Ceramah Master Cheng Yen: Memberi Sandaran sebagai Guru Tak Diundang

Untuk mengikuti rapat komisaris, ketua pelaksana Tzu Chi dari berbagai negara bagian di AS telah kembali ke Taiwan empat hari. Mereka terus mengikuti rapat selama dua hari. Di setiap negara bagian di AS, semua relawan kita bersungguh hati dan bekerja keras untuk menyebarkan semangat Tzu Chi serta bersumbangsih bagi komunitas dan dunia.

Setiap orang sungguh-sungguh menunaikan kewajiban mereka sebagai Bodhisattva dunia. Mereka bagai Bodhisattva yang diulas dalam Sutra Makna Tanpa Batas, “Merupakan guru yang tak diundang bagi semua makhluk; merupakan sandaran yang damai dan penuh kebahagiaan bagi semua makhluk; merupakan tempat pertolongan dan berlindung bagi semua makhluk.”

Di mana pun bencana terjadi, insan Tzu Chi akan pergi ke sana bagai guru yang tak diundang dan tanpa takut menghadapi kesulitan. Mereka mengatasi banyak kesulitan. Para relawan di Amerika Serikat bagai guru tak diundang. Pascabadai Harvey tahun lalu, ketua pelaksana Tzu Chi dari seluruh AS pergi ke Texas. Mereka membimbing semua orang untuk bekerja sama menyalurkan bantuan dengan pengalaman mereka.


Mereka menjalankan misi di siang hari dan mengadakan rapat di malam hari. Mereka sangat bersungguh hati agar tidak ada satu pun barang bantuan yang disia-siakan. Relawan kita menyurvei jumlah anggota setiap keluarga dan mencari tahu kebutuhan mereka. Mereka sungguh-sungguh melakukan survei. Kita memberikan bantuan kepada orang yang benar-benar membutuhkan. Jadi, sepeser pun tidak kita sia-siakan.

Dari September hingga November tahun lalu, insan Tzu Chi AS sungguh sangat sibuk. Pada saat yang sama, terjadi kebakaran hutan di California Utara yang terus merambat. Ketua pelaksana Tzu Chi California Utara dan insan Tzu Chi setempat telah melakukan survei bencana dan memberikan bantuan kepada warga yang membutuhkan.


“Tzu Chi adalah organisasi yang benar-benar baru bagi warga. Mereka bahkan sulit untuk melafalkan kata “Tzu Chi”. Karena itu, kita menghabiskan banyak waktu untuk berbagi tentang semangat Tzu Chi,” kata Greg Tylawsky, relawan Tzu Chi.

“Entah bagaimana menyampaikan pada kalian, tetapi yang kalian berikan lebih dari bantuan berupa uang. Perhatian kalian jauh lebih bermakna bagi saya. Saya mengambil satu celengan bambu. Saya juga mengambil dua celengan untuk putra dan putri saya karena saya tahu bahwa mereka juga ingin berkontribusi,” tutur Julie Bradley, seorang korban bencana.

“Kami hanya mencoba untuk mencari tahu apa yang bisa kami lakukan. Insan Tzu Chi banyak membantu saya dan membuat saya merasakan cinta kasih keluarga. Tzu Chi menunjukkan pada saya bahwa di dunia ini masih ada orang baik,” kata Helena Fontana, korban lainnya.

“Saya tidak pernah berpikir bahwa saya akan membutuhkan bantuan orang lain. Saya juga tidak pernah berpikir bahwa hidup saya akan menjadi seperti ini. Terima kasih, Tzu Chi. Yayasan dan relawan Tzu Chi, kalian telah memberikan penghiburan pada kami. Kami berterima kasih dari lubuk hati kami,” kata Gary Johnson, korban bencana.

“Saya tidak pernah meminta bantuan. Namun, sekarang kami membutuhkan uang untuk membeli pakaian dan makanan. Lalu, Tzu Chi membantu kami hari ini. Itu adalah bantuan besar yang berada di luar dugaan saya. Kami sangat bersyukur. Kami tidak akan bisa bertahan tanpa kalian. Sekarang, saya rasa saya bisa melanjutkan hidup saya. Terima kasih atas kartu debit yang kalian berikan,” ujar Laura Schermeister, korban bencana.


Kondisi mereka sungguh membuat orang tidak tega. Para korban bencana tidak berdaya. Bagaimana mereka menjalani hidup mereka? Penderitaan seperti ini sungguh tak terkira. Selama beberapa waktu, selain memberikan bantuan darurat, kita juga mencari tempat tinggal sementara untuk mereka. Namun, setelah dua hingga tiga bulan, apakah korban memiliki tempat tinggal? Apakah kondisi mereka membaik? Kita mendapati bahwa kondisi warga kurang mampu semakin memprihatinkan.

Ada warga yang menjadikan mobil sebagai tempat tinggal. Di tengah cuaca yang sangat dingin, mereka tidur di dalam mobil. Mereka yang memiliki mobil termasuk lebih beruntung. Mereka yang tidak memiliki mobil benar-benar tidak punya tempat bernaung. Di antaranya, ada seorang perempuan yang dibantu oleh Tzu Chi sedikitnya 2 kali untuk menemukan tempat tinggal. Pada saat yang sama, dia juga mendapat bantuan berupa kartu debit dari Tzu Chi. Dia sangat tersentuh. Dia berkata bahwa dia akan menghabiskan lebih banyak waktu bersama orang baik dan berbuat baik.


Dia bahkan mengambil tiga celengan dari insan Tzu Chi. Dia mulai menyisihkan uang sedikit demi sedikit ke dalam celengan dan menggalang donasi. Dia tahu bahwa Tzu Chi yang memberikan bantuan padanya berawal dari semangat celengan bambu. Berkat akumulasi sedikit demi sedikit donasi banyak orang, barulah kita bisa memberikan bantuan. Selama beberapa bulan ini, dia melihat semangat kerja sama insan Tzu Chi. Kekuatan cinta kasih yang penuh rasa hormat sungguh membuatnya terinspirasi. Dia berikrar untuk bersumbangsih secara nyata bagi sesama.

Jadi, kita harus menghormati semua orang. Begitu seseorang bertekad meneladani semangat Bodhisatwa, maka tidak peduli kaya ataupun miskin, dia pasti bisa berikrar untuk bersumbangsih. Jadi, misi amal bukan sekadar bersumbangsih, melainkan bersumbangsih dengan rasa hormat. Agar mereka bisa melewati hari raya dengan baik. Jika tidak, mereka tidak memiliki apa pun.

“Oh, ini sempurna. Saya sangat membutuhkannya. Terima kasih,” kata Nikakia Kemp, salah satu korban bencana.


Senang bertemu dengan kalian lagi. Organisasi yang mengagumkan ini selalu membantu saya dan keluarga saya sejak kami pindah ke apartemen ini hingga sekarang. Kini saya sudah mendapat pekerjaan. Saya sudah punya pekerjaan di sini, cukup menyeberangi jalan saja. Tzu Chi benar-benar luar biasa. Mereka membantu semua orang yang membutuhkan. Setelah menerima bantuan, kita juga harus memberi. Menolong sesama termasuk memberi persembahan.

Berhubung setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan dan bisa mencapai kebuddhaan, maka kita harus menghormati semua orang. Saat cinta kasih seseorang terbangkitkan, dia mungkin akan membangun tekad dan ikrar serta kelak lebih tekun dan bersemangat dari kita. Kita harus berikrar menjadi guru yang tak diundang bagi semua makhluk. Tanpa menunggu orang lain meminta bantuan, kita berinisiatif bersumbangsih sebagai guru yang tak diundang.

Setiap orang harus menjadi guru yang tak diundang. Kita harus membawa ketenangan, kebahagiaan, dan kedamaian bagi semua makhluk serta menjadi sandaran fisik dan batin semua makhluk. Inilah nilai hidup kita di dunia ini.

Bekerja sama menyalurkan bantuan bencana berupa uang dan barang

Kebakaran hutan yang tidak terkendali menghanguskan rumah warga

Kembali melakukan survei di musim dingin dan menolong orang yang membutuhkan

Penerima bantuan terinspirasi untuk menciptakan lingkaran kebajikan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 April 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 18 April 2018

Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -