Saling Membantu Saat Terjadi Bencana

Sejak tanggal 8 Agustus hingga kini, relawan Tzu Chi terus membantu membersihkan lokasi bencana di Taiwan. Dari Sanxia, Xindian, hingga wilayah pegunungan di Wulai, kita dapat melihat para Bodhisatwa bersumbangsih setiap hari. Para relawan menuju lokasi bencana pada pagi hari untuk bersumbangsih dengan tindakan nyata. Mereka mengerahkan tenaga mereka untuk bersumbangsih dengan diam-diam. Tidak peduli seberat apa pun, mereka tetap bekerja sama untuk membersihkan lingkungan.

Lihatlah betapa beratnya lumpur ini, dibutuhkan banyak orang untuk mendorong dan menariknya. Perlu diketahui bahwa untuk menarik sumber lumpur dari tempat yang lebih rendah, dibutuhkan kerja keras dari banyak relawan lansia. Jika dijumlahkan, maka usia para relawan yang menarik seutas tali ini, hampir mencapai 1.000 tahun. Inilah kekuatan cinta kasih antar manusia. Asalkan memiliki niat, maka tidak ada hal yang tidak bisa dilakukan. Mereka bukan hanya bersumbangsih dengan sukarela dan tanpa pamrih, tetapi juga mengeluarkan biaya sendiri. Selain bersumbangsih tanpa pamrih, mereka juga menggenggam setiap kesempatan untuk menjangkau lokasi bencana lain. Saya sungguh tersentuh melihat sumbangsih mereka. Mereka mengeluarkan lumpur dari rumah warga dengan menggunakan ember plastik yang dibawa dari rumah masing-masing. Mereka juga membawa alat pembersih, mengeluarkan lumpur ember demi ember pasti sangat melelahkan.

Lihatlah, kita juga bisa melihat relawan Tzu Chi di sepanjang jalan. Jika ada orang yang bertanya di mana insan Tzu Chi berada, maka mereka bisa melihatnya sendiri. Ada relawan yang masuk ke ruang bawah tanah dan ada pula relawan yang menunggu di atas untuk menerima ember berisi lumpur. Mereka mengeluarkan lumpur dari ruang bawah tanah ember demi ember. Berhubung banyak warga yang membuka toko, mereka menyimpan barang dagangan mereka di ruang bawah tanah. Jadi, insan Tzu Chi juga harus membantu mengeluarkannya. Perabot seberat apa pun, para relawan kita juga harus mengeluarkannya dari ruang bawah tanah. Baik yang besar maupun kecil, semua barang yang penuh dengan lumpur harus dikeluarkan.

Lihatlah bapak Liu Guo-ji, setelah melihat imbauan Tzu Chi, dia juga bergabung untuk bersumbangsih. “Setelah memperoleh sumber daya dari masyarakat, kita wajib membalas budi masyarakat. Semua keringat yang saya cucurkan tidak sia-sia,” ucap Liu Guo-ji, salah satu warga. Dia tahu bahwa pembersihan lokasi bencana tidaklah mudah, namun, setelah memperoleh sumber daya dari masyarakat, setiap orang hendaknya membalas budi masyarakat dan kita juga mengimbau anak-anak muda untuk membantu membersihkan lingkungan.

Para relawan lansia kita telah mengemban tugas yang berat ini sejak tanggal 8 Agustus, mereka bersumbangsih tanpa pamrih. Kini, kita membutuhkan lebih banyak orang untuk mencurahkan perhatian. Jika setiap orang bisa mengerahkan sedikit tenaga, barulah mereka bisa mengetahui apa yang dilakukan oleh insan Tzu Chi. Yang terpenting adalah memulihkan sendi kehidupan masyarakat kita. Ini membutuhkan kerja sama antarmanusia, para relawan kita bukan hanya membantu membersihkan lingkungan, tetapi juga menyediakan makanan hangat, mereka menyediakan makanan di Sanchong dan Xindian, kemudian mengantarkannya ke wilayah pegunungan saat masih hangat.

Lihatlah, ini semua berkat kekuatan cinta kasih dan kerja sama yang harmonis. Saya sangat menghormati para Bodhisatwa ini. Saya sungguh sangat mengasihi para relawan kita yang begitu mengagumkan dan pantas dihormati. Setiap kali Taiwan dilanda bencana, relawan Tzu Chi selalu bergerak, karena setiap relawan memiliki kelapangan hati dan kemurnian pikiran. Di dunia yang penuh kekeruhan ini, dengan membangkitkan sebersit niat baik para relawan kita telah melatih diri hingga memiliki pikiran yang murni. Mereka menggenggam setiap waktu dan mengerahkan segenap kekuatan mereka untuk melakukan hal yang benar, karena itulah saya sangat menghormati sekelompok Bodhisatwa ini.

Kita bisa melihat banyak  relawan  biru  putih  yang merupakan relawan senior Tzu Chi. Mereka juga menyalurkan bantuan pascagempa pada tanggal 21 September 1999 dan pascatopan pada tahun 2009 yang menimbulkan banjir besar di wilayah selatan Taiwan. Kini kita juga bisa melihat sumbangsih mereka setelah Taiwan diterjang Topan Soudelor. Topan kali ini menimbulkan dampak bencana yang  lebih besar di wilayah yang merupakan objek wisata yang terkenal akan sumber air panas. Lihatlah tempat yang biasanya didatangi orang-orang untuk menikmati hidup ini, setelah tempat ini dilanda bencana, tidak banyak orang yang bersedia untuk pergi ke sana. Sebaliknya, saat wilayah tersebut dilanda bencana, insan Tzu Chi pun pergi ke sana untuk bersumbangsih. Ini membuat saya merasa bahwa masyarakat kita ini membutuhkan lebih banyak orang yang dapat bersumbangsih bagi sesama.

Desa Heliu di Taoyuan juga terkena dampak bencana. Lurah setempat meminta insan Tzu Chi untuk segera memberikan penghiburan, membagikan barang bantuan, dan lain-lain. Sebuah sekolah dasar di Tainan yang jumlah murid dan gurunya tidak banyak juga meminta bantuan kepada kita karena tidak tahu harus bagaimana. Para Bodhisatwa kita pun segera berkumpul untuk membantu sekolah itu. Dalam sekejap, lingkungan sekolah tersebut menjadi sangat rapi dan bersih. Inilah yang dilakukan insan Tzu Chi dari wilayah utara hingga selatan Taiwan, termasuk Pingtung, kita memberikan bantuan di berbagai wilayah. Kekuatan cinta kasih seperti ini membuat saya sangat bersyukur, begitu pula di Taichung.

Lihatlah para relawan biru putih juga segera bergerak, jika tidak, bagaimana lingkungan sekolah bisa pulih kembali? Singkat kata, saya sangat bersyukur. Selain membawa dampak bencana bagi Taiwan, Topan Soudelor juga menimbulkan banjir di Provinsi Fujian. Insan Tzu Chi setempat juga mendedikasikan diri untuk menyalurkan bantuan bencana. Saya berharap setiap orang dapat berhati tulus. Saya sungguh sangat bersyukur.

Kemarin  merupakan  tanggal 1 bulan 7 Imlek, kita juga mengimbau orang-orang untuk memiliki keyakinan benar dan jangan membakar kertas sembahyang, kita harus berhati tulus. Bulan 7 Imlek merupakan bulan penuh berkah. Sejak kemarin kantor Tzu Chi di seluruh dunia terhubung dengan Griya Jing Si untuk melantunkan Sutra Ksitigarbha bersama. Semoga doa kita yang tulus dapat menenteramkan hati setiap orang di seluruh dunia.

Saya berharap setiap orang dapat membangkitkan cinta kasih untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi semua makhluk, inilah ketulusan yang sesungguhnya. Singkat kata, kita harus berdoa dengan hati yang tulus dan bersumbangsih dengan tindakan nyata. Dengan demikian, barulah kita benar-benar bisa meringankan penderitaan sesama.


Saling membantu saat bencana kerap terjadi.

Merajut jaring cinta kasih universal.

Relawan tim konsumsi menyediakan makanan hangat.

Bersumbangsih bersama pada bulan 7 penuh berkah.

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 15 Agustus 2015

 

Tanamkan rasa syukur pada anak-anak sejak kecil, setelah dewasa ia akan tahu bersumbangsih bagi masyarakat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -