Ceramah Master Cheng Yen: Mencurahkan Perhatian dan Menjalin Jodoh Baik

“Anda mengalami edema di kedua kaki. Anda mungkin menderita gagal jantung ringan yang mengakibatkan edema di kaki Anda,” kata Zhang Kai-xiang Dokter RS Tzu Chi Taipei.

“Apa Kakek mengerti ucapannya? dr. Zhang berkata bahwa Kakek harus memeriksakan diri ke poli jantung untuk memastikan kondisi Kakek,” ucap salah satu relawan.

“Di kaki kirinya terdapat sebuah luka. Itu merupakan luka luar, tetapi dia menutupi lukanya dengan koyok. Ini membuat kami agak terkejut. Setelah memeriksa lukanya dengan teliti, kami mendapati bahwa lukanya telah bernanah dan kulit di sekitarnya memerah dan bengkak. Berdasarkan pengalaman kami, biasanya pasien dengan kondisi seperti ini perlu diopname,” terang Zhang Kai-xiang Dokter RS Tzu Chi Taipei.

“Klinik tidak buka pada hari Minggu, tetapi Anda bisa mendaftar ke UGD,” ucap relawan.

“Bolehkah saya pergi besok saja?” ucap Kakek Jian.

“Tentu saja tidak. Anda harus pergi ke UGD hari ini,” ucap relawan.

“Anda perlu diinfus dahulu, baru menjalani pengobatan. Anda perlu segera diinfus dan diobati. Jangan meremehkan luka yang bernanah,” kata relawan lainnya.

“Jangan menanggung rasa sakit lagi,” ucap relawan lain.

“Bukankah dokter menyuruh Anda untuk lekas berobat? Jangan ditunda lagi,” tutup relawan.


Kini cuaca sangat dingin. Semoga para relawan kita bisa lebih sering memperhatikan lansia di komunitas. Setelah pulang ke rumah, dengan lebih memperhatikan kondisi lansia di sekitar kita, kita bisa membawa manfaat besar bagi mereka. Kita bisa melihat kondisi lansia. Kita sering mendoakan orang lain semoga mereka berumur panjang hingga 100 atau 120 tahun. Namun, kita tidak mendoakan dr. Kui-cun bisa berumur panjang hingga 100 tahun karena kini beliau telah berusia 102 tahun. Apakah beliau yang sudah berusia 102 tahun memilih untuk beristirahat? Tidak, beliau tetap berpartisipasi dalam baksos kesehatan.

Beliau pergi ke pegunungan di Shuangxi bersama anggota TIMA lainnya untuk memberikan pelayanan medis gratis. Di sanalah mereka memberikan pelayanan medis secara gratis. Beliau turut berpartisipasi dan berinteraksi dengan kaum lansia. Kaum lansia sering berkata, “Saya sudah berusia 70-an tahun, sudah tua.”

“Ada dua dokter datang mengunjungimu. Beliau sudah berusia 102 tahun,” ucap salah satu relawan.

“Berhubung menderita paru-paru basah, saya bisa sesak napas. Adik laki-laki saya menasihati saya untuk lebih banyak beristirahat. Namun, hanya istirahat tidaklah baik. Berhubung cuaca hari ini sangat cerah, saya bersiteguh untuk keluar. Saya telah berusia 102 tahun,” kata Chen Kui-cun Dokter TIMA.

“Apa? Anda beruntung sekali,” ucap salah satu pasien.

“Kehidupan diberikan oleh Tuhan. Saya tidak boleh menyia-nyiakan hidup saya. Saya harus berusaha untuk memberi pelayanan bagi masyarakat,” kata Chen Kui-cun Dokter TIMA.

Meski sudah lansia, beliau masih bisa mengembangkan potensi untuk mengobati pasien.

“Kehidupan ini sangat berharga. Janganlah kita menyia-nyiakannya,” tutup Chen Kui-cun Dokter TIMA.

Melihat beliau yang sudah lansia pun masih berdedikasi, kita hendaknya tidak mengeluh lelah. Semangatnya telah menginspirasi banyak orang. Jadi, kita harus bersyukur, menghormati, dan mengasihi kehidupan serta membina keharmonisan tanpa pertikaian untuk menciptakan berkah bersama. Dengan adanya orang yang membimbing, semua orang yang pada dasarnya memiliki cinta kasih di dalam hati akan tergugah untuk bersama-sama menciptakan berkah bagi dunia. Bayangkanlah, dengan bertindak secara nyata untuk mencurahkan perhatian, kita bisa menolong banyak orang. Ini termasuk menciptakan pahala.


Saya bersyukur kepada insan Tzu Chi yang telah bersumbangsih secara nyata sehingga bisa menjadi teladan dan menginspirasi orang-orang di seluruh dunia. Kita harus tekun bersumbangsih dan menjadi teladan Bodhisatwa dunia yang terbebas dari pertikaian dan pamrih.

Dalam kehidupan ini, saya selalu menjaga keharmonisan dengan semua orang dalam segala hal di dunia ini. Saya tidak pernah bertikai dengan siapa pun di dunia ini dalam hal apa pun.

Kita harus menjaga pikiran kita. Apakah di dalam pikiran kita terdapat ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan? Apakah kita merasa sombong karena telah berbuat baik dan menolong banyak orang? Jika ya, berarti kita melekat pada pahala.

Jika kita memiliki ketamakan dan kemelekatan seperti ini, maka perbuatan baik kita akan sia-sia. Ini bagai membeli mi di restoran. Mereka memasak mi untuk kita dan kita membayar untuk itu. Jadi, tidak ada berkah yang tercipta. Restoran menyediakan makanan bagi kita dan kita membayar untuk itu. Jadi, kedua belah pihak tidak menjalin jodoh baik ataupun menciptakan berkah.

Namun, kita hendaknya bersyukur kepada restoran atau pedagang mi yang menyediakan makanan untuk menghilangkan rasa lapar kita. Meski kita membayar untuk mi itu, kita tetap harus bersyukur karena ada orang yang menyediakan mi. Jika semua orang saling bersyukur, menghormati, dan mengasihi, maka masyarakat akan harmonis, bahagia, dan damai.

Jika antarmanusia bisa harmonis dan saling menghormati, maka kehangatan masyarakat akan meningkat, juga tidak akan terjadi pertikaian.

Kita harus mengasihi dan melindungi keluarga dan negara kita. Kita harus bertindak secara nyata dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan keluarga dan komunitas yang harmonis. Inilah Bodhisatwa dunia yang sesungguhnya.

Saya sangat bersyukur Tzu Chi bisa menjalin jodoh baik di berbagai negara. Saat relawan di sebuah negara paham bagaimana menjalankan Tzu Chi, mereka bisa menginspirasi relawan lokal yang tak terhingga. Dengan adanya relawan lokal, saat bencana terjadi, mereka bisa memanfaatkan sumber daya setempat untuk menyalurkan bantuan.


“Dari ponakan saya, saya tahu tentang pusat bantuan bencana komunitas ini. Terima kasih, Tuhan. Kami datang untuk mencari bantuan dan kalian membantu kami. Saya berterima kasih pada kalian,” kata Mike Povich Korban kebakaran.

“Semua makanan mereka telah rusak. Karena itu, kami memberikan bantuan berupa dana agar mereka dapat membeli makanan,” kata Xu Zhi-long relawan Tzu Chi.

“Setelah mengobrol dengan korban bencana, kami mendapati bahwa mereka berharap menerima perlengkapan dapur,” kata Li Xiao-qiang relawan Tzu Chi.

“Saat kami sedang kesulitan, ada orang yang peduli pada kami. Karena itulah, saya menangis. Saya berterima kasih kepada Tzu Chi yang telah menolong kami,” kata Tri Mudi Ati korban kebakaran.

Lihatlah bagaimana insan Tzu Chi menyebarkan benih cinta kasih pada semua orang. Kita menginspirasi relawan yang tak terhingga sehingga bisa menolong banyak orang. Kita sering mendengar penerima bantuan menyatakan terima kasih pada Tzu Chi. Sungguh, janganlah kita melupakan kondisi Tzu Chi pada masa-masa awal dan orang-orang yang memiliki kesatuan hati untuk bersumbangsih dengan cinta kasih hingga kini. Intinya, kita harus bersyukur.

Saat merasakan dinginnya cuaca pada musim dingin, kita harus tahu bahwa di wilayah yang dingin, banyak orang yang membutuhkan bantuan. Jadi, saya berharap setiap orang dapat meningkatkan kekuatan cinta kasih dan mencurahkan perhatian di komunitas.

Kita harus menggenggam kesempatan dan menghimpun kekuatan untuk menjalin jodoh baik dan menghimpun kekuatan untuk menjalin jodoh baik serta menapaki Jalan Bodhisatwa. Apakah kalian paham? (Paham)

Bagus.

Saya mendoakan kalian.

Menjadi teladan Bodhisatwa dunia
Saling menghormati tanpa pertikaian untuk mewujudkan kebahagiaan dan keharmonisan
Mencurahkan perhatian dan bersumbangsih dengan cinta kasih
Menginspirasi relawan yang tak terhingga dan menjalin jodoh baik

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 5 Desember 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 7 Desember 2019
Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -