Ceramah Master Cheng Yen: Menjangkau dan Menginspirasi Orang yang Menderita

“Ada puluhan ribu keluarga di Nhamatanda, Mozambik, yang terkena dampak bencana. Untuk melakukan pendataan, kami mengunjungi kepala suku di setiap desa. Kami meminta semua kepala suku untuk hadir. Setelah mendengar penjelasan kami, mereka dapat melakukan pendataan agar kami dapat membagikan kupon bantuan sesuai data yang mereka berikan,” tutur Lǚ zōng-hàn, Relawan Tzu Chi.

“Para warga di desa ini mengalami kelaparan akibat Topan Idai. Saat mendegar bahwa ada organisasi yang datang membagikan bantuan, saya segera datang membantu. Saya berharap dapat turut membantu warga yang terkena dampak bencana,” kata Zoom Sjacmoo, Relawan lokal.

“Saya tidak memiliki uang untuk membeli peralatan. Setelah menerima bantuan dari kalian, saya merasa sangat gembira. Bagi saya, ini sangatlah bermanfaat,” tutur Lunda, seorang warga.

“Meski ada banyak orang di sini, mereka tetap sangat tenang dan teratur. Ini berarti mereka sangat memercayai kita. Asalkan datang dengan membawa kupon bantuan, maka mereka pasti menerima barang bantuan. Ini merupakan kesempatan bagi kami untuk menyebarkan ajaran Buddha dan welas asih Master ke sini,” kata Zhang You-ping, Relawan Tzu Chi.

Di negara mana pun ada bencana, relawan Tzu Chi selalu bermunculan untuk memberi bantuan. Relawan Tzu Chi telah berada di Afrika Timur selama hampir 2 bulan untuk memberikan bantuan. Saya berkata, “Para relawan muda dapat pergi ke sana untuk menggantikan pekerjaan di sana.” Para anak muda di sana berkata dengan tulus, “Jangan menggantikan pekerjaan kami karena kami memiliki satu harapan.” “Harapan apa?” “Kami tidak tega terhadap mereka. Warga di sini masih  membutuhkan bantuan kami. Mereka sangat menderita. Kami tidak tega. Master jangan meminta kami pulang.”

Lewat konferensi video, mereka meminta agar saya tidak memanggil mereka pulang. Mereka mengajak orang-orang untuk bergabung dengan mereka, tetapi jangan meminta mereka untuk pulang. Saya bertanya, “Mengapa?” Mereka menjawab, “Kami punya harapan.”

“Harapan terhadap apa?”

“Kami berharap dapat ikut serta dalam sejarah penyaluran bantuan di sini.”

Mereka berharap dapat mendedikasikan diri secara menyeluruh dalam penyaluran bantuan di Afrika Timur. Setelah melihat penderitaan di sana, mereka terinspirasi untuk bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia demi mengubah penderitaan orang-orang di sana. Mereka ingin menjadi saksi sejarah dan membantu dari awal hingga akhir. Karena itu, mereka meminta agar saya tidak memanggil mereka pulang. Inilah cinta kasih yang nyata dan tulus.

Demi meningkatkan makna kehidupan, mereka bersumbangsih di sana tanpa takut akan kesulitan dan kurangnya sumber daya dalam keseharian. Selain kekurangan air dan listrik, makanan di sana juga terbatas. Mereka juga harus tidur di tenda. Meski tinggal di rumah sewa, di dalamnya tetap harus menggunakan tenda. Mereka rela menjalani hidup seperti ini.

Kami datang untuk melihat kalian. Mari kita bersama-sama mengubah tempat ini dan Mozambik menjadi lebih baik. Kalian semua yang hadir di sini dapat membantu warga dalam jangka panjang, sementara kami harus meninggalkan tempat ini suatu hari nanti.

Kalianlah yang dapat terus membantu warga di sini. Karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih. Kita harus bersyukur karena telah melihat dan melakukan secara langsung. Kita akan mengingat apa yang sudah kita dengar, lihat, dan lakukan hari ini. Apa yang kita ingat hari ini akan menjadi kenangan pada besok hari.

Karena telah mendalami Dharma, meski kemarin sudah berlalu, tetapi kita tahu apa yang harus dilanjutkan pada esok hari. Kenangan pada hari ini telah tersimpan di dalam kesadaran kedelapan kita. Dengan kesadaran seperti ini, pada kehidupan selanjutnya, kita akan tetap memiliki arah yang benar. Inilah nilai dari kehidupan.

Kita harus memanfaatkan waktu untuk lebih banyak menyimpan kenangan yang baik dan bajik di dalam kesadaran kedelapan. Saya sering berkata bahwa kita harus mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan. Memiliki pengetahuan saja tidaklah cukup. Kita juga harus bergerak secara nyata. Dengan melakukan secara langsung, baru kita bisa memiliki rasa pencapaian. Jika tidak melakukan secara langsung, maka kita tidak akan merasakannya.

Beberapa hari ini, beberapa kelapa rumah sakit dan dokter kita  akan berangkat. Ke mana? Ke Afrika Timur. Sebelum tiba di Afrika Timur, mereka sudah tahu dan memahami jalan yang akan ditempuh. Mereka memiliki arah yang sama. Kapan mereka akan menumpang pesawat dan akan berkumpul di mana untuk bersama-sama berangkat ke Afrika Timur. Mereka memiliki satu tujuan yang sama.

Yang terpenting adalah mereka bergerak secara langsung untuk tiba di tempat tujuan. Untuk apa? Untuk membantu orang yang menderita. Di sana ada sekelompok orang  yang menderita penyakit dan terkena dampak bencana. Ini sama dengan tujuan Buddha datang ke dunia.

Dunia ini penuh dengan penderitaan. Buddha telah mencapai pencerahan dan tidak perlu datang ke dunia lagi. Namun, Beliau kembali ke dunia demi membangkitkan cinta kasih dan membuka hati orang-orang untuk melihat penderitaan dan menyadari berkah sendiri.

Orang yang menderita membutuhkan uluran tangan dari orang yang memiliki berkah. Namun, ini juga membutuhkan jalinan jodoh. Tanpa jalinan jodoh, meski ingin membantu, kita tetap tidak bisa. Inilah hukum sebab akibat dan jalinan jodoh.

Buddha mengajarkan tentang 12 Sebab Musabab yang Bergantungan. Ajaran pertama yang Buddha babarkan adalah tentang Empat Kebenaran Mulia. Kebenaran yang pertama  adalah tentang penderitaan. Dimulai dari kebenaran tentang penderitaan hingga 12 Sebab Musabab yang Bergantungan dan berakhir pada pentingnya menapaki Jalan Bodhisatwa dan praktik Enam Paramita.

Karena penderitaan semua makhluk berbeda-beda, maka dibutuhkan cara yang berbeda-beda pula untuk membantu mereka. Inilah yang dilakukan orang relawan Tzu Chi dalam sumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia. Kita harus senantiasa bersyukur. Kita bersyukur karena telah menerima ajaran Buddha.

Untuk membalas budi Buddha, kita harus melakukan praktik nyata. Kita harus bersyukur karena Buddha telah menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita. Kita harus berterima kasih kepada orang tua yang telah melahirkan kita. Kita harus berterima kepada semua makhluk dan semua orang yang telah bekerja sama untuk menciptakan dunia Tzu Chi sehingga dapat terbentang jalan ini.


Menjangkau dan menginspirasi semua makhluk untuk turut bersumbangsih

Tetap tulus bersumbangsih dan tidak gentar akan kesulitan

Memiliki kesadaran yang cemerlang dan menuju arah yang benar

Relawan Tzu Chi memiliki pemahaman dan arah tujuan yang sama

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 Mei 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 19 Mei 2019

Mengonsumsi minuman keras, dapat melukai orang lain dan mengganggu kesehatan, juga merusak citra diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -