Suara Kasih : Inspirasi Mengurangi Bencana

   

Judul Asli:
Menginspirasi Lebih Banyak Orang demi  Mengurangi Bencana

Amerika Tengah dan Selatan dilanda hujan lebat
Para korban bencana dan warga yang kekurangan menantikan bantuan
Dibutuhkan kekuatan banyak orang untuk menciptakan berkah dan melenyapkan bencana
Melindungi pegunungan dan senantiasa mawas diri

Semua hal yang kita dengar dan lihat setiap hari sungguh membuat kita sedih. Dahulu kita sering mengatakan bahwa gunung sangat megah dan kokoh. Bagaimana dengan sekarang? Sejak lebih dari 2.000 tahun lalu Buddha mengatakan kepada kita bahwa bumi ini sangat rentan. Segala bencana yang kini kita hadapi dan lihat adalah bukti dari rentannya bumi.

Kita dapat melihat negara-negara di Amerika Tengah dan Selatan terus dilanda hujan lebat. Contohnya, Guatemala. Sejak bulan Mei lalu, Badai Tropis Agatha datang membawa hujan lebat hingga mengakibatkan tanah longsor, putusnya jembatan dan akses jalan. Sejak saat itu hingga saat ini, hujan terus mengguyur Guatemala. Korban bencana mengatakan bahwa selama beberapa bulan ini rumahnya tak pernah kering.

Beberapa bulan ini mereka hidup di tengah air ataupun melewati setiap hari dalam kondisi sangat basah. Bayangkanlah, bagaimana cara mereka bertahan hidup? Jalan penghubung Guatemala dan Meksiko pun terganggu akibat tanah longsor yang terjadi berulang kali. Karena itu, pemerintah Guatemala pun tak berdaya lagi untuk menyalurkan bantuan. Jadi, mereka mulai meminta organisasi nonpemerintah di seluruh dunia agar membantu negara mereka.

Mereka pun telah menyampaikan undangan kepada Tzu Chi untuk menghadiri rapat mereka. Mereka sangat berharap kita dapat membantu mereka memulihkan kembali kondisi di negara tersebut yang rusak parah akibat bencana sekaligus membangun kembali kehidupan para korban bencana.

Tiada orang yang tahu apa yang harus diperbuat. Yang ada hanyalah rasa tak berdaya. Namun, jika hanya berkata, “Tidak tahu apa yang harus diperbuat dan tak berdaya, apakah berarti kita dapat berdiam diri?” Tidak. Karena itu, meski insan Tzu Chi di Guatemala tidaklah banyak, namun mereka tetap mengerahkan tenaga untuk menyalurkan bantuan. Asalkan jalan dapat dilalui, mereka akan tetap bersumbangsih. Sesungguhnya, bencana tanah longsor terjadi akibat eksploitasi lahan yang berlebihan dalam jangka panjang.

Meski pemerintah telah melakukan pembatasan pada pengembangan lahan, namun orang-orang terus mengembangkannya demi melangsungkan hidup. Setiap orang mengetahui dampak dari eksploitasi gunung yang berlebihan, namun demi melangsungkan hidup, mereka terus mengembangkannya sehingga harus mengalami bencana yang besar ini.

Tak ada kata-kata yang dapat mengungkapkan rasa tak berdaya mereka. Mereka sungguh tak berdaya. Karena itu, insan Tzu Chi bekerja keras dan bersungguh hati menyalurkan bantuan untuk mereka. Melihat minimnya jumlah insan Tzu Chi di sana, ditambah luasnya daerah bencana, bagaimana kita menyalurkan bantuan?

Karena itu, saya terus mengingatkan kalian untuk menggalang Bodhisatwa dunia. Dengan lebih banyak menciptakan berkah, maka bencana akan berkurang. Dengan bertambah satu orang, maka kekuatan yang terhimpun akan semakin besar. Karena itu, kita harus senantiasa mawas diri dan berhati tulus.

Lihatlah, insan Tzu Chi di seluruh dunia sangat bersungguh hati. Meski para warga telah tertimpa bencana, namun berkat bimbingan para insan Tzu Chi, mereka tetap dapat berdoa dengan tulus. Namun, setelah acara doa selesai, apakah ketulusan hati mereka dapat bertahan selamanya? Dengan hati yang penuh ketulusan, apakah mereka dapat saling menginspirasi untuk membantu orang lain?

Meski terdapat banyak bencana, namun jika setiap orang dapat membangkitkan cinta kasihnya dan menghimpun sedikit demi sedikit dana kecil, maka kita dapat melakukan banyak hal. Asalkan orang yang selamat mengulurkan tangannya, maka kita dapat memiliki banyak dana dan kekuatan untuk membantu orang yang membutuhkan.

Namun, hingga kini relawan Tzu Chi di Amerika Tengah dan Selatan masih sangat sedikit. Meski jumlah insan Tzu Chi sangat sedikit, mereka harus memikul tanggung jawab yang besar. Mereka sungguh harus bekerja keras. Saya sungguh tak tega melihat para insan Tzu Chi yang memikul tanggung jawab besar serta para warga setempat yang hidup dalam kondisi minim dan terus tertimpa bencana.


Penderitaan akibat karma kolektif mereka bagai tak ada habisnya. Saya sungguh tak tega melihatnya. Bagaimana cara kita menolong mereka? Semua harus dimulai dari menyucikan hati, membimbing orang-orang untuk mengubah pola hidup mereka dengan tidak lagi mengeksploitasi pegunungan. Bila tak berhenti mengeksploitasi pegunungan dan tidak membangkitkan cinta kasih, jika hanya mengandalkan sedikit insan Tzu Chi di sana, kita pun sungguh tak berdaya.

Karena itu, kita harus menyucikan batin manusia ketika mereka dalam kondisi aman dan tenteram. Ketika setiap orang membangkitkan cinta kasih, menghimpun kekuatan dan niat baik, maka ketulusan ini akan dapat menjangkau para dewa. Dengan tulus berdoa dan membangkitkan niat baik, barulah kita dapat mengurangi bencana dan masyarakat dapat hidup aman dan damai.

Jadi, adanya karma buruk kolektif harus kita yakini. Taiwan adalah sebuah pulau kecil. Gempa bumi yang terjadi di Hualien kemarin membuat kita harus meningkatkan kewaspadaan dan mengambil hikmah dari bencana yang terjadi.

Kemarin pagi saya menyaksikan berita Da Ai TV yang melaporkan bahwa Indonesia dilanda gempa bumi berkekuatan tinggi berulang kali. Ketidakselarasan empat unsur alam sungguh membuat orang khawatir.

Singkat kata, banyak bencana yang terjadi di dunia. Mungkin gunung terlihat megah dan kokoh, namun sesungguhnya sangatlah rentan. Ketika turun hujan lebat, di daerah pegunungan akan terjadi tanah longsor sehingga menghancurkan pedesaan di sekitarnya, memutuskan akses jalan dan jembatan. Hal ini sering terjadi di daerah pegunungan dan merupakan akibat dari eksploitasi lahan yang berlebihan. Karena itu, kita sungguh harus mawas diri dan berhati tulus.

Diterjemahkan oleh: Lena 
Luangkan sedikit ruang bagi diri sendiri dan orang lain, jangan selalu bersikukuh pada pendapat diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -