Ceramah Master Cheng Yen: Membimbing Orang Lain Hidup Mandiri dengan Keteguhan Tekad

Saya sering berbagi dengan kalian bahwa kita harus terjun ke tengah masyarakat untuk menyucikan hati manusia. Namun, kita bisa menyucikan hati berapa banyak orang? Ini bagaikan kisah seekor burung gereja yang berusaha memadamkan kebakaran hutan. Demi memadamkan api, burung gereja itu mengerahkan segenap tenaganya. Ia mencelupkan tubuhnya ke dalam air dan mengepakkan sayapnya di hutan untuk meneteskan setetes demi setetes air guna memadamkan api.

Apakah itu bisa berhasil? Tentu saja tidak. Inilah kondisi dunia ini sekarang. Saya berharap setiap orang dapat menyerap Dharma ke dalam hati dan melenyapkan bencana batin diri sendiri. Bencana batin adalah ketamakan, kemarahan, kebodohan, kesombongan, dan keraguan.

Kita harus mengendalikan kesombongan dan keraguan, baru bisa menghilangkan ketamakan, kemarahan, dan kebodohan. Jika kita tidak bisa menolong orang-orang di sekitar kita, bagaimana kita bisa menolong orang-orang di seluruh dunia? Kekuatan satu orang tidaklah cukup. Semua orang harus bekerja sama agar terbentuk kekuatan besar. Jadi, semakin banyak orang, semakin besar kekuatan.

doc tzu chi

Kita juga melihat Ormoc, Filipina yang pernah diterjang Topan Haiyan. Di sana, insan Tzu Chi bersumbangsih dengan cinta kasih yang tulus. Awalnya, relawan kita menjalankan program bantuan lewat pemberian upah untuk menjaga kelangsungan hidup mereka serta membangun rumah bagi mereka dan menenangkan hati mereka. Lalu, relawan kita juga membimbing mereka mengubah tabiat buruk dan membangkitkan cinta kasih mereka. Banyak warga yang telah menjadi relawan.

“Mereka memperhatikan dan memandikan saya serta mengganti pakaian saya. Hari ini adalah kedua kalinya mereka mengunjungi saya. Setiap kali datang, mereka selalu memijat tubuh saya. Saya merasa bahwa kesehatan saya perlahan-lahan membaik,” kata Rolando, Penghuni Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi.

“Setelah beberapa kali kunjungan kasih, anak-anak muda ini telah mengubah tabiat buruk mereka dan bisa berempati pada orang lain,” ujar Juanito, relawan lokal.

doc tzu chi

Inilah cinta kasih antartetangga. Dalam sebuah desa, jika warga bisa saling memperhatikan, anak muda bisa memperhatikan lansia, dan orang yang sehat bisa menolong orang yang mengalami keterbatasan gerak, maka semua warga desa akan seperti satu keluarga. Bukankah ini sangat indah? Inilah kekuatan cinta kasih.

Kita juga melihat Indonesia. Sesungguhnya, misi Tzu Chi telah dijalankan selama lebih dari 20 tahun di Indonesia. Saat terjadi pergolakan dalam masyarakat, insan Tzu Chi tetap bergerak untuk memberikan bantuan. Setiap tahun, relawan kita membagikan beras. Mereka juga memberikan bantuan pada pesantren. Almarhum Habib Saggaf penuh welas asih. Anak yatim piatu dan anak kurang mampu yang diterima di pesantren beliau berjumlah lebih dari 3.000 orang saat itu.

Karena itu, beliau mengalami kesulitan finansial. Sejak tahun 2003, Tzu Chi memberikan bantuan beras kepada mereka setiap bulan. Kemudian, berhubung jumlah santri terus meningkat, tempat tinggal para santri menjadi sangat padat. Karena itu, kita membantu mereka membangun ruang kelas dan asrama.

Kita juga mengadakan baksos bagi mereka. Relawan kita terus memberikan bantuan selama lima tahun. Lima tahun kemudian, mereka berharap kita dapat terus memberikan bantuan. Saya lalu berkata pada insan Tzu Chi Indonesia untuk membimbing mereka agar bisa hidup mandiri. Berhubung mereka memiliki lahan, relawan kita pun mengajari mereka cara bercocok tanam.

doc tzu chi

Relawan kita juga mengajari mereka cara mengolah gandum menjadi tepung terigu dan menggunakannya untuk membuat roti. Relawan kita juga menyiapkan sebuah ruangan yang lengkap dengan oven. Setelah kebutuhan hidup mereka terpenuhi dengan hasil penjualan roti yang mereka buat sendiri, kita baru berhenti memberikan bantuan.

Kita juga membimbing mereka melakukan daur ulang. Mereka juga melakukan daur ulang. Pada saat yang sama, relawan kita juga mengajarkan Kata Renungan Jing Si di pesantren. Mereka bisa mempelajari bahasa Mandarin lewat Kata Renungan Jing Si. Secara rutin, relawan kita mengajari mereka bahasa Mandarin dengan Kata Renungan Jing Si. Relawan kita juga mengajari mereka bahasa isyarat tangan dan lagu-lagu Tzu Chi.

Para santri di sana sangat perhatian. Dahulu, saat relawan kita baru menjangkau pesantren itu, ada seorang santri yang berusia 12 tahun. Kini, setelah tumbuh dewasa, dia mengajar bahasa Mandarin di sana dan menjadi pemandu bagi para pengunjung. Dia selalu ingat untuk berbagi tentang asal mula Kata Renungan Jing Si, semangat celengan bambu Tzu Chi, dan bagaimana Tzu Chi membantu pesantren itu.

Dia bisa berbagi dengan baik karena mengingatnya dengan jelas. Di dalam hati mereka terdapat insan Tzu Chi. Mereka bersyukur kepada Tzu Chi yang telah membantu pesantren mereka dan membimbing mereka ke arah yang penuh cinta kasih dan kebajikan.

Di Tzu Chi, kita tidak membeda-bedakan agama. Kita memiliki relawan dari berbagai agama. Di mana pun bencana terjadi, relawan kita akan pergi ke sana. Yang kita berikan bukan hanya bantuan darurat. Kita juga berusaha untuk menstabilkan kehidupan mereka di masa mendatang. Selain menenteramkan batin dan fisik mereka, kita juga menstabilkan kehidupan mereka, inilah tujuan dari penyaluran bantuan kita.

Hal yang harus disyukuri sangatlah banyak. Insan Tzu Chi di seluruh dunia bergerak untuk bersumbangsih. Namun, berapa banyak orang yang bisa mengenal ajaran Buddha? Tidak banyak. Kita semua harus tekun dan bersemangat untuk membangkitkan kekayaan batin orang-orang. Dengan begitu, meski diri kita bagaikan burung gereja itu, tetapi jika ada banyak burung gereja yang mengerahkan kekuatan, maka akan jatuh tetes-tetes air seperti hujan yang bisa memadamkan kebakaran besar. Singkat kata, asalkan ada tekad, maka tiada hal yang sulit.

Melenyapkan noda batin untuk membebaskan diri dari bencana
Melihat keindahan hati manusia lewat cinta kasih antar tetangga
Membimbing orang lain hidup mandiri dengan keteguhan tekad
Membangkitkan kekuatan cinta kasih untuk menenteramkan dunia

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 23 Mei 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 25 Mei 2017

Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -