Ceramah Master Cheng Yen: Melenyapkan Kegelapan Batin dan Membina Cinta Kasih

Tanggal 7 dan 8 Agustus selalu terbayang dalam benak saya karena belakangan ini, saya sering berkata bahwa janganlah kita melupakan tahun itu, orang yang ada saat itu, dan tekad kita saat itu. Sungguh, janganlah kita melupakan terjangan Topan Morakot pada 10 tahun yang lalu, yakni tahun 2009, yang menimbulkan banjir pada 8 Agustus.

Banjir kali itu membawa dampak serius bagi wilayah pegunungan di Kaohsiung dan Pingtung serta menelan banyak korban jiwa di Desa Xiaolin. Di Shanlin, Kaohsiung, Tzu Chi menggunakan waktu 88 hari untuk mendirikan lebih dari 700 unit rumah permanen bagi warga. Kini sepuluh tahun sudah berlalu.

“Selama sepuluh tahun ini, kami tinggal di sana dengan tenang. Saya berterima kasih kepada Tzu Chi, terlebih Master. Kami sering mengenang kebaikan Master,” tutur Chen Sun Li-hua, Penghuni Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Shanlin.

“Selain bersyukur, yang terpenting ialah berdoa. Setelah mengalami bencana seperti ini, kita hendaknya semakin bersatu,” ujar Xie Ying-xiong, Kepala Distrik Taoyuan, Kaohsiung.

 

Kini, di perumahan itu, kita bisa melihat pohon-pohon yang tumbuh lebat dan rumah-rumah yang tetap seperti sediakala. Selain pohon-pohon dan sebagian rumah yang dibangun belakangan, yang lain tidak berubah. Itulah yang saya dengar. Banjir 8 Agustus telah berlalu sepuluh tahun. Saat itu, dalam waktu 88 hari, kita membangun rumah bagi korban bencana agar mereka dapat pindah ke sana untuk menyambut Tahun Baru Imlek. Kita memikirkan kelangsungan hidup mereka secara menyeluruh. Hingga kini, mereka masih membuat kerajinan tangan.

Jadi, janganlah kita melupakan tahun itu. Kini sepuluh tahun telah berlalu. Demi anak-anak, Guru Zhu, Kepala Sekolah Zhu, dan sekelompok anggota Asosiasi Guru Tzu Chi segera berkumpul. Mereka mengajak anak-anak untuk belajar bersama agar anak-anak tenang dan gembira, para orang tua juga dapat membersihkan rumah dengan tenang. Inilah yang terjadi 10 tahun yang lalu.

Penyaluran bantuan saat itu berlangsung selama beberapa bulan. Cinta kasih insan Tzu Chi bukan hanya bertahan beberapa hari, melainkan jangka panjang. Sepuluh tahun telah berlalu. Janganlah kita melupakan tahun itu dan orang-orang yang bersumbangsih saat itu. Lihatlah para insan Tzu Chi. Sepuluh tahun sudah berlalu dan mereka telah mengembangkan nilai hidup mereka. Mereka mendedikasikan hidup mereka untuk menyalurkan bantuan bencana dan membawa manfaat bagi orang-orang yang menderita.


Saat itu, insan Tzu Chi sepenuh hati bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih. Ini sangat bermakna. Setiap kali mengenang sejarah Tzu Chi, saya merasa bahwa insan Tzu Chi sangat luar biasa dan patut dipuji. Dengan turut berpartisipasi, kita dapat mengenang sejarah setiap hari.

Beberapa hari yang lalu, kekuatan Topan Lekima terus-menerus meningkat. Melihat siaran berita tentangnya, saya sangat khawatir. Saya berharap setiap orang dapat bermawas diri dan berhati tulus. Semoga dengan demikian, kita dapat mengurangi dampak bencana. Beruntung, jalur topan sedikit menyimpang dari prakiraan sehingga kita selamat.

Namun, saat mendarat di Tiongkok, Topan Lekima mendatangkan bencana serius di Zhejiang dan sekitarnya. Ada beberapa provinsi yang telah terkena dampak dari curah hujan dan angin kencang yang didatangkan oleh topan tersebut. Di enam hingga tujuh provinsi yang areanya sangat luas, banyak orang yang terkena dampak bencana. Demikianlah kekuatan alam. Myanmar juga dilanda banjir akibat guyuran hujan deras. Banyak bencana yang terjadi di dunia ini. Bodhisattva sekalian, kita harus senantiasa mengingatkan diri sendiri untuk bermawas diri dan berhati tulus.


Ada pula kisah penuh kehangatan tentang insan mulia yang ingin menyelamatkan kehidupan sesama. Ada seorang dokter yang ingin mendonorkan sumsum tulangnya karena telah ditemukan pasien yang cocok. Akibat terjangan topan dan guncangan gempa, akses transportasi menjadi terganggu. Namun, terjangan topan, guncangan gempa, dan akses transportasi yang terganggu tidak mematahkan niatnya untuk menyelamatkan kehidupan sesama. Inilah kekuatan cinta kasih yang menyentuh. Dengan membangkitkan cinta kasih, kita bisa mengatasi banyak rintangan.

Singkat kata, kita harus mencurahkan tetes demi tetes kekuatan cinta kasih setiap waktu dengan terus bersumbangsih hingga menjadi kebiasaan kita. Dengan demikian, secara alami, di dalam hati kita akan bertiup angin yang sejuk. Saat noda dan kegelapan batin kita hampir terbangkitkan, angin yang sejuk ini akan bertiup dengan sendirinya sehingga hati kita menjadi sejuk dan terbebas dari panas noda batin.

Kita juga harus senantiasa menciptakan berkah bagi dunia. Meski terbentuk topan berkekuatan tinggi, tetapi dengan adanya berkah, kita bisa mengurangi atau menghalau bencana. Inilah yang disebut bermawas diri dan berhati tulus. Senantiasa membina cinta kasih, ini sangatlah penting. Setiap hari, saya dipenuhi rasa syukur. Meski banyak hal yang saya khawatirkan, saya tetap senantiasa bersyukur. Baiklah, semoga setiap orang bisa membina rasa syukur di dalam hati serta bermawas diri dan berhati tulus.

Bermawas diri dan berhati tulus serta membina rasa syukur
Bersungguh hati membina cinta kasih setiap hari
Bersumbangsih dengan cinta kasih hingga menjadi kebiasaan
Melenyapkan kegelapan batin dengan angin yang sejuk

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 12 Agustus 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 14 Agustus 2019
Keindahan kelompok bergantung pada pembinaan diri setiap individunya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -