Ceramah Master Cheng Yen: Mengentaskan Kemiskinan dan Menuju Kesejahteraan


Kita melihat tempat-tempat di mana hati manusia tidak selaras. Banyak warga di Afrika Selatan hidup dalam kemiskinan. Selain itu, batin mereka juga diliputi ketidaktenangan. Mereka sulit menahan derita akibat kemiskinan, sehingga memicu terjadinya kerusuhan. Dengan demikian, masyarakat sulit tenteram.

Di tengah gejolak hati manusia itu, kehidupan di sana sungguh penuh penderitaan yang tak terkira.

“Pabrik suami saya yang dibangun dari nol selama 10 tahun ini rusak dalam semalam. Kerugian materi yang diderita kira-kira mencapai lebih dari satu juta rand Afrika Selatan. Pada masa-masa ini, saya rasa kemajuan kami yang terbesar ialah hati kami tetap bebas dari kebencian. Kami menerima semuanya dengan tenang. Di dalam hati saya terus muncul kalimat dari pementasan Syair Pertobatan Air Samadhi, terutama yang berbunyi, "Dalam masa penuh bencana, diperlukan pembinaan welas asih agung; dalam masa penuh kekacauan, diperlukan pertobatan besar." Zhu Yan-fang relawan Tzu Chi.

"Kami sungguh harus bertobat karena edukasi yang kami lakukan mungkin tidak cukup mendalam, sehingga tidak mampu menghalangi kerusuhan kali ini untuk terjadi. Meski kerusuhan ini menyebabkan kerugian materi, tetapi kami bersyukur anggota keluarga dan karyawan kami semuanya selamat. Dibandingkan dengan orang lain, kami cukup beruntung,” pungkas Zhu Yan-fang.
 

Kerugian materi yang diderita memang sangat besar. Begitulah kehidupan. Kehidupan penuh penderitaan. Jika tidak merelakan, apa pula yang dapat diperbuat? Kita harus melepas dan merelakan serta bersiap untuk kembali memulai langkah yang baru. Selama masih memiliki tubuh, tidak terluka, dan anggota keluarga selamat, kerugian materi dapat direlakan.

“Meski mengalami kerugian materi, saya merasa ini bukanlah sesuatu yang membuat saya sangat sedih, yang membuat saya sedih ialah berpikir bagaimana kami harus menyebarkan ajaran Master Cheng Yen agar lebih tersebar di daratan Afrika. Bagaimana kami harus bersumbangsih dan membimbing orang lain agar hati manusia dapat tersucikan? Setelah hati manusia tersucikan, barulah masyarakat dapat semakin damai dan harmonis, sehingga gejolak masyarakat tidak akan banyak terjadi,” kata Lin Zhao-wen relawan Tzu Chi.

Saya sering mengatakan bahwa hati manusia harus tenang dan stabil. Mengenal rasa puas dan memiliki keinginan yang sedikit adalah berkah terbesar yang membawa ketenteraman.


Kita bisa melihat Indonesia sebagai contoh. Lebih dari 20 tahun lalu, di Indonesia terjadi sebuah kerusuhan. Hati semua orang tidak tenang. Para pengusaha setempat meminta petunjuk untuk memperoleh ketenangan batin. Saya berkata kepada mereka bahwa hanya cinta kasih yang dapat meredam bencana. Kebencian harus diredakan agar hati semua orang terbuka. Sumbangsih dengan cinta kasih tanpa pamrihlah yang dapat menenangkan hati warga yang hidup kekurangan.

Jadi, kita semua harus bersumbangsih. Jadi, pada saat itu, banyak pengusaha yang mengerahkan cinta kasih mereka untuk bersumbangsih bagi daerah yang diliputi kemiskinan. Bagi yang tidak punya makanan, kita memberikan beras. Para pengusaha itu juga terjun langsung untuk menyalurkan bantuan.

Saat ada warga lansia yang tidak mampu memikul beras, mereka membantu memikulnya dengan tangan sendiri. Sejak saat itu, di Indonesia, relawan dan pengusaha mulai bergabung dengan Tzu Chi. Kita juga melihat suasana yang penuh kehangatan. Mereka terjun langsung untuk memanggul beras. Mereka menggandeng warga yang lanjut usia dan lemah dan mengantarnya pulang ke rumah.


Setelah beras dibagikan, warga dapat segera mencium harumnya aroma nasi matang. Begitulah 20 tahun lalu. Kita dapat mengenang masa-masa itu. Saat itu, Kali Angke juga sangat kotor. Insan Tzu Chi menggagas pembersihan Kali Angke.

Mereka mengetuk kepedulian pengusaha setempat dan mendorong pemerintah untuk bergerak membersihkan Kali Angke. Para pengusaha tersebut juga terjun langsung dalam pembersihan. Bagi warga yang tak memiliki tempat tinggal, mereka membangun Perumahan Cinta Kasih. Dari sungai yang kotor dan tercemar, Kali Angke menjadi sungai yang airnya mengalir lancar.

Sungai itu menjadi lebih bersih. Saat perahu melintasi sungai tersebut, putaran mesin perahu adakalanya terhambat oleh sampah. Jadi, meski sampah-sampah dan lumpur sudah dibersihkan, tetapi sulit bagi sungai itu untuk menjadi benar-benar bersih. Airnya harus bisa mengalir agar sungai itu perlahan-lahan menjadi semakin bersih.

Sungai itu belum benar-benar bersih, masih ada lumpur yang mengendap di dasarnya. Sungai yang sudah kotor selama puluhan tahun tidak mungkin selesai dibersihkan dalam sekejap.


Jadi, dibutuhkan usaha yang berkelanjutan. Bukan berarti dengan satu kali pembersihan besar-besaran, sungai itu langsung bersih sepenuhnya. Setelah pembersihan, pembangunan harus dijalankan selangkah demi selangkah dengan penuh kesabaran.

Jadi, ini sebuah contoh. Pada masa-masa itu, Indonesia bagaikan sebuah sungai yang telah tercemar dan kotor, yang harus dibersihkan perlahan-lahan. Kini, pemandangan bantaran Kali Angke sudah lebih indah. Pembangunan masyarakat di Indonesia juga terus berjalan. Perdagangan internasionalnya juga sangat aktif.

Jadi, kehidupan membutuhkan kesatuan hati, keharmonisan, sikap saling mengasihi, dan gotong royong. Orang-orang dari berbagai bidang keahlian harus turut berperan. Bidang pertanian membutuhkan masyarakat yang damai agar para petani dapat bercocok tanam dengan tenang. Pekerja industri juga membutuhkan ketenangan. Masyarakat juga membutuhkan perdagangan.

Jika perdagangan dan perindustrian maju, masyarakat akan lebih sejahtera. Untuk itu, dibutuhkan peran dari berbagai bidang pekerjaan di masyarakat.

Gejolak batin manusia membawa malapetaka
Mengenal rasa puas dengan sedikit keinginan adalah berkah terbesar
Meredam kebencian dengan cinta kasih
Mengentaskan kemiskinan dan berjalan menuju kesejahteraan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 19 Juli 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 21 Juli 2021
Bila kita selalu berbaik hati, maka setiap hari adalah hari yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -