Ceramah Master Cheng Yen: Membangkitkan Kepercayaan dan Cinta Kasih untuk Menghadapi Wabah Penyakit
Sungguh,
setiap hari kita merasa cemas. Wabah koronavirus terus menyebar. Karena itu,
semua orang sangat panik. Sungguh, ini membuat orang ketakutan. Namun, berhubung
semuanya sudah terjadi, kita harus bekerja sama dengan pihak berwenang untuk
segera melakukan antisipasi. Sampai saat ini, tiada cara lain selain
karantina. Kita semua hendaknya tetap tenang.
Selain
mencari penyebab wabah yang kini sudah ditemukan, para ahli juga membutuhkan
ketenangan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai obat yang tepat untuk
mengatasi virus itu. Kita harus memberi mereka waktu. Kita tidak dapat berbuat
apa-apa. Semua orang harus tetap tenang. Terhadap pasien yang menjalani pengobatan,
kita harus menghormati dan mendukung mereka. Kita harus percaya.
Antarsesama
manusia haruslah saling percaya. Kita percaya Departemen Kesehatan dan
Departemen Pelestarian Lingkungan akan berkomunikasi dengan baik untuk
mengusahakan keamanan warga. Kita harus memiliki kepercayaan ini. Begitu ada
yang diduga terinfeksi, karantina segera dilakukan. Semakin cepat ditemukan, karantina
juga bisa lebih cepat dilakukan.
Orang-orang
masa kini hidup di kota yang padat. Interaksi antarmanusia sangat intens. Akibatnya,
penularan bukan tidak mungkin. Saya rasa kini cara terbaik ialah bervegetaris. Virus
ini dikatakan berasal dari hewan. Jadi, penyakit masuk melalui mulut. Pembunuhan
makhluk hidup adalah karma berat.
Dahulu
kita juga pernah membahasnya. Bagaimana kita melenyapkan bencana? Virus bisa
masuk dan keluar lewat mulut. Masuk dari mulut berarti dari makanan yang
dimakan. Lihatlah, di dunia ini, betapa banyak hewan yang dikorbankan demi
nafsu makan manusia. Perut manusia bagaikan kuburan yang berisi banyak mayat
makhluk hidup.
Bayangkan,
betapa banyak udara kotor yang kita embuskan ke luar. Semakin banyak orang, kekotoran
juga semakin banyak. Betapa banyak pula kotoran yang ada di dalam perut manusia
yang bagaikan kuburan itu. Jadi, penyakit masuk melalui mulut. Selain itu, dari
mana bencana peperangan bermula? Ini bermula dari himpunan kekuatan karma
buruk. Intinya, penyakit bermula dari makanan.
Demi
nafsu makan, manusia membunuh hewan. Agar manusia bisa makan daging, harus ada yang
menyembelih hewan dan memasaknya. Inilah sumber penyebaran kuman penyakit. Selain
menjadi kuburan bagi bangkai hewan, perut manusia juga menyimpan "arwah
kebencian". Hewan-hewan yang dibunuh menyimpan kebencian. Jadi, sebaiknya
kita mengurangi pembunuhan hewan.
Untuk
mengetahui kapan peperangan berhenti, Buddha berkata, "Dengarlah suara di
pintu-pintu pejagalan ada tengah malam." Kini, kita bahkan tak mendengar
suara di pejagalan karena pembunuhan hewan kini menggunakan mesin. karena
pembunuhan hewan kini menggunakan mesin, kita bahkan tak bisa lagi mendengar
rintihan hewan. Hewan-hewan yang penuh kebencian itu bahkan tak sempat
merintih. Kebencian ini menghimpun kekuatan karma. Kekuatan karma dari
kebencian ini amat menakutkan.
Kita
semua mengira diri kita adalah orang baik. Secara tidak sadar, kita mungkin
juga telah menanam kebencian dan rasa dendam. Rasa benci dan dendam ini sangat
banyak. Jika kita meminta tukang jagal untuk berhenti, sesungguhnya kita harus
berhenti makan daging agar mereka berhenti menjagal hewan. Kita hendaknya
bervegetaris.
Jadi,
kini saya hendak menyampaikan bahwa kita hendaknya bukan waspada karena rasa
takut. Rasa takut ini hendaknya kita kesampingkan. Kita semua harus tenang, tetapi
tetap tulus bervegetaris. Bervegetaris dan menjaga sila berarti tidak membunuh.
Bukan hanya tidak membunuh makhluk hidup, batin kita juga jangan memunculkan
niat buruk. Jadi, kita harus menjaga pikiran kita. Selain menghentikan
pembunuhan makhluk hidup, kita juga harus bervegetaris.
Pada
zaman dahulu, saat negara dilanda kesulitan, kaisar, para menteri, hingga
rakyat jelata akan bervegetaris atau berpuasa. Mereka berkata-kata baik,
berbuat baik, dan membangkitkan pikiran yang baik. Ini bertujuan untuk
menyucikan karma tubuh, ucapan, dan pikiran. Selain itu, semua orang
menghentikan pembunuhan hewan. Dengan demikian, barulah ketulusan suara doa akan
membawa gema energi positif.
Dalam
merayakan Tahun Baru Imlek, bukankah kita membangkitkan tiga kebaikan? Kita
bertutur kata baik. Tutur kata baik ini berasal dari pikiran yang baik dan
tulus. Kita harus bersama-sama menghimpun ketulusan agar dapat meredam bencana dan
membawa ketenangan dan kepercayaan bagi masyarakat. Tanpa kepercayaan, manusia
akan saling bertikai sehingga hal yang harus dilakukan tidak terlaksana. Dengan
demikian, kepercayaan masyarakat tidak akan terbangun. Ini sangat menakutkan.
Saudara
sekalian, kita telah benar-benar melihat bahwa wabah virus terus menyebar. Kita
harus mengerahkan segala usaha. Setiap keluarga hendaknya bervegetaris. Ini
dimulai dari diri sendiri. Benar, semua harus dimulai dari diri sendiri. Jika
tidak, siapa yang mau mendengar kata-kata kita? Harap semua orang percaya bahwa
tubuh, ucapan, dan pikiran kita harus berkata-kata, berbuat, dan berpikiran
baik demi membangun kepercayaan di masyarakat sehingga kondisi cepat teratasi.
Saudara
sekalian, jangan panik. Sikap panik berlebihan bisa memicu orang-orang ke arah
depresi. Jadi, kita harus lebih tenang, tetapi tidak lengah. Kita hendaknya
mengembangkan ketulusan hati. Waktu terus berlalu. Kita hendaknya menggenggam
waktu yang ada untuk bertutur kata, berbuat, dan berikrar baik.
Himpunan
kekuatan karma membawa bencana Kebencian
hewan-hewan yang dibunuh sulit diredakan Bervegetaris
serta menjaga tubuh, ucapan, dan pikiran Saling
percaya dan mengasihi dalam melewati kesulitan
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 8 Februari
2020 Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina,
Stella Ditayangkan tanggal 10 Februari
2020
Artikel dibaca sebanyak : 642 kali
Kirim Komentar
Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.