Ceramah Master Cheng Yen: Menjalin Jodoh Dharma dari Kehidupan ke Kehidupan

Waktu berlalu sangat cepat. Setiap hari sepertinya saya seperti mengejar waktu. Setiap kali memulai ceramah setiap hari, saya selalu membahas tentang waktu.

Sungguh, sejak momen kita dilahirkan, setiap orang hidup menyatu dan tak lepas dengan waktu. Sejak kecil hingga dewasa, hingga saat ini, bahkan hingga tua, berapa puluh tahun yang telah dilalui dengan cepat? Beginilah waktu di dunia.

Di dunia ini, kita bisa melihat berbagai penderitaan.

Mulanya saya adalah seorang juru masak. Tujuh tahun lalu saya terserang strok sehingga kehilangan kemampuan berbicara. Tiga tahun lalu, saya mengalami kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan tulang leher terluka sehingga saya tak leluasa bergerak. Dalam masa-masa itu, hidup saya seakan tidak memiliki cahaya, sangat gelap. Masa depan saya tidak jelas,” kata Bapak Chen.

“Setiap hari saya hidup sangat menderita. Hingga suatu hari, saya menyaksikan program Da Ai TV, ‘Dream Stage’. Setelah menyaksikannya, saya menjadi lebih bersemangat. Saya merasa saya masih bisa bangkit kembali. Pada saat-saat itu, saya sangat berterima kasih atas pendampingan dan bimbingan dari insan Tzu Chi yang membuat saya lebih berani menjalani kehidupan,” lanjutnya

“Selain itu, alasan saya bervegetaris dan membuka usaha makanan vegetaris bukanlah karena agama, melainkan demi pelestarian lingkungan. Jika manusia banyak mengonsumsi daging hewan, hewan ternak akan dikembangbiakkan besar-besaran. Ini akan menimbulkan pencemaran. Jika manusia tidak memakan daging hewan, hewan juga tidak akan diternakkan hingga begitu banyak. Selain itu, hewan juga harus disembelih. Ini menurut saya. Jadi, jika setiap orang bisa mengurangi makan daging, Bumi akan lebih bersih,” tutupnya.

 

Bapak ini mulanya sehat dan dapat bekerja dengan baik. Namun, kehidupan tidak kekal. Dia mengalami strok dan kecelakaan lalu lintas. Insan Tzu Chi mengunjunginya dan membantunya dengan senang hati.

Kita dapat melihat kini dia dapat bangkit kembali dan berbagi di atas panggung kepada semua orang. Dia menceritakan kesulitan yang pernah dialaminya. Inilah yang disebut pemberani. Kesaksiannya dapat dilihat oleh banyak orang.

Saya percaya Bapak Chen ini kelak juga akan bergabung ke dalam organisasi Bodhisatwa kita karena cinta kasih. Cinta kasih yang tulus membuatnya tersentuh sehingga mau menjalani pemulihan. Kelak dia dapat memberi kesaksian dan menjadi anggota Tzu Cheng atau komite Tzu Chi.

Saya percaya suatu hari nanti, dia yang pernah dibantu oleh Tzu Chi juga dapat menjadi relawan Tzu Chi. Kita menghibur dan membimbingnya dengan cinta kasih sehingga dia juga dapat membantu orang lain. Beginilah Jalan Bodhisatwa dunia ditapaki.

Bodhisatwa sekalian, setiap hari kalian menjaga dan memperhatikan orang-orang di berbagai tempat. Jika kalian menjadi pekerja sosial, entah berapa upah yang harus dibayarkan untuk kalian. Jika saya harus menghitungnya untuk kalian, berapa nilai acuannya? Sungguh sulit menghitungnya.

Ini sungguh sulit untuk dihitung. Ini yang disebut tak terhingga. Tak terhingga dan tak terbatas. Ini bagaikan butiran pasir Sungai Gangga. Mungkin kita telah memupuknya sejak kehidupan lampau. Jika tidak, bagaimana mungkin pada kehidupan ini kita bisa melakukan banyak hal seperti ini? Saya sangat bersyukur.


Sekitar satu tahun belakangan ini, saya berkata bahwa saya berutang kepada banyak orang karena kalian selalu berkata, "Master berkata demikian. Master ingin kita melakukan ini." Jadi, kalian melakukan yang saya katakan. Kalian menjalankan semua nasihat saya. Jadi, cinta kasih berkesadaran ini, dari kehidupan ke kehidupan, pasti akan kita teruskan.

Dengan adanya jalinan jodoh ini, saya sering mendengar kalian berkata, "Kami akan mengikuti Master dari kehidupan ke kehidupan. Demi ajaran Buddha, demi semua makhluk." Kalian telah menjalankan yang kalian katakan.

Dalam kehidupan mendatang, kita tetap berjalan di Jalan Bodhisatwa dunia ini. Yang datang lebih awal akan terus membimbing yang datang belakangan sehingga semangat yang kita bawa ini terus berlanjut bagai rantai yang tidak pernah terputus dari kehidupan ke kehidupan. Kita tidak akan kehilangan arah.

Bodhisatwa sekalian, kita harus terus-menerus menjalankan ini setiap saat. Kalian semua sungguh menjalankan yang saya katakan. Bayangkan, bukankah semua ini didasari oleh cinta kasih berkesadaran?

Yang saya katakan bukanlah berapa uang yang akan kalian hasilkan atau berapa besar berkah yang akan kalian dapatkan. Bukan.

Menurut saya, jika kalian tidak bersumbangsih, kalian tidak akan memperoleh berkah. Bukan berarti saat saya memberkati kalian, kalian lalu akan mendapat berkah. Tidak mungkin.

Berkah ditanam oleh diri sendiri dan dituai oleh diri sendiri. Siapa yang menanam, dialah yang menuai. Jadi, kita harus menggenggam jalinan jodoh untuk bersumbangsih agar dapat menciptakan berkah bagi dunia dan menumbuhkan kebijaksanaan.

Setiap kali saya selalu berkata bahwa tanpa melewati masalah, kebijaksanaan tak akan bertumbuh. Kalian belum pernah melihat orang yang kekurangan atau merasakan penderitaan akibat bencana. Jika kalian terjun langsung, kalian akan memahaminya dan dapat menumbuhkan kebijaksanaan serta bersumbangsih dengan rasa empati.


Di dalam Sutra Makna Tanpa Batas, bukankah dikatakan bahwa kita harus menjadi guru yang tak perlu diundang? Kita semua harus rela menjadi guru yang tak perlu diundang untuk terjun ke tengah penderitaan. Saat ada orang yang mengalami penderitaan, Bodhisatwa segera muncul. Para Bodhisatwa ini muncul dari dalam bumi. Inilah insan Tzu Chi.

Semua orang bersungguh hati dan menyerap Dharma ke dalam hati. Mendengar kalian terus mengikuti bedah buku, saya sangat gembira. Saya sungguh termotivasi berkat kalian semua. Kalian telah memberi saya semangat sehingga saya dapat membangkitkan energi dan kekuatan sehingga saya dapat melakukan perjalanan kali ini.

Berkat kesungguhan dan semangat kalian dalam mendalami Dharma pula, saya merasa jika tidak keluar untuk perjalanan kali ini, saya bersalah pada kalian semua. Jadi, kali ini saya sungguh ingin berterima kasih kepada kalian semua.

“Kami murid Jing Si dengan tulus berikrar kepada Master. Master yang terkasih, kami akan menjaga tekad awal dengan baik; membimbing lebih banyak Bodhisatwa dengan cinta kasih; giat menjalankan Empat Misi dan Delapan Jejak Dharma; setiap hari mendengar Dharma; mempraktikkan Enam Paramita dalam jalan Sutra Teratai,” ikrar seluruh peserta Pemberkahan Akhir Tahun di Taoyuan.

Dunia diliputi ketidakkekalan dan penderitaan
Bodhisatwa memiliki cinta kasih tanpa batas
Semangat Bodhisatwa diteruskan tanpa terputus
Menjalin jodoh Dharma dari kehidupan ke kehidupan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 November 2020      
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 17 November 2020
Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -