Sahabat yang Baik

Sebagai manusia, kita perlu bersahabat dengan orang-orang yang memiliki sifat yang baik. Sahabat yang baik akan memberikan pengaruh yang baik melalui semangat untuk melakukan hal-hal yang baik dan bermanfaat, juga mengingatkan kita untuk tidak melakukan hal-hal yang buruk ketika kita sedang mengalami kesulitan dan kesedihan yang mendalam.

Di saat kita menderita dan tak tahu arah akan apa yang kita lakukan dalam hidup ini, maka pikiran kita seperti seorang pengembara yang tersesat. Untuk dapat kembali menuju arah yang benar, kita butuh bantuan dari seseorang yang dapat menunjukkan arah yang tepat. Ketika jalan yang benar ditunjukkan, kita harus benar-benar mempelajarinya, jika tidak maka kita akan kembali tersesat dan tidak akan dapat mencapai tujuan kita.

Dalam hidup ini kita perlu teman-teman yang baik di samping kita. Teman yang tidak hanya memberikan bimbingan, dukungan, dan semangat, tetapi teman yang juga bisa menjadi teladan yang baik bagi kita. Cerita berikut akan membantu kita memahami hal ini:

Suatu hari, saat Buddha dan para muridnya melakukan perjalanan, mereka melihat seutas tali di jalan setapak yang kecil. Buddha meminta salah seorang muridnya untuk mengambilnya. Murid tersebut mengambil tali dengan menggunakan ibu jari dan telunjuknya. Melihat hal tersebut, Buddha bertanya mengapa ia tidak memegang tali tersebut seperti biasa. Murid itu menjawab dengan jujur, “Buddha, tali ini sangat bau.” “Kenapa tali ini sangat bau?” tanya Buddha. “Mungkin tali ini pernah digunakan untuk mengikat ikan,” tebak sang murid, “dan bau yang tidak sedap ini berasal dari ikan tersebut.”

“Ikan tersebut sudah lama tidak ada,” kata Buddha mengingatkan, “jadi kenapa tali ini masih berbau tak sedap?” Murid tersebut menjawab, “Pasti karena sudah digunakan untuk mengikat cukup lama sehingga bau tak sedap itu terserap begitu kuat.” Buddha pun setuju dengan jawaban muridnya tersebut, “Ikan dan tali ini dulu pernah bersama-sama, meski sekarang sudah tidak lagi. Namun tali tersebut masih memiliki bau ikan tersebut. Kamu dapat merenungkannya kembali tentang hal tersebut.”

Saat melanjutkan perjalanan, mereka menemukan sebuah bungkusan di jalan. Buddha kemudian kembali meminta murid yang sama untuk memungutnya. Murid tersebut melakukannya dengan senyuman yang tergambar di wajahnya. “Sepertinya kamu senang sekali menemukan bungkusan ini,” kata Buddha sambil mengamati. “Ya, Buddha, bungkusan ini harum, seperti harumnya kayu cendana,” jawab murid tersebut. Buddha membalas tersenyum dan berkata, “Ini hanyalah sebuah bungkusan, mengapa kamu menyebutnya kayu cendana.” Murid tersebut kemudian menjawab, “Mungkin bungkusan ini pernah dipakai untuk membungkus kayu cendana karena harumnya seperti kayu cendana. Dan meski sudah tidak lagi digunakan untuk membungkus kayu lagi, wanginya masih terus terasa.”

Buddha mengunakan kesempatan tersebut untuk menyampaikan sebuah pelajaran. “Ya, sebagai makhluk hidup, kita ini mirip dengan tali dan bungkusan ini. Jika kita sering berbaur dengan teman-teman yang tidak baik maka kita pun akan terpengaruh. Namun, jika kita dikelilingi oleh teman-teman yang baik dan bijaksana maka kita pun akan terbawa menjadi pribadi yang baik.”

Tekad untuk Berubah

Saya teringat akan kasus yang diilustrasikan ini saat saya berkunjung ke Rumah Sakit Tzu Chi Dalin beberapa waktu lalu. Saat memasuki lobi rumah sakit yang ramai, lalu melihat seorang laki-laki muda yang sedang duduk di kursi roda. Pemuda itu didampingi seorang relawan Tzu Chi yang terlihat sangat ramah dan baik. Sambil berjalan mendekati mereka, saya melihat tubuh pemuda itu dipenuhi tato hingga tangan dan telapaknya.

Saya jadi ingin tahu mengapa ia sampai masuk ke rumah sakit, jadi saya menunduk untuk melihat matanya dan berbicara dengannya. Pemuda itu bercerita bahwa ia terluka karena terlibat perkelahian bersama teman-temannya setelah bermabuk-mabukan. Saya menepuk tangannya dengan penuh semangat, dan melihat keterbukaan dan keikhlasan di matanya. Saya berkata kepadanya, “Kamu masih sangat muda dan memiliki masa depan yang cerah, apa kamu mau menghabiskan waktu berhargamu dengan mabuk-mabukan dan terlibat perkelahian dengan teman-temanmu.” Saya memberinya semangat dan mengatakan padanya, “Akan lebih luar biasa jika nanti saya bertemu denganmu lagi, kamu sudah menjadi relawan yang dapat menolong orang lain.” Ia mengangguk dan memberikan saya senyuman. Saya membalas dengan senyuman dan berkata, “Segala yang terbaik untukmu.”

Beberapa waktu kemudian, saya menyaksikan acara Da Ai TV dan melihat pemuda tersebut. Ia diperkenalkan sebagai relawan daur ulang Tzu Chi yang sangat berdedikasi. Di sana ia menceritakan tentang kejadian di Rumah Sakit Tzu Chi Dalin. Ia menyimpan dan mengingat perkataan saya dengan sangat seksama, dan setelah mendapatkan dorongan semangat dari para relawan Tzu Chi di rumah sakit, ia terinspirasi untuk menjalani hidup yang lebih bermakna.

Sewaktu baru keluar dari rumah sakit, memang tidak mudah baginya untuk menjadi pribadi yang baru. Memahami hal itu, ia terus berkomunikasi dengan relawan Tzu Chi dan mulai menjadi relawan di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi. Ia melakukan segala hal yang mampu ia lakukan di sana, termasuk mengajak teman-teman lamanya untuk menjadi relawan di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi. Dengan dukungan dan dorongan yang besar dari teman-temannya di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi, tekadnya untuk berubah menjadi semakin teguh. Ia berhenti merokok, mabuk-mabukan, dan tidak lagi mengonsumsi obat-obatan terlarang. Bahkan ia membangun kebiasaan untuk menyalin Jing Si Aphorism setiap hari dan memberikannya kepada teman-teman lamanya. Ia melakukannya dengan tujuan agar bisa mengajak teman-temannya menjalani kehidupan yang lebih baik dan bermakna.

Pemuda ini sangat tersentuh dengan perhatian dan kasih sayang relawan Tzu Chi kepadanya sehingga mendorongnya untuk melakukan hal yang sama untuk membantu dan menolong orang lain. Pengalaman telah mendorongnya untuk turut bersumbangsih menolong orang lain karena ia sudah merasakan langsung manfaat dari memiliki teman-teman yang baik dan bijaksana.

Dengan berbaur dan bergaul dengan teman-teman yang berkarakter baik, berarti kita telah membalut diri kita dengan pengaruh yang positif. Kita akan terinspirasi untuk merefleksikan pikiran dan tindakan kita untuk menjadi orang yang baik. Benar, sahabat-sahabat yang baik dan bijaksana ibarat seorang penasihat yang memberikan bimbingan di persimpangan jalan. Seperti harumnya kayu cendana yang membungkus lembaran Dharma untuk jiwa dan pikiran kita.

sumber: www.tzuchi.org

Diterjemahkanoleh : Susy Grace Subiono (Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas)

Penyelaras: Hadi Pranoto

Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -