Ceramah Master Cheng Yen: Memberikan Bantuan dan Menghimpun Niat Baik


Saat kegelapan batin timbul, kita akan membangkitkan ketamakan, kebencian, dan kebodohan sehingga menciptakan karma buruk. Kerumitan yang tercipta di dunia ini telah menghancurkan keindahan yang ada sehingga yang terlihat hanyalah pemandangan yang kasar dan buruk. Dunia yang semula sangat menakjubkan dan indah ini telah dilukai oleh manusia. Ketamakan, kebencian, dan kebodohan telah memperburuk dunia ini. Manusia terus menciptakan karma buruk.

Saat ini, dunia penuh dengan penderitaan. Jadi, karma buruk yang terakumulasi seiring waktu berdampak bagi semua orang di seluruh dunia. Kini bencana yang terjadi di seluruh dunia sungguh mengkhawatirkan. Akibat ketidakselarasan unsur tanah, air, api, dan angin, seluruh dunia dilanda bencana yang berbeda-beda. Kehidupan manusia tidaklah kekal.

Selain bencana akibat ulah manusia yang belum berakhir di Myanmar, juga ada pandemi COVID-19. Kini India kekurangan segalanya, termasuk perlengkapan medis dan obat-obatan. Banyak pasien yang bahkan tidak tahu bisa melewati hari ini dengan selamat atau tidak. Inilah penderitaan akibat penyakit.
 

Lewat misi amal Tzu Chi, kita bisa melihat penderitaan orang kurang mampu, orang sakit, dan lansia yang hidup sebatang kara. Kita bisa melihat foto ini. Mengapa ada begitu banyak orang yang mendorong bus itu? Kita bukan ingin pergi bertamasya, melainkan mengunjungi penerima bantuan.

Saat itu, kita melakukan kunjungan setiap tiga bulan sekali. Seiring berjalannya waktu, anggota komite kita juga terus bertambah. Setiap tiga atau enam bulan sekali, tim yang berbeda akan bergabung untuk melakukan kunjungan bersama guna belajar satu sama lain. Jadi, setiap tim berbagi tentang metode apa yang mereka gunakan untuk membantu dan mendampingi penerima bantuan selama beberapa bulan terakhir.

Tim lain bisa melihat metode yang kita gunakan untuk bersumbangsih bagi penerima bantuan dan senyuman di wajah orang-orang. Namun, ada pula penerima bantuan yang masih didera penyakit ataupun warga lansia yang tidak bisa disembuhkan. Bagaimana kita menenteramkan hidup mereka?

Relawan dari tim yang berbeda bisa saling berbagi pengalaman agar bisa saling melengkapi dan belajar dari pengalaman satu sama lain. Ini terus kita lakukan dari dahulu hingga kini. Kita telah melakukan banyak perbaikan.
 

Kini misi amal, kesehatan, pendidikan, dan budaya humanis Tzu Chi dijalankan secara bersamaan untuk menolong orang-orang yang menderita. Saya sangat bersyukur kepada para dokter dan staf medis lainnya yang memberikan layanan medis ke rumah bagi pasien yang tidak bisa keluar berobat. Saat pasien tidak bisa keluar berobat, dokter kita akan menjangkau mereka untuk melindungi kehidupan dan kesehatan mereka dengan cinta kasih.

Saat melihat orang kurang mampu, orang sakit, penyandang disabilitas, serta lansia sebatang kara yang rumahnya penuh dengan sampah, dokter kita juga merasa tidak tega sehingga mengajak para staf rumah sakit yang memiliki kesatuan tekad dan penuh cinta kasih untuk bersumbangsih.

Para staf medis kita juga mengajak keluarga, termasuk anak-anak mereka, agar anak-anak bisa melihat penderitaan di dunia ini. Dengan demikian, anak-anak dapat memahami bahwa kehidupan yang nyaman tidak datang dengan sendirinya. Mereka harus tekun belajar agar di masa mendatang, mereka dapat bersumbangsih bagi dunia dan membawa manfaat bagi orang lain. Jadi, para staf kita menggenggam kesempatan untuk mendidik anak-anak mereka.

Setiap kali melihat hal seperti ini, saya sangat tersentuh. Saya sungguh menghormati, bersyukur, mengagumi, dan memuji mereka. Saya bersyukur atas semua ini.
 

Guru dari badan misi pendidikan kita juga mengajak murid-murid bersumbangsih untuk mengajarkan pelajaran hidup pada mereka. Para guru dan murid kita bukan sekadar berkunjung, tetapi juga bersumbangsih secara langsung. Kita membersihkan sampah dari rumah penerima bantuan agar mereka dapat tidur di ranjang yang bersih dan memiliki ruang untuk beraktivitas. Kita juga meminta tetangga mereka untuk memperhatikan mereka. Sumbangsih kita telah menyentuh hati para tetangga. Demikianlah kita memberikan teladan untuk menciptakan berkah bagi masyarakat.

Saat bersumbangsih dan membersihkan rumah penerima bantuan, kita harus menghadapi aroma tidak sedap dan menyentuh barang-barang yang kotor. Ini merupakan ujian bagi diri sendiri. Setelah membersihkan rumah penerima bantuan, hati kita pun merasakan kebahagiaan setelah menolong orang lain. Bagaikan seorang petapa yang bersungguh-sungguh merenung di tempat yang tenang tentang penderitaan, kita juga memahami penderitaan hingga yang paling halus dan memahami hukum alam. Karena itu, kita turut merasakan kepedihan dan penderitaan orang lain.

Bodhisatwa sekalian. saya bersyukur pada kalian setiap waktu. Saya bersyukur kepada seluruh insan Tzu Chi yang mewujudkan Empat Misi Tzu Chi bersama saya dengan kesatuan tekad. Kita menjalankan misi kesehatan, pendidikan, budaya humanis, dan amal secara bersamaan untuk bersumbangsih bagi dunia.

Karma buruk akibat tiga racun batin telah melukai Bumi
Menolong orang yang menderita dan menghimpun niat baik
Bersumbangsih dengan sabar demi menyucikan hati diri sendiri
Bersungguh-sungguh melatih diri setelah tersadarkan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 06 Mei 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 08 Mei 2021
Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -