Ceramah Master Cheng Yen: Membina Anak-anak dengan Ketulusan Jalinan Kasih Sayang

Kita bisa melihat insan Tzu Chi menjangkau sekolah-sekolah dan berinteraksi dengan begitu banyak anak. Anak-anak diajari tata krama. Kita selalu berharap pendidikan anak-anak dapat dilandasi oleh tata krama. Memiliki tata krama berarti memahami kebenaran. Dalam mendidik anak-anak, kita harus membuat mereka memahami nilai-nilai moral, terlebih dalam mendidik murid sekolah menengah. Inilah pendidikan masa sekarang.

Dahulu, begitu memasuki gerbang sekolah, kita bisa melihat kata-kata tata krama, keadilan, kejujuran, dan rasa malu. Kini, nilai-nilai itu harus diwariskan lewat orang. Meski nilai-nilai itu tidak terlihat, tetapi relawan kita telah menunjukkannya dengan menjadi teladan yang penuh cinta kasih. Para Da Ai Mama bisa memainkan peran sebagai nenek ataupun ibu para murid. Sekelompok Da Ai Mama ini terjun ke sekolah untuk mengajarkan tata krama kepada anak-anak agar mereka tahu bersyukur. Da Ai Mama juga mengajarkan Kata Renungan Jing Si agar anak-anak berdisiplin dalam keseharian dan mengikuti kegiatan bedah buku.

Saya masih ingat lebih dari 20 tahun yang lalu, pengajaran Kata Renungan Jing Si di sekolah dimulai di Pingtung oleh Guru You. Kelas yang menjadi tanggung jawab Guru You merupakan kelas dengan prestasi terburuk. Kemudian, Guru You bergabung dengan Asosiasi Guru Tzu Chi dan memperoleh buku Kata Renungan Jing Si. Beliau sangat gembira. Setiap hari, beliau berbagi satu Kata Renungan Jing Si dengan murid-muridnya. Guru You menggunakan berbagai kisah untuk menjelaskan Kata Renungan Jing Si.

Ini membutuhkan kerja keras selama bertahun-tahun. Saat itu, beliau terus berusaha untuk membawa perubahan bagi murid-muridnya. Kini murid-muridnya itu sudah menjadi guru atau terjun ke bidang lain. Kementerian Pendidikan bahkan mengunjungi sekolah ini untuk mencari tahu mengapa murid-murid dengan prestasi terburuk akhirnya bisa mendapatkan prestasi terbaik. Saat makan, murid-murid itu juga sangat tertib. Tata krama mereka saat makan sama seperti para anggota Sangha.

Ini semua berkat Guru You yang sangat terampil dalam mendidik murid-murid. Adakalanya, beliau menggunakan pertunjukan wayang Potehi untuk mengajari murid-murid. Sungguh, menjadi seorang guru teladan sangat tidak mudah. Beliau berkata bahwa mendidik murid-murid dengan memarahi mereka tidak dapat membuahkan hasil. Setelah beliau mengajari mereka dengan Kata Renungan Jing Si, interaksi mereka semakin baik dan hubungan mereka juga semakin dekat. Ini semua berkat Kata Renungan Jing Si. Kini, melihat pengajaran Kata Renungan Jing Si di sekolah, saya sungguh merasa gembira.

Saya masih ingat pada masa-masa awal, tidak mudah bagi anggota Asosiasi Guru Tzu Chi untuk mengajarkan Kata Renungan Jing Si di sekolah. Seiring berlalunya tahun demi tahun, anak-anak terus bertumbuh besar. Banyak murid SD pada saat itu yang kembali untuk dilantik sekarang.

Jadi, waktu terus berlalu. Waktu bisa mengakumulasi segalanya. Seiring berjalannya waktu, kita bisa menyukseskan bisnis dan pelatihan kita, juga bisa mengakumulasi kekuatan karma, baik karma baik maupun karma buruk. Orang yang berbuat baik dapat menjalin jodoh baik dengan sesama dan menciptakan berkah bagi dunia. Namun, ada pula yang berpikiran menyimpang sehingga menciptakan karma buruk dan menjalin jodoh buruk dengan sesama. Akibatnya, keluarga dan masyarakat mereka menjadi tidak aman dan tenteram. Ini semua terakumulasi oleh waktu.

Setiap hari, kita bisa melihat insan Tzu Chi bersumbangsih bagi masyarakat dengan sepenuh hati. Banyak orang yang mengira bahwa Tzu Chi hanya menyalurkan bantuan ke luar negeri dan tidak memedulikan Taiwan. Benarkah demikian? (Tidak) Saat Taiwan dilanda bencana, kapan kita tidak memberikan bantuan?

Di dunia ini, antarmanusia hendaknya membina jalinan kasih sayang yang tulus untuk membawa kebaikan bagi dunia dan memberikan pendidikan moral yang nyata untuk menciptakan masyarakat yang penuh berkah. Inilah arah yang saya tunjukkan kepada para insan Tzu Chi tahun lalu. Semua orang hendaknya memperlakukan sesama dengan penuh ketulusan. Setiap insan Tzu Chi harus membina ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan serta mempraktikkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Inilah arah tujuan kita tahun lalu. Tahun ini, saya kembali memberikan arah baru.

(Jalan cinta kasih universal membentang luas ke seluruh dunia. Jalinan kasih sayang terus bertahan untuk selamanya)

Kita harus ingat bahwa Tzu Chi telah berdiri selama setengah abad. Selama lima puluh tahun ini, dari hari pertama, kita setiap hari membentangkan setiap inci jalan dengan cinta kasih. Jalan cinta kasih universal ini telah terbentang dari Taiwan yang merupakan tanah kelahiran Tzu Chi hingga ke seluruh dunia. Kita telah bersumbangsih di berbagai negara. Jadi, jalan cinta kasih universal membentang luas ke seluruh dunia. Dimulai dari Taiwan, penyaluran bantuan bencana kita terus meluas hingga ke lebih dari 90 negara dan wilayah.

Kita juga melihat jalinan kasih sayangyang terus bertahan dalam jangka panjang. Semua relawan kita bagaikan Bodhisatwa yang memiliki cinta kasih berkesadaran. Bodhisatwa merupakan makhluk yang berkesadaran. Sejak hari pertama pada 50 tahun yang lalu, jalinan kasih sayang yang tulus ini terus bertahan hingga sekarang. Jadi, jalinan kasih sayang terus bertahan untuk selamanya, dari 50 tahun yang lalu hingga sekarang, bahkan hingga masa mendatang.

Dalam jangka panjang di masa mendatang, kita akan terus membentangkan jalan cinta kasih dan mempertahankan jalinan kasih sayang. Pada tahun ke-50 berdirinya Tzu Chi, saya ingin kalian mengingat syair ini di dalam hati dan tahu bahwa selama 50 tahun ini, kita telah membentangkan setiap inci jalan dengan kasih sayang yang tulus. Jadi, saya berharap kalian dapat ingat untuk bersungguh hati setiap hari dan memahami sejarah perjalanan Tzu Chi.

Mengajarkan tata krama dan menjadi guru teladan

Membasuh batin anak-anak dengan Kata Renungan Jing Si

Memberikan bantuan hingga ke seluruh dunia

Membina anak-anak dengan ketulusan jalinan kasih sayang

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 28 Februari 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 1 Maret 2016

Mengonsumsi minuman keras, dapat melukai orang lain dan mengganggu kesehatan, juga merusak citra diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -