Ceramah Master Cheng Yen: Makhluk Berkesadaran Membimbing Sesama dengan Dharma


Saat memasuki bidang medis, saya bersungguh-sungguh bersumpah untuk mendedikasikan diri guna melayani umat manusia, menekuni bidang medis dengan hati nurani dan martabat saya, menjadikan kesehatan pasien sebagai prioritas, berusaha semampu saya untuk menjaga kehormatan dan tradisi mulia bidang medis. Dengan kehormatan saya, saya bersungguh-sungguh bersumpah atas keinginan diri sendiri.” (Kamp pelatihan sekaligus upacara pengambilan sumpah murid-murid kedokteran angkatan ke-22 Universitas Tzu Chi).

Murid-murid kedokteran Universitas Tzu Chi mulai magang di rumah sakit pada tahun kelima kuliah. Mereka datang ke Griya Jing Si dan dengan khidmat mengucapkan sumpah, seperti menaati kode etik kedokteran serta mendedikasikan diri untuk merawat dan melindungi kehidupan pasien. Saya juga mengingatkan mereka untuk meneladani hati Buddha agar bisa menjadi Tabib Agung. Buddha yang memiliki kebijaksanaan agung telah memahami kebenaran hidup dan segala kebenaran di alam semesta.

Alam semesta merupakan makrokosmos. Terhadap tubuh manusia yang merupakan mikrokosmos, dokter hendaknya memiliki pemahaman yang menyeluruh. Kesehatan mikrokosmos dan keselarasan makrokosmos didasari oleh prinsip yang sama. Buddha telah memahami segala kebenaran tentang makrokosmos. Dokter pun hendaknya memiliki pemahaman yang jelas tentang segala yang berkaitan dengan mikrokosmos, termasuk bakteri yang sangat kecil.

Setelah RS Tzu Chi Hualien beroperasi, saya sering mengunjungi kamar pasien. Ada pasien yang berkata pada saya, “Master, dokter di sini sangat baik.” Saya bertanya padanya, “Mengapa?” Dia berkata, “Saya datang untuk menjalani bedah ortopedi. Suatu malam, dokter berkunjung dengan langkah yang pelan. Dokter itu mendekati kaki saya, lalu pelan-pelan mengangkatnya dan mencium bekas operasi saya.”


Saya bertanya, “Mencium bekas operasimu?” Dia berkata, “Kemudian, dokter itu berkata bahwa dari aromanya, keadaan saya sudah membaik.” Saya merasa sangat heran. Apa hubungan bekas operasi dengan aromanya? Suatu hari, saya bertanya pada dokter itu, yaitu mantan kepala RS kita, dr. Chen Ing-ho. Saat itu, beliau masih sangat muda. Saya bertanya padanya, “Mengapa Anda mengunjungi pasien dan mencium bekas operasinya?” Beliau berkata, “Dengan begitu, saya bisa tahu bekas operasinya terinfeksi atau membaik.” Dengan mencium aroma dari bekas operasi saja, beliau bisa mengetahui perkembangan pasien.

Buddha mengajari kita bahwa tubuh ini tidaklah bersih. Kita sungguh harus merenungkan bahwa tubuh ini tidaklah bersih, perasaan membawa derita, dan pikiran tidaklah kekal. Kita harus memperbaiki tabiat buruk. Meski telah bertekad untuk memperbaikinya, tetapi setelah itu, tabiat buruk kita mungkin timbul lagi. Setelah membangun tekad, kita melupakannya dengan cepat. Inilah yang disebut makhluk awam, berulang kali melakukan kesalahan. Karena itu, sangat sulit bagi semua makhluk untuk melatih diri, apalagi mencapai kebuddhaan.

Kita harus merenungkan bahwa pikiran tidaklah kekal dan segala fenomena bersifat tanpa inti. Kita tidak akan memahami Dharma jika tidak mempelajarinya. Jadi, kita harus mempelajari Dharma. Bodhisatwa sekalian, kalian harus bersungguh-sungguh mempelajari Dharma. Dengan Dharma, barulah kalian bisa membimbing orang. Tanpa Dharma, kita tidak bisa memperoleh pencapaian apa pun. Jadi, kita harus memahami Dharma, baru bisa memperoleh pencapaian.

Kita juga melihat cinta kasih insan Tzu Chi yang sangat menyentuh. Di Zhangzhou, Fujian, kita bisa melihat cinta kasih para insan Tzu Chi.

“Guru kami sangat memperhatikan Lansia (lanjut usia) dan khawatir kalian kekurangan kebutuhan sehari-hari dan pakaian pada Tahun Baru Imlek. Karena itu, kami datanguntuk memberitahukan bahwa kami akan membagikan beras, minyak, dan kebutuhan sehari-hari menjelang Tahun Baru Imlek,” kata Xu Ruihua, relawan Tzu Chi.


Berhubung musim dingin hampir tiba, relawan kita mulai mengunjungi para lansia dari rumah ke rumah. Melihat relawan berseragam biru putih, para lansia sangat ramah. Mereka juga masih mengingat barang bantuan apa yang Tzu Chi bagikan pada 10 tahun yang lalu.

“Saya menerima beras, minyak, dan selimut. Pada tahun pertama, saya menerima sehelai selimut yang masih saya pakai hingga kini,” tutur Nenek Gao Su’e.

“Terimalah, ini merupakan doa dari Master Cheng Yen. Dengan menerima doa ini, semoga hidup kita semakin baik,” ujar Li Yijuan, relawan Tzu Chi.

Dia berkata bahwa bahan pangan yang diterima sudah habis, tetapi selimutnya masih dipakai hingga kini. Hatinya dipenuhi rasa syukur. Ada banyak kisah seperti ini. Kita bisa melihat insan Tzu Chi menyebarkan kekuatan cinta kasih. Saya berharap semua orang di seluruh dunia dapat mengembangkan kekuatan cinta kasih untuk menjangkau orang yang menderita dengan hati yang tulus. Inilah yang terindah di dunia ini. Semoga setiap orang dapat mengembangkan cinta kasih berkesadaran yang penuh kehangatan.

Cinta kasih yang penuh kehangatan ialah cinta kasih berkesadaran. Sangat penting bagi kita untuk menjadi makhluk berkesadaran, yaitu Bodhisatwa. Kini, di seluruh dunia terdapat insan Tzu Chi yang memiliki cinta kasih berkesadaran. Dengan adanya insan Tzu Chi, di mana pun bencana terjadi, warga setempat bisa dengan cepat memperoleh bantuan.

Ini berkat adanya jalinan jodoh. Untuk membina jalinan jodoh, kita perlu menginspirasi benih baru. Jadi, di mana pun berada, insan Tzu Chi selalu menciptakan berkah bagi komunitas dan masyarakat.

Memahami segala kebenaran di alam semesta
Meneladani hati Buddha untuk menjadi Tabib Agung
Makhluk berkesadaran membimbing sesama dengan Dharma
Menciptakan berkah bagi dunia dan menjalin jodoh baik

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 September 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 13 September 2019

Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -