Ceramah Master Cheng Yen: Memupuk Kebajikan dan Membentuk Hutan Bodhi


“Saya menuruti kata-kata Kakek Guru untuk bervegetaris karena dengan bervegetaris, kita dapat menyelamatkan Bumi dan melindungi hewan. Semoga semua orang di seluruh dunia dapat makan kenyang tiga kali dalam sehari serta selalu bahagia dan sehat. Saya juga berharap pandemi segera berlalu,” tutur Ong Jin Yen, Murid Tzu Chi.

“Hari ini, saya membawa celengan bamboo untuk menolong orang yang menderita. Semoga semua orang aman dan tenteram,” ujar Ching Ycc See, Murid TK Tzu Chi.

“Saya berdoa semoga semua orang aman dan tenteram,” kata Lü Cheng-ze, Murid TK Tzu Chi.

Benar, kita harus berdoa semoga semua orang aman dan tenteram. Dengan menggenggam waktu untuk meningkatkan nilai kehidupan, maka setiap waktu adalah waktu yang baik. Saya berharap setiap orang dapat membangkitkan niat baik dan menjadi orang baik. Orang baik selalu berbuat baik. Saya berharap setiap orang dapat melakukannya.

Selalu bertemu dengan orang baik dan semua hal berjalan lancar, inilah kebahagiaan yang diharapkan oleh orang-orang. Dipenuhi berkah dan ketenteraman adalah harapan setiap orang. Namun, apakah harapan ini bisa terwujud? Ini bergantung pada kita. Dalam keseharian, apakah kita memupuk berkah dan menjalin jodoh baik? Sudahkah kita menggenggam waktu untuk menjalin jodoh baik dan berbuat baik?
 

Jika kita sudah melakukannya, saat kita mendoakan satu sama lain, tentu doa kita akan terwujud. Jadi, kita harus ingat untuk menggenggam setiap detik guna berbuat baik. Dengan menggenggam setiap detik untuk berbuat baik, berarti kita menciptakan dan memupuk berkah. Setiap hari, kita harus bersungguh hati dan menggenggam waktu. Kita harus berikrar untuk berbuat baik setiap hari. Kita harus senantiasa memiliki niat seperti ini dalam jangka panjang.

Kita bisa melihat bahwa bencana alam kerap terjadi. Selain itu, juga ada krisis bahan pangan. Contohnya letusan gunung berapi di Saint Vincent. Gunung itu terus memuntahkan abu vulkanik. Setelah itu, wilayah itu juga diguyur hujan deras. Bisa dibayangkan betapa seriusnya dampak bencana yang ditimbulkan. Terlebih, Saint Vincent memang kekurangan barang kebutuhan sehari-hari karena hanya merupakan sebuah pulau kecil.

Di Sint Maarten, kita memiliki seorang anggota komite, Xi-fang, yang mengemban misi Tzu Chi di beberapa pulau kecil. Xi-fang giat menjalankan Tzu Chi dan suaminya mendukungnya. Saat mengemban misi Tzu Chi, mereka sering kali merogoh kocek sendiri. Mereka juga membangun tekad dan ikrar agung serta membangkitkan ketulusan yang sama dengan kita. Xi-fang juga mengadakan upacara pemandian rupang Buddha secara bersamaan dengan kita.

Saya sangat memujinya. Dia telah menjalankan Tzu Chi selama belasan tahun di Sint Maarten dan telah menginspirasi warga setempat untuk menjadi anggota komite Tzu Chi dan relawan dalam pelatihan. Relawan di sana tidaklah banyak, tetapi warga kurang mampu dan warga lansia sangatlah banyak. Relawan kita juga giat memperhatikan warga lansia di panti wreda. Mereka menciptakan berkah bagi dunia karena memiliki cinta kasih di dalam hati. Mereka juga membimbing sesama dengan tulus.
 

Mereka sangat menghargai beras dari Taiwan. Berhubung beras yang ada terbatas, mereka pun membagikannya dalam hitungan gelas. Saat membagikan gelas pertama, mereka mengimbau orang untuk bertutur kata baik. Saat membagikan gelas kedua, mereka mengimbau orang untuk berbuat baik. Saat membagikan gelas ketiga, mereka mengimbau orang untuk berpikiran baik. Jadi, mereka mengimbau para penerima bantuan untuk bertutur kata baik, berbuat baik, dan berpikiran baik.

Relawan kita juga mengimbau para penerima bantuan untuk tidak membangkitkan niat mencuri meski hidup kekurangan. Relawan kita mengimbau mereka untuk berdamai dengan kemiskinan dan mempelajari Dharma dengan sukacita. Orang-orang sering berkumpul di rumah Xi-fang untuk mendengarnya berbagi ajaran saya atau mendengar ceramah saya dalam program "Lentera Kehidupan". Dia bertekad untuk bersumbangsih di sana sebagai Bodhisatwa dunia.

Seperti yang Buddha katakan, Dunia Saha ini penuh dengan penderitaan. Buddha datang ke dunia ini untuk membimbing orang-orang dan mengajarkan berbagai prinsip kebenaran. Di alam semesta ini, Bumi tidaklah luas. Namun, bagi manusia, itu sudah sangat luas. Kita dapat menyebarkan Dharma ke seluruh penjuru dunia. Contohnya Sint Maarten. Warga setempat menganut agama yang berbeda dengan kita. Namun, relawan kita bisa berbagi Dharma dengan setiap individu dan keluarga.

 

Relawan kita terjun ke tengah masyarakat dengan cinta kasih yang tulus. Relawan kita terus membimbing orang-orang saat memberikan bantuan untuk mengenyangkan perut mereka dan membawa kebahagiaan bagi mereka. Relawan kita membimbing mereka untuk berpikiran baik serta tidak berkeluh kesah ataupun menyimpan kebencian. Relawan kita juga membuka pintu hati mereka dan membimbing mereka untuk menerima keadaan.

Kita harus memahami hukum sebab akibat dan menerima keadaan. Akan tetapi, relawan kita juga menyemangati mereka untuk tekun melatih diri. Menerima keadaan bukan berarti tidak melakukan apa-apa. Kita tetap harus tekun melatih diri. Jadi, Xi-fang telah menyebarkan Dharma di sana. Saya sungguh terharu melihatnya.

Bodhisatwa dunia ini adalah insan Tzu Chi. Hanya manusialah yang bisa terjun ke masyarakat. Dengan terjun ke masyarakat, kita dapat membimbing orang-orang menuju arah yang benar.

Kebahagiaan adalah harapan setiap orang
Memupuk kebajikan hendaklah dilakukan dalam jangka panjang
Membimbing orang untuk melakukan tiga kebaikan dan menerima keadaan
Berdamai dengan kemiskinan dan mempelajari Dharma dengan sukacita
  
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 12 Mei 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 14 Mei 2021
Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -