Ceramah Master Cheng Yen: Kesatuan Hati dan Keharmonisan sebagai Persembahan

“Master, kami bertekad untuk menjadi bayangan Master. Master, kami bertekad untuk menjadi bayangan Master. Master, kami bertekad untuk menjadi bayangan Master. Master, kami bertekad untuk menjadi bayangan Master. Kami berikrar untuk terus mewariskan pelita hati. Kami berikrar untuk menjadi tangan dan kaki Master selama-lamanya. Kami berikrar untuk menjadi bayangan kecil yang bersinar dari Kakek Guru. Master, kami bertekad untuk menjadi bayangan Master, mengikuti Master dari kehidupan ke kehidupan.”

Ya, semua orang sangat tulus. Semuanya hendak menjadi bayangan yang menaungi dunia tanpa celah sedikit pun. Semua orang ingin memperluas cinta kasih dan memperpanjang jalinan kasih sayang. Bukan hanya itu, semuanya juga bersuara untuk membabarkan dan mewariskan Dharma serta selamanya menapaki Jalan Bodhisatwa. Saya percaya saat ini semua orang harus membangun ikrar.

Dalam kehidupan ini, kita sangat beruntung. Kita terlahir sebagai manusia. Kelahiran sebagai manusia ini amat berharga. Dalam kehidupan ini, kita hendaknya memanfaatkan tubuh kita untuk bersumbangsih bagi dunia. Jika ada bersumbangsih dan menjalin jodoh baik dengan semua makhluk, barulah kita dapat benar-benar menapaki Jalan Bodhisatwa dan disebut sebagai Bodhisatwa dunia. Jika tidak, sebutan Bodhisatwa itu hanyalah seperti bayangan yang semu.

 

Kita harus benar-benar tulus. Dengan kesungguhan dan ketulusan, kita bersumbangsih secara nyata dan menjalankan praktik nyata di Jalan Bodhisatwa. Suara yang kita keluarkan juga tulus dari lubuk hati terdalam. Tubuh, pikiran, dan ucapan kita menyatu.

Insan Tzu Chi di Amerika Serikat hendaknya memiliki tekad yang sama, yakni berkontribusi bagi warga setempat dan mempraktikkan Jalan Bodhisatwa. Semakin banyak bersumbangsih, semakin banyak berkah yang kita tanam. Genggamlah jalinan jodoh untuk menciptakan berkah. Banyaklah melihat, mengamati, dan mendengar untuk menumbuhkan kebijaksanaan. Dengan demikian, kita mengembangkan berkah dan kebijaksanaaan sekaligus.

“Murid Jing Si di Thailand berikrar dengan tulus: menyatu dengan hati Buddha, berjalan di jalan yang sama; bersatu mewariskan silsilah Dharma Jing Si, menjalankan semangat Tzu Chi di dunia; terjun ke tengah masyarakat, menyebarkan kebajikan; menjalankan praktik nyata, memikul semangat misi; bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, bergotong royong; selalu mengikuti Master dari kehidupan ke kehidupan.”

Bodhisatwa sekalian, terima kasih atas sumbangsih kalian di Thailand, terutama baksos pengobatan. Selama ini kalian terus menjalankannya dengan ratusan pasien per kegiatan. Kalian juga memberi pelayanan bagi para pengungsi. Tanpa adanya baksos pengobatan jangka panjang ini, entah apa yang harus dilakukan para pengungsi yang sakit. Siapa yang akan membantu mereka?

 

Jadi, terima kasih kepada para relawan di Thailand yang selama ini telah bersumbangsih dengan sungguh-sungguh dan penuh cinta kasih. Saya menyampaikan terima kasih kepada kalian. Yang paling membuat saya gembira ialah kalian begitu bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong. Inilah persembahan terbesar bagi saya.

“Kami di Vietnam sungguh-sungguh menjalankan Tzu Chi dengan satu hati. Di tahun yang baru ini, kami akan lebih giat. Kami akan menjalankan Tzu Chi dengan sepenuh hati. Kami akan berusaha keras menjalankan Tzu Chi, menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia, setiap hari dipenuhi rasa sukacita.”

Saya sangat berharap di Vietnam kita dapat lebih banyak menabur benih relawan. Meski wilayah Vietnam memanjang dengan medan yang sulit, saya tetap berharap tahun ini kita dapat memperpanjang jalinan kasih dan menaburkan benih kebajikan. Para relawan di sana terus menyebarkan benih cinta kasih, hanya saja benih ini belum tumbuh menjadi pohon besar. Tahun ini kita berharap benih-benih ini dapat tumbuh menjadi pohon dan membentuk hutan.

Dengan bertambahnya relawan, misi Tzu Chi di Vietnam akan terus berlanjut. Kita juga bersyukur bahwa di Vietnam juga sudah ada generasi kedua Tzu Chi. Anak-anak dari para relawan Tzu Chi juga sudah dewasa. Saya berharap kita dapat membentangkan jalan yang lebih Panjang dan menyebarkan lebih banyak benih sehingga cinta kasih Tzu Chi bisa terus berlanjut.

 

“Semua murid di Filipina akan terus mengikuti Master dari kehidupan ke kehidupan; menjalankan ikrar di Jalan Bodhisatwa, menciptakan berkah di dunia; mengasihi semua yang Master kasihi, menjadi tangan dan mata Master. Kami akan melindungi semua makhluk dan bervegetaris serta menggalang cinta kasih di seluruh Filipina. Master, kami sangat merindukan Master.”

Kita melihat beberapa murid saya dari Filipina ini sangat dekat di hati saya. Ibu Linda Chua adalah benih relawan Tzu Chi pertama di Filipina. Selain itu, saya juga berterima kasih kepada Alfredo Li. Setiap kali terjadi bencana di sana, beliau selalu memikul tanggung jawab besar untuk mendampingi para relawan dalam bersumbangsih.

Bapak Henry Yunez kini juga bertanggung jawab sebagai ketua Tzu Chi Filipina. Beliau telah banyak bersumbangsih dan kini bertanggung jawab sebagai ketua. Selain itu, Bapak James Chua juga selalu mendampingi para relawan di mana pun bencana terjadi.

 

Saya juga berterima kasih kepada Dokter Qua dan Dokter Say yang telah menjalankan baksos pengobatan di pulau-pulau terpencil serta menjalankan klinik di Kompleks Tzu Chi di Manila. Mereka sudah menjalankan ini selama dua sampai tiga puluh tahun. Selama lebih dari 20 tahun ini, mereka terus bersumbangsih serta membimbing dan mendampingi para dokter muda. Kekuatan cinta kasih mereka sangat besar. Terutama baksos kesehatan mata, telah membantu banyak orang memulihkan penglihatan di sana.

Terima kasih juga kepada para pengusaha setempat yang telah bersumbangsih dengan sepenuh hati. Semua orang telah bersatu hati dan mewujudkan cinta kasih yang mampu menaungi semuanya tanpa celah. Inilah cinta kasih yang telah tersebar luas dan jalinan kasih sayang yang terus berlanjut. Saya sangat tersentuh melihatnya.

Kita semua harus memiliki harapan yang sama, yakni semoga pandemi segera berlalu agar kalian juga dapat kembali mengunjungi saya. Saya mendoakan kalian semua di negara masing-masing dapat tetap bersatu hati untuk mempraktikkan Jalan Bodhisatwa di dunia secara nyata.

Menghimpun kekuatan untuk berkontribusi bagi masyarakat
Menjalankan ajaran lewat praktik nyata
Menjadikan kesatuan hati dan keharmonisan sebagai persembahan
Hutan Bodhi tumbuh dari sebutir benih

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 Februari 2021         
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 19 Februari 2021
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -