Ceramah Master Cheng Yen: Menumbuhkan Welas Asih untuk Menciptakan Berkah

Apa penyebab pandemi COVID-19 ini? Kita harus bersungguh-sungguh memikirkannya. Virus penyakit ini kemungkinan besar berasal dari daging hewan yang dikonsumsi. Manusia dari berbagai suku menjadikan daging hewan sebagai makanan karena nafsu makan mereka. Apa yang suka mereka makan? Daging.

Manusia mengonsumsi segala jenis daging hewan. Berhubung manusia mengonsumsi segala jenis daging, virus penyakit pun bisa masuk lewat mulut kita. Manusia sering kali tidak berintrospeksi diri, malah menyalahkan orang lain. Saat kegelapan batin terbangkitkan, setetes air saja dapat menenggelamkan seluruh kota dan setitik api saja dapat menghanguskan hutan yang luas. Ini bergantung pada kondisi batin kita.

Kita hendaknya senantiasa tenang serta bersungguh-sungguh merenung, berintrospeksi, dan bertobat karena pandemi telah menyelimuti seluruh dunia sehingga semua orang mengenakan masker. Kita hendaknya memetik pelajaran besar dari pandemi ini dan menyadari bahwa bencana ini disebabkan oleh nafsu makan terhadap daging. Bayangkanlah, berapa banyak hewan yang telah dikonsumsi oleh manusia? Bumi dan udara juga tercemar karena banyaknya peternakan.


Saya sering berkata bahwa populasi manusia sudah melebihi 7 miliar. Di dunia ini, kini populasi ternak melebihi 70 miliar, lebih dari 10 kali lipat dari populasi manusia. Hewan-hewan itu diternakkan demi memenuhi nafsu makan manusia. Karena itulah, udara tercemar. Saat bernapas, kita menghirup udara. Mengapa kini kita harus mengenakan masker? Karena udara telah tercemar. Selain itu, saat orang-orang makan bersama, penyakit mungkin bisa menular.

Kini orang-orang sering pergi ke restoran untuk bersosialisasi. Saat makan bersama, mereka mungkin saling mengambilkan sayur dengan sumpit masing-masing. Bukankah ini bisa menjadi sumber penularan penyakit? Karena itulah, saya terus mengimbau orang-orang untuk menggunakan sumpit dan sendok saji, termasuk di rumah masing-masing. Jangan mengira bahwa di rumah sendiri tidak perlu. Ini merupakan tata krama makan dan dapat mencegah penularan penyakit.

Untuk menjaga kesehatan keluarga, kita harus menaati tata krama makan. Saat menikmati makanan yang bergizi, kesehatan kita juga harus terjaga. Jadi, selain sumpit sendiri, kita juga harus menyiapkan sumpit saji. Bukankah saat makan di Griya Jing Si juga demikian? Selain sumpit masing-masing, di atas meja juga ada sumpit dan sendok saji. Bukankah kita selalu demikian? Jadi, saya harap setiap keluarga dapat melindungi diri sendiri.


Kondisi saat ini sungguh mengkhawatirkan karena tidak tahu kapan pandemi akan berakhir. Pada saat seperti ini, kita harus memetik pelajaran besar dari pandemi dan berbagi langkah pencegahan wabah penyakit dengan orang-orang. Kini kita harus belajar menjaga jarak saat berinteraksi dengan orang lain.

Mengenakan masker bukan hanya demi menjaga sopan santun ataupun melindungi diri sendiri, tetapi juga demi melindungi orang lain. Saat mengasihi orang lain, kita juga mengasihi diri sendiri. Saat semua orang sehat, kita juga akan sehat. Saat dunia tenteram, keluarga kita juga akan bahagia. Jadi, kita tidak bisa memohon ketenteraman dan kebahagiaan dengan memberi persembahan kepada Buddha saja. Buddha datang ke dunia ini untuk mengajarkan prinsip kebenaran. Jika kita tidak menyerap ajaran Buddha dan hanya memohon dengan persembahan, ketenteraman tidak akan bisa terwujud.

Ajaran Buddha sudah ada di dunia ini sejak lebih dari 2.500 tahun yang lalu. Kita bertanggung jawab untuk menerapkan Dharma dalam keseharian dan menyebarkan Dharma. Kita harus membuat orang-orang tahu bahwa pada saat seperti ini, hanya Dharma yang dapat menyembuhkan penyakit semua makhluk.

Saat ini, belum ada obat untuk pandemi COVID-19. Dharma adalah satu-satunya obat. Jadi, kita semua harus mempraktikkan Dharma.


Bodhisatwa sekalian, kita harus memetik pelajaran besar dari pandemi. Kita harus berbuat baik di tengah masyarakat, baru bisa mewujudkan keharmonisan. Kita harus memperlakukan semua makhluk dengan cinta kasih menyeluruh agar semua orang hidup tenteram, masyarakat harmonis, dan dunia terbebas dari bencana. Untuk itu, kita harus memulainya dengan menjaga pikiran, pandangan, dan nafsu makan kita. Jika setiap orang bisa melakukannya, bukankah dunia ini akan tersucikan dan tenteram? Kita harus memiliki pikiran benar.

Kita bisa melihat selain pandemi, juga terjadi pergolakan yang mendatangkan penderitaan tak terkira. Jadi, setiap orang hendaklah mengembangkan kebijaksanaan, merenung secara mendalam, dan waspada dalam mengambil tindakan. Mari kita bersungguh hati setiap waktu. Memandang ke seluruh dunia, penderitaan sungguh banyak.

Selain bencana api, air, dan angin, juga ada bencana akibat ulah manusia yang paling menakutkan. Bagaimana bisa saya tidak khawatir dan sedih? Saya berbagi dengan kalian tentang semua ini agar bisa merasa lebih lega. Saya sungguh berharap setiap orang dapat memahami makna dalam ucapan saya. Saya juga berharap setiap orang dapat bersungguh hati mengenai sandang, pangan, papan, dan transportasi, terlebih pangan. Ingatlah, setiap keluarga harus menggunakan sumpit dan sendok saji untuk menjaga kebersihan saat makan. Di rumah sendiri saja harus demikian, apalagi yang bersosialisasi di luar.

Setiap orang harus meningkatkan kewaspadaan karena penyakit bisa masuk melalui mulut. Mari kita lebih bersungguh hati setiap waktu. 

Pandemi membuat pikiran manusia bergejolak sehingga terjadi pergolakan
Menggunakan Dharma untuk mengobati penyakit dari akarnya
Menaati protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari
Menumbuhkan welas asih untuk menciptakan berkah

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 30 Maret 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 01 April 2021

Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -