Ceramah Master Cheng Yen: Tetesan air Dharma Menyebarkan Riak Cinta Kasih

Saya sangat terharu karena para anggota komite senior Tzu Chi masih aktif untuk bersumbangsih di tengah masyarakat. Kita semua memiliki arah yang sama. Ini seperti yang belakangan ini sering saya bicarakan, yaitu tentang untaian bacang.

Setiap relawan telah menginspirasi orang yang tak terhingga jumlahnya. Setiap hari, apa kesibukan mereka? Mereka sibuk bersumbangsih di komunitas dan membimbing orang lain untuk berbuat kebajikan agar orang-orang tahu bahwa Tzu Chi adalah organisasi Buddhis. Kita berharap orang-orang di masyarakat memiliki akses ke organisasi Buddhis.

Relawan kita terbagi ke dalam kelompok berdasarkan komunitas tempat tinggal. Karena itu, dibutuhkan sebuah pengikat yang menghubungkan mereka semua agar mereka dapat berinteraksi dengan orang-orang di komunitas. Pengikat ini sangat dibutuhkan.

Kelompok relawan Tzu Chi terbagi ke dalam He xin, He qi, Hu ai, dan Xie li. Jadi, setiap orang harus harmonis. Untuk bisa harmonis, semua harus terhubung kepada semangat silsilah Dharma Jing Si. Semangat ini harus kita jalankan.

Sila kita berlandaskan ajaran Buddha. Insan Tzu Chi harus menjunjung sila ini. Dahulu, ada delapan sila Tzu Chi. Kini ada sepuluh sila Tzu Chi. Relawan Tzu Chi harus menaati semua ini. Ini berlaku di seluruh dunia.

Insan Tzu Chi kini tersebar di 62 negara. Untuk dapat bergabung dan dilantik menjadi relawan Tzu Chi, mereka harus mengikuti kelas-kelas pelatihan dan harus memahami filosofi Tzu Chi sebelum kembali ke Taiwan. Jadi, di negara mana pun, mereka akan diperkenalkan pada semangat ajaran Buddha.

 

Tanpa ajaran Buddha, Tzu Chi bagaikan organisasi tanpa filosofi pengikat. Dengan memahami filosofi ini, barulah seseorang bersedia mengikuti pelatihan relawan hingga selesai sehingga dapat dilantik di Taiwan.

Di antara para relawan yang dilantik kali ini, ada sekelompok relawan dari Afrika yang kembali ke Griya Jing Si untuk belajar menggunakan alat kebaktian. Mereka tinggal selama beberapa hari di Griya Jing Si serta harus belajar menyesuaikan diri dan mengikuti aturan vihara. Mereka akan mempraktikkan yang mereka pelajari di komunitas tempat tinggal mereka. Mereka belajar di Griya Jing Si dan sangat mengagumkan. Memasuki ruang makan sambil melantunkan nama Buddha.

Terpujilah Guru Utama Buddha Sakyamuni.

Beri hormat.

Terima kasih.

Mereka membuat catatan dan menunjukkannya kepada saya. Sebelum relawan gelombang terakhir pulang, saya hendak turun ke lantai bawah. Saya berkata, "Saya hendak turun, kalian mau ikut dan berjalan bersama saya?"

Saya berdiri dan mulai berjalan. Dengan langkah kaki yang teratur, mereka mengikuti saya.

Insan Tzu Chi berjalan mengikuti Master.

Terima kasih.

Insan Tzu Chi, apakah kalian semua adalah insan Tzu Chi?

Ya.

Ikuti langkah saya dengan baik selangkah demi selangkah.

Baik.

Terima kasih, Master.

Insan Tzu Chi berjalan mengikuti saya. Mereka sangat rapi. Mereka yang melantunkan semua itu. Mereka bahkan bisa menyanyikan lagu "Buddha di Puncak Burung Nasar" dengan jelas.


Saat saya membabarkan Sutra Bunga Teratai, mereka juga mendengarkan. Mereka menuangkan perumpamaan Rumah yang Terbakar dan Tiga Kereta ke dalam sebuah drama. Karena itu, setiap hari saya berterima kasih kepada Da Ai TV yang menyebarkan Dharma lewat lensa teknologi.

Puluhan tahun lalu, saya berkata kepada para relawan bahwa saya membentangkan jalan sesuai ajaran dalam Sutra untuk orang-orang tapaki. Kini, saya berkata bahwa semua yang telah kita lakukan hingga kini adalah wujud nyata dari Sutra. Setiap langkah yang kita ambil terkait erat dengan setiap kata dalam Sutra.

Di Jalan Bodhisatwa, kita harus membuka pintu. Jangan membeda-bedakan agama. Di Tzu Chi, banyak relawan dari berbagai latar belakang agama. Banyak relawan yang beragama Islam, Katolik, dan Kristen dilantik menjadi anggota komite Tzu Chi.

Ajaran Buddha sangat luas dan mampu merangkul semuanya. Ajaran Buddha bagaikan air. Dharma bagaikan air. Umat manusia di dunia tak bisa kekurangan air. Tetesan air dapat membasahi dan menyuburkan tanah. Baik tumbuhan, manusia, maupun hewan, semuanya membutuhkan air. Air ini melambangkan cinta kasih. Cinta kasih bagaikan setetes air. Ia tidak membeda-bedakan agama.

Di Tzu Chi, kita tidak membahas agama. Kita membahas cinta kasih yang bagaikan air. Setiap orang membutuhkan air. Saya berharap Dharma dapat menjadi bagaikan air bagi semua makhluk. Saya berharap kaum muda dapat bergabung.


Dalam mempraktikkan Jalan Bodhisatwa, kita membutuhkan arah. Agar ajaran Buddha dapat dikenal dan terdengar di berbagai negara, kita harus bersumbangsih di tengah masyarakat. Tiada cara lain. Jadi, saat para relawan dari negara mana pun kembali ke Taiwan, mereka tetap mengikuti aturan Tzu Chi. Karena itu, saya sangat bersyukur.

Sutra Bunga Teratai mengatakan bahwa Buddha datang ke dunia demi satu tujuan mulia, yakni mengajarkan praktik Bodhisatwa. Jika praktik Bodhisatwa ini hanya dibabarkan lewat ucapan, orang-orang tidak dapat mengikutinya. Mereka memang mendengar pembabaran Sutra dan seakan mengerti isinya, tetapi mereka hanya sebatas tahu dan tidak dapat mempraktikkannya.

Insan Tzu Chi bersandar pada ajaran yang dibabarkan para guru Dharma. Setelah mengetahui ajaran ini, di Tzu Chi, mereka belajar untuk mempraktikkannya secara nyata dan membimbing orang lain untuk melakukan hal yang sama. Jadi, mereka juga mengikuti ajaran Guru Dharma sekalian sehingga mereka memahami kebaikan Dharma.

Kebaikan dari Dharma ini memotivasi mereka untuk berjalan di jalan yang baik dan kembali membentangkan jalan ini agar dengan jalan yang semakin terbentang ini, Jalan Bodhisatwa menjadi lebih lapang sehingga semua orang dapat menjadi Bodhisatwa.

Menggerakkan kebajikan di komunitas
Insan Tzu Chi terhubung erat dengan semangat ajaran Jing Si
Para relawan dari Afrika begitu penuh tata krama
Mewujudkan Sutra Bunga Teratai dalam setiap langkah

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 7 Desember 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 9 Desember 2019
Dengan keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -