhingga. Dengan begitu banyak pandangan, kita harus memilih yang tepat  dan bekerja sama dengan gembira. Kita harus melapangkan hati untuk mendengar dan mencatat pendapat semua orang. Setiap orang memiliki kelebihan masing-masing. Kita dapat menggunakan ide-ide yang sesuai. Ide baik yang tidak terpakai kali ini dapat kita pakai pada kesempatan berikutnya.

doc tzu chi

Kita harus menerima pendapat orang lain karena setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan dan kebijaksanaan. Jadi, setiap orang memiliki kelebihan masing-masing. Jadi, kita harus belajar melapangkan hati untuk menerima pendapat dari orang lain. Pendapat semua orang adalah benar. Kita jangan mengatakan pendapat orang lain salah. Pendapat semua orang adalah benar. Kita dapat mencatat semuanya untuk digunakan di saat yang tepat.

Kita juga dapat menggabungkan pendapat beberapa orang untuk digunakan di saat ini. Pendapat-pendapat lain yang belum terpakai dapat kita pakai pada kesempatan lain. Ini dapat kita lakukan. Singkat kata, kita dapat menggunakan pendapat yang baik setiap hari. Ini bergantung pada sebersit niat kita.

Mendedikasikan diri membuat hidup kita bermakna. Dalam menapaki Jalan Bodhisatwa, kita memiliki arah yang disebut dengan mazhab Tzu Chi.  Keyakinan kita berlandaskan pada ajaran Buddha. Agama berisi tujuan kehidupan manusia dan pendidikan seumur hidup. Kita memiliki tujuan hidup dan pendidikan seumur hidup.

Tujuan kita bukan mencari kebahagiaan sendiri, melainkan berharap semua makhluk terbebas dari penderitaan. Inilah tujuan Bodhisatwa. Bodhisatwa berharap semua makhluk dapat terbebas dari penderitaan, bukan mencari kebahagiaan sendiri. Inilah Bodhisatwa.

doc tzu chi

Jadi, kita tidak mencari kebahagiaan sendiri. Kita lakukan saja semaksimal mungkin. Sesungguhnya, inilah cara kita bersumbangsih. Saat menikmati kekayaan duniawi, kalian harus tahu cara memanfaatkannya untuk melakukan kebaikan. Seberapa banyak kenikmatan hidup kita bergantung pada seberapa banyak sumbangsih kita.

Ada orang berkata, “Saya bernasib buruk.” “Saya tidak bisa menikmati hidup, tetapi saya tetap bersumbangsih.” Ya, tetapi kenikmatan hidup ini melebihi kenikmatan yang lain karena ini sangat tidak mudah. Ini karena orang mengetahui sulitnya bersumbangsih seperti itu. Tentu saja, banyak hal yang membutuhkan usaha keras kita.

Mereka berusaha semaksimal mungkin untuk bersumbangsih. Mereka berusaha segenap hati dan tenaga untuk menciptakan pahala yang tak terhingga. Kita juga harus berusaha segenap tenaga untuk bersumbangsih bagi masyarakat. Ini adalah sebuah bentuk pencapaian.

Saya yakin setiap orang memiliki kelapangan hati dan berkah. Saya sungguh berterima kasih. Disiplin Bodhisatwa adalah pedoman kedisplinan dan tata krama kita untuk memikul tanggung jawab dan mewariskan semangat Tzu Chi dari generasi ke generasi. Pewarisan bukan berarti kita melepaskan tanggung jawab kepada generasi baru.

Lihatlah Relawan Du. Dia selalu menghadiri setiap rapat. Dia tetap memberi pendampingan dan saran. Selama sesuatu itu benar, dia akan memberi dukungan. Dia juga mendapat pendapat orang lain dan berbagi pengalamannya dengan orang lain. Dia berulang kali berbagi pengalamannya karena dia ingin mewariskan semangat dan nilai Tzu Chi untuk memberi manfaat bagi semua makhluk.

Singkat kata, pendampingan adalah komitmen jangka panjang dan pewarisan semangat Tzu Chi adalah proses yang tanpa henti. Ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi membutuhkan tanggung jawab kita, pewarisan, dan pendampingan. Ini yang disebut disiplin Bodhisatwa. Semangat Relawan Du  sangat membuat saya tersentuh.

Setiap orang harus berinteraksi dengan harmonis, saling mengasihi, dan bersatu hati. Setiap orang harus turut mengerahkan kekuatan. Hanya dengan turut mengerahkan kekuatan, baru kita dapat memperoleh pencapaian. Jika kita hanya duduk di sana dan menjadi relawan Tzu Chi yang bahagia, maka kita tidak akan tahu tentang Tzu Chi.

Orang masa sekarang berbicara tentang pentingnya berolahraga untuk menjaga kebugaran tubuh. Berolahraga berarti mengeluarkan tenaga. Jadi, dalam keseharian, kita harus mengeluarkan tenaga dan memiliki kegiatan. Paham? (Paham) Baik. Apakah kalian menyerap perkataan saya? (Ya) Baik. Terima kasih, semuanya.

Giat melatih diri di tengah dunia yang penuh Lima Kekeruhan
Menjadi guru yang tak diundang bagi semua makhluk
Belajar melapangkan hati dan menerima pendapat orang lain
Berani memikul tanggung jawab untuk mewariskan ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 14 Juli 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 16 Juli 2017

Menggunakan kekerasan hanya akan membesarkan masalah. Hati yang tenang dan sikap yang ramah baru benar-benar dapat menyelesaikan masalah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -