Ceramah Master Cheng Yen: Menjaga dan Membimbing Orang yang Berjodoh

Orang yang tekun dan bersemangat selalu menantikan saat-saat seperti ini. Di saat-saat ini, semua orang dapat berkumpul untuk mengikuti pelatihan bersama. Pelatihan ini adalah kegiatan besar yang dihadiri relawan dari 7 negara, tepatnya di 54 titik. Lebih dari 20 ribu orang bersama-sama mengikuti pelatihan lewat telekonferensi video. Mereka saling berbagi pengalaman dan mendengar kisah dari berbagai negara.

Tahun ini, saya terus meminta semua orang untuk mengenang kembali masa-masa yang telah dilewati. Mereka semua juga mengenang bencana gempa 21 September 1999 silam. Relawan Tzu Chi di seluruh Taiwan tengah mengenang masa-masa itu. Saat mengangkut bahan bangunan, truk harus melewati jalan pegunungan yang sulit. Karena khawatir bahan-bahan itu jatuh, kami turun untuk mengencangkan ikatannya. Enam sampai tujuh truk bermuatan 3,5 ton dikerahkan ke sana.

Keesokan harinya, pembangunan dimulai. Pada bencana 21 September 1999, segala yang kita dengar, lakukan, dan jalankan sungguh mengharukan. Yang membuat saya paling terharu ialah semua relawan bergerak untuk membantu. Saya rasa setiap orang memiliki welas asih di hati, tetapi kita juga harus mewujudkannya. Bencana tahun itu mungkin sangat menyedihkan jika diingat. Namun, di sana juga banyak kisah para relawan yang mengharukan.

Saat itu Taiwan bagian tengah diguncang gempa bumi yang sangat besar. Saat itu, gempa terjadi sekitar pukul satu dini hari. Meski langit belum terang, tetapi kita bisa melihat para relawan Tzu Chi  sudah mulai bergerak. Relawan dari berbagai wilayah di Taiwan segera bergerak dan berdatangan ke lokasi bencana. Ada yang menggunakan pesawat terbang, ada yang menyetir mobil, dan sebagainya. Mereka membawa peralatan sendiri untuk bersumbangsih di daerah bencana. Mereka segera menenangkan warga.

 

Pagi-pagi sekali, saat matahari belum terbit, para relawan sudah memasak sarapan untuk dibagikan di lokasi bencana. Begitulah Bodhisatwa mengerahkan kekuatan cinta kasih. Banyak kisah yang menyentuh dibagikan oleh relawan dari berbagai daerah. Sungguh banyak kisah yang mengharukan. Namun, di tengah bencana, orang-orang yang menderita juga banyak. Semua ini pernah kita lalui.

Dua puluh tahun yang lalu, berlandaskan rasa iba terhadap para korban, kita bersumbangsih tanpa menyerah. Tanpa membedakan status sosial, orang-orang berpartisipasi secara setara untuk bersumbangsih bersama-sama. Kondisinya sangat indah. Setiap orang memiliki tekad dan niat baik. Jika ingin diceritakan sekarang, tentu akan panjang sekali. Jika dijabarkan, kisah setiap orang bagaikan sebuah karya tulis yang mengharukan dan memiliki nilai sejarah. Kisah-kisah ini dibagikan dalam pelatihan kali ini.


Beberapa hari lalu, relawan dari Yilan datang untuk berbagi kepada saya tentang bagaimana mereka memikul tanggung jawab untuk membimbing semua makhluk. Mereka mengaku bahwa mereka pernah lengah. Kini mereka ingin lebih bersemangat untuk menghubungi kembali donatur lama serta menggalang donatur baru. Di komunitas masing-masing, mereka kembali mengadakan acara bedah buku dan berbagi tentang kisah-kisah dan sejarah Tzu Chi. Untuk itu, dibutuhkan tekad yang kuat.

Sebagian orang sudah berjodoh dengan kita dan telah kita bimbing. Namun, jika tidak kita hubungi selama beberapa waktu, meski ingin, mereka tak dapat menemukan kita. Tidak ada relawan yang menghubungi mereka. Mereka juga tidak berdaya. Jadi, belakangan ini kita juga sering mendengar para relawan yang bercerita bahwa saat mereka berbagi tentang Tzu Chi, orang yang mendengar berkata bahwa mereka sebelumnya juga pernah menjadi donatur Tzu Chi.


Saat ditanya, "Bagaimana dengan sekarang?" mereka menjawab,  "Entah mengapa sudah beberapa tahun ini relawan tidak lagi mengambil donasi saya." Cerita seperti ini juga banyak. Jadi, ini sangat disayangkan. Orang-orang yang sudah berjodoh itu terus menunggu kalian. Jika kalian tidak meninggalkan mereka, mungkin kini mereka juga sudah menjadi relawan.

Di komunitas, entah berapa banyak potensi yang dapat mereka kerahkan untuk memperhatikan lebih banyak orang. Kita sering membahas tentang pendampingan lansia jangka panjang. Untuk menjalankan ini, diperlukan cinta kasih dan semangat misi setiap orang di komunitas. Dengan semangat misi ini, relawan Tzu Chi mencurahkan perhatian bagi yang memerlukan di lingkungan tempat tinggal mereka. Pendampingan jangka panjang harus dimulai di komunitas masing-masing.


Kita harus merekrut lebih banyak relawan untuk menjalankan pendampingan ini. Banyak relawan Tzu Chi yang lanjut usia berkata, "Meski saya sudah tua, tetapi saya bertekad untuk tidak menjadi orang yang harus diperhatikan oleh orang lain." "Saya lebih baik menjadi orang yang memperhatikan orang lain." Meski sudah lanjut usia, mereka tetap memilih untuk menjadi orang yang memberi perhatian. Inilah Bodhisatwa.

Banyak orang menanti untuk kita bimbing agar bisa ikut menjadi relawan Tzu Chi. Untuk itu, dibutuhkan kekuatan kelompok yang mendorong mereka untuk turut membantu orang yang membutuhkan. Jadi, Saudara sekalian, jangan melepaskan satu pun orang yang telah berjodoh dengan kita. Inilah yang dibutuhkan saat ini.


Selangkah demi selangkah, kita telah berjalan di jalan ini sejak dahulu hingga sekarang. Sekarang kita masih harus melanjutkan perjalanan ini hingga masa depan. Jalan Bodhisatwa di dunia ini harus dilanjutkan hingga selamanya. Inilah Jalan Bodhisatwa di dunia. Terima kasih. Kita harus terlebih dahulu melatih diri ke dalam, baru bisa menjalankan praktik ke luar. Keduanya adalah pelatihan bagi Bodhisatwa. Terima kasih. Saya mendoakan kalian semua.

Terima kasih.

 

 

Tidak melupakan bencana yang pernah dilewati

Para relawan bergerak dilandasi oleh niat baik

Membimbing Bodhisatwa tanpa henti

Menjaga keberlanjutan jalan cinta kasih di dunia

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 6 Maret 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 8 Maret 2019

Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -