Guru yang Welas Asih

Master Cheng Yen dilahirkan di kota kecil bernama Chingshui di Taiwan bagian tengah pada tahun 1937. Master Cheng Yen memulai untuk hidup sebagai vegetarian saat doanya untuk kesembuhan sang bunda terkabul. Wafatnya sang ayah di tahun 1960 menjadikan beliau memahami bahwa hidup ini hanyalah sementara dan selalu berubah.

Saat Ayahnya meninggal, Master Cheng Yen bertanya pada dirinya sendiri, apa sebenarnya hakikat kehidupan ini? Datang dari mana dan setelah meninggal akan menuju ke mana? Pertanyaan inilah yang membuka titik perubahan kehidupan yang dicarinya.

Baginya kebahagiaan sejati adalah dengan memperluas kasih sayang, memberi kepedulian kepada masyarakat, dan menyayangi semua makhluk. Pada usia 23 tahun, beliau meninggalkan rumah untuk menjadi seorang biksuni.

Master Cheng Yen selalu menerapkan cara hidup yang sederhana dan saleh. Agar dapat hidup mandiri, beliau dan murid-muridnya membuat lilin dan tepung sereal yang terbuat dari kacang-kacangan untuk mempertahankan hidup. Beliau memegang teguh semangat kemandirian dengan prinsip “satu hari tidak bekerja, satu hari tidak makan”.

Pada tahun 1966, Master Cheng Yen mendirikan Yayasan Kemanusiaan Buddha Tzu Chi. Semua kegiatan kemanusiaan yang dilakukan Tzu Chi tidak memandang perbedaan agama, ras, suku, dan negara.

 

Karena kepeduliannya dalam menebarkan cinta kasih universal, beliau dianugerahi penghargaan, diantaranya: Ramon Magsaysay Award, Filipina (1991), Penghargaan Kedua Orang Paling Berpengaruh di Taiwan (2003), Asian American Heritage Award for Humanitarian Service (2004), dan Penghargaan Bidang Perdamaian dari Niwano Peace Foundation, Jepang (2007).

Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -