Ceramah Master Cheng Yen: Menyeberangkan Semua Makhluk dengan Perahu Cinta Kasih

Halo, Bodhisatwa sekalian. Saat ini, di Aula Jing Si kita terdapat lebih dari 2.000 orang. Ada relawan yang datang dari Pulau Liuqiu, Hengchun, Fangliao, dan Chaozhou. Waktu berlalu dengan cepat. Seiring berlalunya hari demi hari, kita juga mengalami perubahan yang halus tanpa kita sadari. Saya sendiri pun tidak menyadarinya. Namun, saat melihat orang lain, saya baru sadar dan berpikir, "Kami semua sudah lanjut usia."

Tadi pagi, di lantai atas, saya mendengar para komite senior berbagi pengalaman mereka pada 40-an, 30-an, atau 20-an tahun yang lalu. Melihat para Bodhisatwa senior yang sudah berusia lanjut, saya pun menyadari bahwa saya juga sudah berusia lanjut. Tua dan sakit adalah bagian dari hukum alam. Saya selalu mengingatkan diri sendiri untuk menjalani setiap hari dengan damai serta menggenggam setiap detik untuk mengembangkan nilai kehidupan. Jadi, jangan menyerah pada usia.

Kita tetap berguna meski sudah lanjut usia. Dengarkanlah kisah yang dibagikan relawan kita. Mereka sungguh merupakan Bodhisatwa dunia. Taiwan berkali-kali dilanda bencana besar dan insan Tzu Chi selalu segera bergerak untuk menyalurkan bantuan meski harus menjangkau pegunungan ataupun mengarungi air.

Pagi ini, saya melihat para anggota Tzu Cheng yang selalu bersumbangsih seperti itu. Mereka bahkan bisa membuat perahu. Mereka bukan ahli pembuat perahu, tetapi perahu yang mereka buat sangat ringan dan awet. Hanya butuh 2 orang untuk menggotong satu perahu dan kapasitas muatan setiap perahu lebih dari seribu kilogram. Ini sungguh mengagumkan. Meski relawan kita bukan ahli pembuat perahu, tetapi mereka memiliki tekad dan sangat bersungguh hati. Mendengar apa yang mereka bagikan tadi pagi, saya sangat memuji mereka.

Dengan adanya tekad, tidak ada hal yang tidak bisa dilakukan oleh anggota Tzu Cheng. Demikianlah masyarakat berkembang. Saat kita aktif bertindak, akan terbentuk kekuatan yang sangat besar. Di Tzu Chi, setiap orang bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia dan menginspirasi orang-orang untuk melakukan hal yang sama. Inilah yang kita lakukan di zaman sekarang. Kita menggalang Bodhisatwa dunia agar Bodhisatwa dapat berkumpul bersama dan menciptakan berkah bagi umat manusia.


Menolong sesama adalah sumber kebahagiaan. Saat kita bersumbangsih, hati kita akan dipenuhi sukacita. Insan Tzu Chi bersumbangsih tanpa pamrih, bahkan bersyukur karena saat bersumbangsih, kita merasa bahagia dan damai. Orang yang mendapatkan bantuan juga dipenuhi rasa syukur dan sukacita. Orang yang bersumbangsih dipenuhi sukacita dalam Dharma dan orang yang mendapat bantuan dipenuhi rasa syukur.

Bodhisatwa sekalian, jika kita dapat senantiasa bersumbangsih bagi orang-orang yang membutuhkan, mereka akan senantiasa membangkitkan rasa syukur. Rasa syukur adalah sumber berkah. Jika orang-orang yang membutuhkan senantiasa membangkitkan rasa syukur, lama-kelamaan, mereka akan tahu untuk menciptakan berkah. Jadi, kita harus bersungguh hati, bersumbangsih bagi sesama tanpa pamrih, dan senantiasa bersyukur.

Kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa dengan rasa syukur dan bersungguh hati membentangkan jalan. Di Jalan Bodhisatwa yang lapang ini, kita hendaklah bersumbangsih tanpa pamrih. Mari kita lebih tekun melatih diri setiap waktu untuk membina berkah sekaligus kebijaksanaans.


“Seluruh murid Jing Si Pingtung berikrar dengan tulus untuk menyelami Sutra Makna Tanpa Batas, mempraktikkan Sutra Bunga Teratai, dan memahami ajaran Buddha dengan menjalankan Delapan Jejak Dharma Tzu Chi. Kami akan mengikuti langkah Master dengan erat dan bersatu hati menuju arah yang benar. Kami berikrar untuk menggalang Bodhisatwa dunia. Kami berikrar untuk menyosialisasikan vegetarisme. Kami berikrar untuk berbuat baik dan menciptakan berkah. Kami selamanya tidak akan menyesal menapaki Jalan Tzu Chi. Mohon agar Master terus membabarkan Sutra Bunga Teratai. Kami berikrar untuk tekun mendengar Dharma dan mempraktikkannya. Terima kasih, Master.”

Bodhisatwa sekalian, dunia ini membutuhkan lentera demi lentera dan cinta kasih demi cinta kasih. Kita harus menggunakan cinta kasih untuk membentangkan Jalan Bodhisatwa di dunia. Kita harus membuat perahu cinta kasih untuk menyeberangkan semua makhluk. Kita juga harus melapangkan dan mencemerlangkan hati setiap orang agar mereka dapat meneladani Buddha dan Bodhisatwa.


Bodhisatwa sekalian, kita harus terus melapangkan Jalan Bodhisatwa. Saya yakin kalian pasti bisa melakukannya, benar tidak? (Benar) Baik. Saya sangat tersentuh. Di sini ada relawan dari Pulau Liuqiu, Chaozhou, Hengchun, dan Pingtung. Kalian telah menempuh perjalanan yang panjang. Jalan Bodhisatwa juga sangat panjang. Meski harus menghadapi berbagai kesulitan, para insan Tzu Chi tetap menggalang Bodhisatwa dunia secara luas.

Saya telah mendengar dan merasakan ikrar kalian. Saya akan berusaha sekuat tenaga untuk terus membabarkan Sutra Bunga Teratai dan kalian harus terus menapaki Jalan Bodhisatwa. Semoga kalian semua dapat membina berkah sekaligus kebijaksanaan setiap hari.

Bodhisatwa muncul kala ada penderitaan
Insan Tzu Chi bersumbangsih tanpa pamrih, bahkan mengucap syukur
Menggenggam waktu untuk menginspirasi cinta kasih dan membentangkan jalan
Menyeberangkan semua makhluk dengan perahu cinta kasih

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 13 Januari 2021     
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 15 Januari 2021
Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -