Ceramah Master Cheng Yen: Mengembangkan Potensi untuk Menolong Sesama

“Kami tinggal di hutan. Ada dua tempat. Satunya lebih dekat, yakni sekitar 3 hingga 5 kilometer. Satu tempat yang lainnya sekitar 10 kilometer. Kami akan terus mencoba. Kami tidak akan menyerah. Kami akan terus memohon negara-negara di Eropa agar membuka perbatasan untuk kami,” kata seorang pengungsi Pakistan.

Kita dapat melihat para pengungsi yang sungguh kasihan. Mereka tidak tahu di mana tempat untuk tinggal. Untuk bertahan hidup di tengah cuaca yang begitu dingin merupakan ancaman yang besar bagi mereka. Mereka melewati setiap detik dengan sulit.

Bagaimana cara kita membantu para pengungsi? Mereka melewati satu hari bagai satu tahun. Meski kita berkata bahwa cuaca sangat dingin, tetapi kita masih memiliki rumah yang hangat, dan memiliki saluran air dan listrik yang membuat hidup kita bebas dari kekhawatiran. Untuk itu, kita sungguh harus bersyukur.

Saat melihat penderitaan orang lain, beberapa orang mungkin berpikir orang-orang yang menderita itu berada jauh darinya dan tidak memiliki hubungan dengannya. Janganlah kita berpikir demikian. Kita harus memandang para pengungsi sebagai orang-orang yang kita kasihi yang tengah menderita di tempat yang jauh. Terlebih lagi, kini dunia ini dipenuhi oleh Lima Kekeruhan dan pikiran manusia juga tidak selaras.

doc tzu chi

Meski hari ini kita hidup aman dan tenteram, tetapi kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Karena itu, kita sungguh harus menyadari berkah, menghargai berkah, dan lebih banyak menciptakan berkah. Kita harus menyelaraskan pola pikir kita. Saat melihat penderitaan orang lain, kita harus mengingatkan diri untuk membangkitkan cinta kasih.

Saat kita memandang orang-orang yang menderita bagai keluarga sendiri, secara alami cinta kasih akan terbangkitkan di dalam hati kita. Lihatlah kehidupan para pengungsi. Di Serbia, masih ada banyak pengungsi yang belum mendaftarkan diri karena mereka khawatir begitu mendaftarkan diri, mereka akan segera dideportasi. Mereka hidup bersembunyi dan tak menerima bantuan dari dunia internasional sebab mereka tidak terdaftar dalam daftar nama pengungsi.

Jadi, para pengungsi yang ilegal ini lebih menderita dari pengungsi yang biasa karena mereka harus melarikan diri dan hidup bersembunyi. Mereka khawatir akan dideportasi jika ketahuan. Bagaimana mungkin kita tidak dapat turut merasakan penderitaan mereka? Saat melihat penderitaan orang lain, kita harus membangkitkan perasaan tidak tega. Relawan Tzu Chi melakukan perjalanan yang jauh menuju Serbia untuk mencurahkan perhatian.

doc tzu chi

Para relawan Tzu Chi dari negara yang berbeda-beda berkumpul bersama untuk bersumbangsih karena perasaan yang tidak tega. Tanpa memedulikan sanitasi lingkungan setempat, para relawan terjun untuk melakukan survei guna mencari tahu kebutuhan para pengungsi. Barang-barang yang mereka beli adalah barang yang dibutuhkan para pengungsi. Relawan kita juga menyediakan pakaian baru untuk pengungsi. Selain itu, relawan kita juga membantu para pengungsi agar hidup lebih terhormat.

Demi sekelompok pengungsi di sana, para relawan kita bersumbangsih dengan penuh kesungguhan hati. Di Serbia, hati penuh cinta kasih membuat kita dapat bersungguh-sungguh bersumbangsih bagi orang yang menderita di dunia. Inilah kekuatan cinta kasih.

Kita juga melihat sebuah bencana kebakaran di Filipina pada beberapa hari lalu. Kebakaran itu melahap lebih dari 3.000 unit rumah. Kita dapat melihat relawan Tzu Chi segera menggerakkan dapur berjalan ke lokasi bencana untuk menyediakan makanan hangat bagi para korban bencana. Mereka juga telah bersiap-siap untuk membagikan bantuan. Relawan Tzu Chi selalu menyalurkan bantuan sesegera mungkin. Relawan Tzu Chi di Filipina selalu bergerak dengan cepat.

Kita juga melihat di Kaohsiung, saat cuaca dingin, relawan Tzu Chi setempat juga turun ke jalan-jalan untuk mencurahkan perhatian bagi tunawisma. Relawan Tzu Chi di berbagai tempat selalu memperhatikan orang-orang yang menderita. Saya sangat tersentuh melihat relawan Tzu Chi membantu orang-orang yang menderita.

Kemarin, kita mengadakan rapat Rumah Sakit dan Universitas Tzu Chi. Saya mendengar beberapa professor dan dokter berbagi tentang penelitian mereka tentang pengobatan, praktik klinis, dan pendidikan. Saya sangat mengagumi Profesor Chen Li-kuang. Beliau adalah orang yang sangat rendah hati.

Setelah memperoleh gelar doktor, beliau tetap merendahkan hati dengan mulai menjadi dokter jaga. Ini sungguh mengagumkan. Meski sudah memperoleh gelar doktor, beliau tetap bekerja sama dengan dokter muda. Beliau bertugas sebagai dokter jaga di ruang Unit Gawat darurat. Beliau melakukan semua itu dengan penuh cinta kasih demi mengumpulkan data klinis untuk melakukan penelitian.

Sebagai seorang doktor, beliau tetap merasa perlu untuk melakukan penelitian klinis guna memahami berbagai penyakit dan mencari obat untuk mengobati pasien. Beliau juga ingin menciptakan lingkungan yang sehat agar pasien-pasien yang menjalani perawatan dapat keluar rumah sakit dengan sehat. Saat SARS mewabah pada tahun 2003, beliau juga menempuh bahaya demi mempelajari virus SARS dan mencari cara untuk mencegahnya. Semua sampel SARS dari wilayah timur Taiwan dikirimkan ke RS Tzu Chi Hualien.

”Dalam waktu satu hari, kami menerima 20 hingga 30 sampel dari pasien. Saat muncul kecurigaan SARS, dalam waktu satu hari, kami bisa menerima puluhan sampel. Saat itu, Master berkata kepada kami untuk bekerja seperti sedang menyalurkan bantuan. Kami harus berangkat paling pagi dan pulang paling terakhir. Kami juga harus melakukan hal-hal yang tidak ingin dilakukan oleh orang lain,”

Beliau menggunakan semangat menyalurkan bantuan bencana untuk melakukan penelitian. Kita harus merendahkan hati dan mengembangkan potensi di dalam diri. Inilah yang saya katakan kepada Profesor Chen. Dalam rapat kemarin, Profesor Chen berkata bahwa aerosol yang dikembangkan oleh timnya telah dipatenkan. Mereka juga menerima penghargaan. Aerosol yang tengah dikembangkan ini dapat membunuh bakteri di rumah sakit sehingga pasien tidak akan tertular. Ini sungguh membuat orang tersentuh.

Baik penyaluran bantuan untuk pengungsi maupun penelitian untuk mencegah infeksi, bukankah semangat untuk menolong sesama ini adalah sama? Jadi, melakukan penelitian medis sama dengan menyalurkan bantuan bencana. Selama sesuatu itu bermanfaat bagi umat manusia, maka itu adalah hal baik.

Cuaca yang dingin dan hujan lebat mendatangkan bencana

Lima Kekeruhan membuat  pikiran manusia tidak selaras

Relawan Tzu Chi menyalurkan bantuan pakaian ke Serbia

Melakukan penelitian medis untuk menolong umat manusia

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 Februari 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 12 Februari 2017
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -