Ceramah Master Cheng Yen: Menyebarkan Cinta Kasih Tanpa Membeda-bedakan

“Saya adalah seorang lansia yang hidup sebatang kara. Saya masih memiliki tubuh yang sehat untuk datang ke Tzu Chi dan menjadi relawan. Saya sungguh sangat bersyukur. Selama tubuh saya sehat, saya akan datang untuk menjadi relawan setiap hari. Karena saya hidup sebatang kara, bisa memiliki tubuh yang sehat, saya sudah sangat bersyukur. Setiap hari saya akan datang ke Tzu Chi untuk menjadi relawan. Terima kasih, semuanya,” kata Yang Zai-tian, relawan daur ulang.

Kita bisa melihat bagaimana Bodhisatwa membimbing para lansia untuk mendedikasikan diri dalam melakukan daur ulang. Di setiap komunitas, ada relawan Tzu Chi yang memberi perhatian kepada para lansia, terutama mereka yang hidup sebatang kara. Dalam masyarakat sekarang, sangat dibutuhkan cinta kasih orang-orang untuk memberikan perhatian. Tak sedikit lansia yang hidup sebatang kara, mohon Bodhisatwa sekalian bisa memberi perhatian kepada para lansia tersebut dan pada saat yang bersamaan juga mendorong para tetangga mereka untuk membantu kita memberikan perhatian.

Jika terjadi sesuatu, para tetangga mereka bisa memberi tahu kita, ketua RT, atau lurah setempat. Kondisi kehidupan para lansia sangat membutuhkan perhatian dari orang banyak. Orang yang bisa memberi perhatian kepada orang lain adalah orang yang paling memiliki berkah.

Kita juga bisa melihat bagaimana relawan memberi perhatian kepada para penerima beasiswa. Dalam proses pertumbuhan mereka, ada yang mulanya orang tua mereka sehat-sehat saja, tetapi tiba-tiba ketidakkekalan datang. Ketika salah satu anggota keluarga mereka terserang penyakit, kehidupan mereka pun berubah. Di saat seperti ini, sangat dibutuhkan cinta kasih dari orang-orang di masyarakat. Cinta kasih ini tiada batasan. Kita harus membuka cinta kasih ini. Ketika ada orang yang membutuhkan, kita harus benar-benar menjangkau mereka untuk memberi perhatian.


“Kakak-kakak dari Tzu Chi telah mendampingi kami selama ini. Mereka sering datang ke rumah saya untuk memberi perhatian dan mendampingi kami. Mereka juga membantu Yu-wei dan Yu-zhen untuk mengajukan beasiswa. Saya berterima kasih kepada Master dan kakak-kakak yang telah mendampingi kami selama ini dan membantu saat kami mengalami kesulitan serta memberi perhatian kepada kami. Terima kasih,” ujar Liu Shu-wei, Ibu dari Chen Yu-wei.

“Setelah tumbuh besar nanti, saya juga ingin ikut bibi dan paman untuk bersama-sama  membantu orang yang membutuhkan,” kata Chen Yu-wei, penerima beasiswa.

“Saya akan bersekolah dengan tekun agar bisa lulus menjadi perawat dan dapat menerapkan keahlian saya. Kemudian, saya juga akan belajar semangat Tzu Chi untuk membantu lebih banyak orang yang membutuhkan,” kata Chen Yu-wei lagi.

Anak itu begitu patuh. Di masa depan, anak-anak itu akan bertumbuh besar dan memiliki keluarga yang bahagia. Melihat beberapa anak itu, saya merasa dipenuhi kehangatan. Saya berterima kasih kepada semua insan Tzu Chi.

“Orang tua saya tak berada di sisi saya sejak saya kecil. Nenek saya menghidupi saya dan adik saya dengan menjual barang daur ulang. Saat duduk di kelas 5 SD, saya kebetulan mendapat beasiswa Tzu Chi. Bibi Hua-zhen datang memberi tahu saya bahwa ada sebuah tempat yang bisa membantu saya mengenyam pendidikan. Tentu saja saya sangat senang mengikuti program beasiswa ini. Saya belajar selangkah demi selangkah hingga lulus dari jurusan keperawatan dengan lancar. Berhubung Tzu Chi memiliki rumah sakit, tentu saja saya langsung memilih bekerja di RS Tzu Chi. Berhubung sejak kecil saya sudah mendapat bantuan dari Tzu Chi, dengan bekerja di RS Tzu Chi, saya bisa sekalian membalas budi. Saya juga suka bekerja di lingkungan seperti ini,” kata Chen Yu-zhen, penerima beasiswa.

Sejak kecil dia hidup bergantung kepada neneknya. Sekarang dia sudah menjadi perawat dan kembali berkontribusi bagi masyarakat. Sungguh, ketika anak asuh kita tumbuh besar, mereka akan berkontribusi kembali bagi masyarakat. Melihat anak yang penuh pengertian, saya merasa sangat terhibur. Setiap anak asuh kita sangat mandiri dan bekerja untuk menghidupi keluarga. Mereka sangat berbakti kepada orang tua dan bisa memahami kerja keras ibu mereka. Ketika ibu mereka sakit, mereka bisa sangat penuh perhatian.


Mereka sangat berpegang teguh pada tekad mereka. Inilah harapan bagi masyarakat di masa depan. Kita bisa melihat sebutir demi sebutir benih harapan sedang bertumbuh besar. Penerima beasiswa bagaikan benih harapan. Ketika benih-benih ditaburkan ke tanah, setiap benih itu akan bertunas, tumbuh menjadi pohon kecil, dan kemudian tumbuh menjadi pohon besar. Kemudian, pohon besar itu akan berbunga dan berbuah, lalu bijinya akan tersebar kembali ke tanah. Demikian pula, ketika anak-anak tumbuh besar, mereka akan menyebarkan benih cinta kasih.

Di masyarakat kita ini, yang paling dibutuhkan adalah cinta kasih. Cinta kasih harus terus diwariskan. Beberapa hari yang lalu, sebanyak lebih dari 30 insan Tzu Chi dari Kaohsiung, Tainan, dan Taichung pergi ke Turki. Kita bisa melihat interaksi mereka penuh dengan kehangatan.

“Dunia ini memang adalah tempat yang memiliki cinta kasih. Saya berharap di masa depan, anak-anak itu bisa menjadi orang yang berhati bajik dan bisa membantu orang yang membutuhkan,” tutur Ali Uslanmaz, Wakil Gubernur Kayseri, Turki.

Berhubung ijazah yang dikeluarkan sekolah kita di sana telah diakui secara internasional, maka insan Tzu Chi pergi ke sana. Mereka juga telah membagikan barang bantuan kepada lebih dari 6.500 keluarga pengungsi Suriah. Melihat tayangan ini, saya benar-benar tersentuh.

“Saya sangat berterima kasih karena keluarga kami sangat membutuhkan uang. Setelah mendapat kartu debit, saya bisa memakainya untuk membeli minyak goreng, beras, dan permen kesukaan anak-anak,” kata Fadil, pengungsia Suriah.

“Saya pernah pergi bekerja dan bos saya berkata bahwa gaji saya 600 lira per bulan. Namun, dia membohongi saya dan saya tak mendapat gaji. Sekarang bisa mendapat uang, saya sangat senang,” kata Bayan, Pengungsi Suriah.

Anak-anak itu adalah pengungsi dari Suriah. Mereka telah mengalami berbagai kesulitan dan mempertaruhkan nyawa untuk melarikan diri ke Turki. Penderitaan yang mereka hadapi sungguh tak terkira. Jadi, ketika berada dalam kondisi aman, kita harus bersyukur dengan tulus. Setiap hari saya selalu berkata kepada semua orang bahwa kita harus sangat bersyukur atas lingkungan hidup kita sekarang. Kita semua terberkahi dengan sumber daya yang melimpah, lingkungan hidup yang baik, dan sebagainya. Kita memiliki kehidupan yang aman, tenteram, harmonis, dan penuh berkah.


Kita bisa melihat anak-anak penerima beasiswa. Sejak mereka kecil hingga besar, selalu ada insan Tzu Chi yang menjaga mereka bagaikan menjaga keluarga sendiri. Seperti inilah jalinan jodoh. Anak-anak itu terus bertumbuh besar dan kita mengandalkan mereka untuk membawa harapan bagi masyarakat kita di masa depan. Mereka memiliki semangat untuk maju dan berjalan di arah yang benar sehingga bisa membawa harapan yang cemerlang bagi masyarakat kita.

Saya juga sangat berharap sekelompok anak muda itu bisa memiliki keluarga yang harmonis di masa depan dan bisa bersumbangsih dengan sungguh hati bagi masyarakat serta membantu orang yang membutuhkan. Dengan terus mewariskan cinta kasih ini, berarti kita tengah  menciptakan berkah bagi dunia.


Para pengungsi melewati berbagai kesulitan

Menyebarkan cinta kasih tanpa membeda-bedakan

Saling memberi perhatian bagaikan keluarga sendiri

Meneruskan cinta kasih untuk menciptakan berkah bagi dunia


Ceramah Master Cheng Yen tanggal 28 November 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 30 November 2018

Editor: Khusnul Kotimah
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -