Ceramah Master Cheng Yen: Pelatihan dan Sumbangsih yang Membuahkan Hasil

“Jarak dari Qinghai ke Sichuan kira-kira sekitar 1.300 km. Gembira sekali saya bisa datang kemari. Kita diajarkan bagaimana menjadi manusia, bagaimana memperoleh kebijaksanaan. Saya merasa di dunia ini, tiada lagi hal yang lebih indah daripada ini,” kutipan wawancara Qi Haiming, Relawan Tzu Chi Qinghai.

“Untuk menempuh jarak dari Qinghai ke Sichuan, diperlukan waktu 24 jam dengan kereta api. Lewat pelatihan ini, kita belajar untuk memiliki tekad, jalan, dan semangat yang sama di Jalan Bodhisatwa,” kutipan wawancara Shi Baoduo, Relawan Tzu Chi Qinghai.

“Saya datang dari Kunming. Saya setulus hati ingin menjadi murid Master. Setelah mengikuti pelatihan ini, saya merasa saya harus lebih bersemangat,” kutipan wawancara Lu Yiping, Relawan Tzu Chi Yunnan.

Perjalanan di Jalan Bodhisatwa sungguh panjang. Untuk itu, diperlukan kesabaran dan cinta kasih yang teguh. Yang terpenting, kita harus memiliki ikrar agung. Kita harus memiliki pandangan luas dan rela bersumbangsih bagi semua makhluk di dunia. Melihat para relawan menempuh jarak yang jauh demi memperoleh Dharma, saya sungguh kagum dan terharu. Lihat saja jarak yang harus mereka tempuh. Untuk mengikuti pelatihan setiap bulan, mereka harus menempuh jarak yang begitu jauh. Mereka juga tidak menyia-nyiakan waktu. Di atas kereta mereka juga memanfaatkan waktu. Begitu pula di dalam bus. Mereka menghafal, membaca, dan berdiskusi. Mereka berusaha memahami semangat dan filosofi Tzu Chi. Ini adalah sesuatu yang baik.

Ceramah Master Cheng Yen

Kita juga melihat misi pendidikan di Sichuan. Ini bermula pada tahun 2008. Saat itu, Sichuan dilanda bencana gempa besar. Lewat jalinan jodoh ini, insan Tzu Chi datang ke Sichuan. Sejak saat itu, benih jalinan jodoh semakin berkembang di tempat itu dan menumbuhkan benih-benih kebajikan. Kita juga melihat bangunan sekolah yang menjulang. Tzu Chi membangun 13 gedung sekolah di Sichuan. Beberapa tahun ini, kita telah melihat prestasi gemilang dari anak-anak di sana. Kita sungguh dapat melihat anak-anak yang mengagumkan dan berbudi pekerti. Sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga sekolah menengah, mereka tidak hanya belajar teori sesuai buku pelajaran di kelas sesungguhnya, cinta kasih yang tulus dan budi pekerti anak-anak harus dibina di dalam kehidupan sehari-hari lewat keteladanan dan tindakan yang nyata. Mereka harus dibimbing bagaimana menenangkan hati di tengah suasana riang. Saatnya belajar, mereka harus belajar. Saatnya bermain, mereka boleh bermain. Kemampuan berinteraksi dengan sesama ini harus dibina.

“Sebelum ada pelajaran Kata Renungan Jing Si, dalam mendidik anak-anak, saya biasa langsung menegur mereka. Saya membawa mereka ke kantor dan memarahi mereka. Saya pun menggunakan kata-kata yang lugas. Sesungguhnya, saya merasa cara ini tidak begitu efektif. Kita harus memberi contoh nyata agar mereka mengerti prinsip kebenarannya. Lebih sedikit bersikap perhitungan, lebih banyak bersumbangsih, itulah kehidupan yang mengagumkan. Terima kasih, Bu Guru,” kutipan wawancara Han Jiahui, Guru SD Tzu Chi Qianjin.

“Dahulu, cara bicara Bu Guru Han lebih tajam, tetapi kini saya merasa beliau telah banyak berubah. Pendidikan anak-anak bergantung pada ucapan dan keteladanan nyata dari guru, terutama perbuatan. Bagaimana para guru memperlakukan mereka, kelak seperti itulah cara mereka memperlakukan anak-anak mereka,” kutipan wawancara Song Ruwei, Kepala SD Tzu Chi Qianjin.

Ceramah Master Cheng Yen

Pengajaran Kata Renungan Jing Si dibawa dari Taiwan ke Sichuan. Saya sungguh bersyukur. Pada libur musim panas setiap tahunnya, kita bisa melihat para guru dari Asosiasi Guru Tzu Chi berbagi metode pendidikan kita kepada guru setempat. Kita telah melihat Sekolah Qianjin. Sungguh, sekolah yang kita bangun ini bukan hanya indah. Sesungguhnya, sekolah itu juga merupakan proyek harapan antisipasi bencana. Kita berharap jika suatu saat gempa terjadi, bangunan sekolah itu dapat tetap berdiri. Karena itu, di Sichuan kita membangun beberapa sekolah yang semuanya sangat kokoh. Kualitas bangunannya sangat baik. Anak-anak di sana juga dididik dengan baik. Untuk dapat mendidik anak-anak dengan baik, kepala sekolah harus menegakkan filosofi sekolah. Jika filosofi ini dibangun dengan baik, maka para guru akan mengikuti arahan kepala sekolah. Semua orang pasti bersedia mengikutinya untuk menerapkan filosofi itu dengan semangat misi.

Beberapa kepala sekolah sudah melakukannya. Kita bisa melihat anak-anak begitu tertib, mengagumkan, dan belajar dengan baik. Mereka diajarkan cara hidup. Saat bangun tidur, mereka harus melipat selimut. Saat memulai hari, mereka diajarkan untuk rapi dan tidak sembrono. Semua ini sangat diperhatikan. Anak-anak juga diajarkan untuk hidup teratur. Sikat gigi, gelas kumur, dan sebagainya ditata dengan sedemikian rapi. Ini sungguh luar biasa. Saya sungguh tersentuh.

“Halo, Paman dan Bibi sekalian. Sesungguhnya, melestarikan lingkungan itu mudah. Kita hanya perlu menghemat air, tetapi juga jangan lupa memilah sampah,” ungkap salah satu murid SD Tzu Chi Qianjin yang setiap minggu mengkampanyekan pelestarian lingkungan di komunitas.

Ceramah Master Cheng Yen

“Awalnya, anak-anak merasa ini mengasyikkan. Lalu, lambat laun mereka juga dapat memahami bahwa tujuan guru membawa mereka keluar adalah membimbing mereka untuk hemat dan memberi tahu mereka bahwa mencari nafkah tidaklah mudah. Di luar, mereka juga harus menghormati orang, harus menyapa orang, serta mengucapkan terima kasih. Saat diberi sesuatu oleh orang lain, kita harus berterima kasih,” kutipan wawancara Han Jiahui, Guru SD Tzu Chi Qianjin.

Kita melihat para guru juga menjadi teladan nyata. “Saat mereka membawakan pelajaran itu, saya merasa sepertinya sudah lama batin saya tidak dibersihkan seperti ini. Sungguh, saat mendengarnya tadi, saya merasa Bu Guru Han banyak membuat saya tergugah, terutama saat beliau berkata tentang membina batin. Sungguh, saya merasa dua kata ini amat mengena di hati saya. Jika ada kesempatan, saya juga berharap dapat bergabung ke dalam tim kalian untuk menyampaikan cinta kasih saya kepada anak-anak, bertumbuh bersama mereka, dan membimbing lebih banyak orang untuk bersama-sama membina batin,” kutipan wawancara Li Jing, Guru SD Pusat Hongyan.

“Mulai hari ini, sikap mental ini harus dibangun. Saya berharap dapat banyak belajar dari beliau agar kehidupan saya lebih bermakna dan lebih penuh semangat,” kutipan wawancara Li Chaoxiu, Guru SD Pusat Hongyan.

“Saya rasa filosofi Tzu Chi sangat bagus. Kita harus menyebarkan cinta kasih ini lebih luas agar lebih banyak orang mengenal Tzu Chi dan berpartisipasi dalam kegiatan Tzu Chi,” kutipan wawancara Wu Jinxia, Kepala TK Tzu Chi Qianjin.

Pada saat makan, bahkan cara memegang mangkuk dan sumpit juga diajarkan. Bukan hanya rapi di awal hari saat bangun tidur, dalam aktivitas sehari-hari pun, tata karma terhadap orang lain harus sangat diperhatikan. Insan Tzu Chi tak akan menghindari tanggung jawab dalam misi pendidikan karena insan Tzu Chi bukan hanya.

harus bersumbangsih bagi masyarakat dengan cinta kasih, melainkan juga harus menjadi teladan dalam dunia pendidikan dengan terjun ke sekolah-sekolah untuk berbagi gambaran penderitaan hidup kepada anak-anak agar mereka dapat menyadari dan menanam berkah. Sejak kecil, anak-anak harus memahami penderitaan di dalam hidup agar mereka mengerti untuk bersyukur. Untuk itu, para relawan Tzu Chi perlu untuk bersumbangsih dalam bidang ini dalam jangka panjang.

Relawan di Tiongkok Barat giat melatih diri
Tidak menyia-nyiakan waktu saat perjalanan jauh
Para guru harus memberi teladan dan menegakkan filosofi sekolah
Pengajaran Kata Renungan Jing Si sudah membuahkan hasil

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 18 Maret 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 20 Maret 2017

Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -