Ceramah Master Cheng Yen: Keyakinan dan Ikrar yang Teguh di Jalan Bodhisatwa

Topan Mitag sungguh tak menentu. Mulanya, kita mengira ia berada jauh dari Taiwan. Kemarin sore, topan dilaporkan semakin mendekat dan masyarakat diminta untuk waspada. Kondisi cuaca alamiah seperti ini memang bisa diprediksi pergerakannya dengan teknologi masa kini, tetapi bagaimanapun, kemajuan teknologi tetap belum dapat mengungguli kekuatan alam. Kini manusia harus senantiasa bersyukur.

Kita juga harus tahu bahwa banyak orang yang bekerja keras di garis depan untuk mengantisipasi bencana. Kita harus berterima kasih kepada Biro Cuaca yang terus mengikuti perkembangan terkini. Dengan penggambaran cuaca masa kini, kita bisa melihat kondisi di berbagai tempat. Seluruh dunia bisa kita lihat lewat ponsel. Bukankah kita harus bersyukur?

Selain bersyukur, kita harus tahu bahwa kenyamanan masa kini juga dibarengi dengan kerusakan alam. Tanpa eksploitasi alam, tidak ada kenyamanan dan kemudahan seperti yang Anda rasakan saat ini. Untuk mencapai kemajuan teknologi masa kini, ada kerusakan yang tak dapat dihindari. Namun, kita dapat memanfaatkan kemajuan teknologi ini untuk hal-hal yang positif.


Kita hendaknya memanfaatkan teknologi untuk memahami Dharma dan membawa manfaat bagi banyak orang. Kita memanfaatkan buah yang terlanjur ada saat ini. Buah dari eksploitasi alam ini sudah terwujud di dalam genggaman tangan kita. Kini kita harus memanfaatkannya untuk mengembangkan cinta kasih, seperti memberi perhatian bagi orang lain. Anda bisa membuat panggilan telepon. "Kak, sepertinya daerah kalian banjir karena hujan deras, apakah kalian baik-baik saja? Apakah para warga di sana baik-baik saja?" Inilah perhatian penuh cinta kasih. Perhatian seperti ini adalah cinta kasih berkesadaran dan kepedulian antara satu sama lain.

“Baik, kita ukur, ya. Anda akan semakin sehat,” kata Wang Zhang Sheng-mei relawan Tzu Chi.

“Baik,” ucap pasien.

“Mari, relaks saja. Sudah masuk. Tidak apa-apa. Saya akan bantu tahan di sini. Anda jangan tegang,” kata Wang Zhang Sheng-mei relawan Tzu Chi.

“Baik,” ucap pasien.

“Baik, relaks saja. Jangan tegang. Tangan yang ini jangan tegang,” kata Wang Zhang Sheng-mei relawan Tzu Chi.

“Baik,” ucap pasien.

“Semoga penuh berkah,” kata Wang Zhang Sheng-mei relawan Tzu Chi.

Kita melihat kisah Sheng-mei. Dia adalah murid saya yang baik. Dia hanya membaca sebuah surat kabar yang memberitakan apa yang saya dan Tzu Chi lakukan. Dia lalu mulai merasa ingin tahu dan berinisiatif datang ke Tzu Chi serta mengikuti kegiatan. Suatu ketika, saat berada di salah satu kantor perwakilan Tzu Chi, saya memberi ceramah. Saat itu dia mendengar perkataan saya.

Melihat relawan yang berseragam abu-abu sudah demikian banyak, berarti saat saya datang lagi tahun depan, semuanya sudah akan berganti seragam biru dan membimbing lebih banyak orang lagi untuk turut mengikuti pelatihan. Semoga daerah kita ini dapat menjadi sebuah tanah Bodhisatwa. Ucapan ini didengarnya dengan sungguh-sungguh. Jadi, setelah membaca surat kabar dan mendengar ucapan saya ini, kehidupannya berubah.

 

Meski dirinya menderita penyakit, tetapi dia tetap bagaikan perahu di tengah laut yang bisa menyeberangkan diri sendiri dan orang lain.

“Selamat pagi, Bapak Liu,” kata Wang Zhang Sheng-mei relawan Tzu Chi.

“Anda kurus sekali sekarang,” kata Cai Pei-jie donatur.

“Benar, saya sedang berobat,” jawab Wang Zhang Sheng-mei.

“Harus jaga diri. Jangan terlalu sibuk,” kata Cai Pei-jie donatur.

“Tidak juga. Biasa saja,” kata Wang Zhang Sheng-mei.

“Dia sibuk sekali, juga sangat bersungguh hati. Jadi, kalian harus memanfaatkan donasi ini dengan baik dan tepat. Dahulu, pada pukul dua belas siang, saat cuaca sedang panas, dia masih berjalan kaki. Luar biasa. Dia melakukannya demi mengambil dana amal 100 dolar. Luar biasa. Jadi, kalian harus menggunakannya dengan tepat,” kata Cai Pei-jie donatur.

“Di tangan Master, uang seratus dolar (Rp50 ribu) dapat bermanfaat bagaikan seribu dolar,” kata Wang Zhang Sheng-mei.

“Namun, melihat kondisi tubuhnya, saya juga merasa tidak tega. Bersemangatlah,” kata doatur lain.

“Terima kasih,” kata Wang Zhang Sheng-mei relawan Tzu Chi.

“Dia memang begitu, tidak tega melihat saya setiap bulan berjalan jauh untuk mengambil dana amal. Dia ingin langsung menyerahkan dana amal untuk beberapa bulan. Saya bilang tidak boleh. Master Cheng Yen, guru kami, berkata bahwa setiap bulan kita harus membangkitkan cinta kasih dan niat baik agar pahala tumbuh menjadi tak terhingga. Jika dalam setahun hanya menyerahkan sekali, berarti dalam setahun  hanya sekali membangkitkan tekad yang baik. Saya menjelaskannya seperti itu. Dapat mengunjungi mereka, saya juga sangat gembira. Karena itu, saya ingin mengambil dana amal dari mereka setiap bulan, tidak mau mengambil banyak sekaligus,” cerita Wang Zhang Sheng-mei relawan Tzu Chi.

 

Saat saya berkunjung, dia juga datang. Dia berbagi kesan dengan sangat berani. Seluruh anggota keluarganya bergabung dengan Tzu Chi. Bisa dikatakan setelah dirinya bertekad, seluruh anggota keluarganya juga bertekad. Sheng-mei sekarang juga mengatakan bahwa dia tidak meninggalkan harta, melainkan kebajikan bagi anak cucu. Benar. Anaknya juga sangat senang, tidak mengeluh.

Dia juga berdonasi untuk Tzu Chi. Anak-anaknya juga sangat gembira. Dia sungguh mewariskan kebajikan. Dengan demikian, kehidupan kita sebagai manusia akan memiliki proses yang baik dan sangat bernilai. Pada saat-saat akhir kehidupan kita, kita akan merasa damai tanpa beban. Kita hanya mengingat dunia Tzu Chi dan bertekad untuk kembali pada kehidupan mendatang.

Keteguhan Sheng-mei sungguh mengharukan. Inilah nilai bagi kehidupan. Makna kehidupan harus kita perluas dengan memanfaatkan waktu untuk memberi manfaat dan perhatian bagi orang-orang yang berjodoh. Inilah Jalan Bodhisatwa. Sebelum menjadi Buddha, kita harus menjalin jodoh dengan semua makhluk. Inilah Bodhisatwa.

Memahami hukum sebab akibat di tengah kemudahan teknologi
Memanfaatkan teknologi untuk hal-hal bermanfaat
Mengubah kehidupan dimulai dari satu niat
Tetap mampu membimbing orang lain meski tubuh didera penyakit

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 01 Oktober 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 3 Oktober 2019
Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -