Master Bercerita: Raja yang Tamak

Saat kita hidup damai dan sejahtera, bisakah kita memahami kondisi orang-orang yang hidup kekurangan dan menderita? Saya sering berkata bahwa kita harus menyadari berkah setelah melihat penderitaan. Saat melihat penderitaan orang lain, kita baru menyadari bahwa kita dipenuhi berkah.

Sesungguhnya, kini masyarakat kita, bahkan orang-orang di negara lain, telah memiliki kesadaran seperti ini. Di Inggris, ada sebuah program televisi yang mengundang orang-orang berada di Inggris yang hidup di tengah kemewahan untuk merasakan kehidupan orang kurang mampu. Mereka menjangkau wilayah yang paling kekurangan untuk merasakan kehidupan warga setempat. Mereka menjangkau wilayah yang warganya harus melakukan pekerjaan yang sangat berat agar dapat memahami bagaimana orang lain bisa menghasilkan uang.

 

Dengan menjangkau wilayah kurang mampu dan secara langsung melihat betapa sulitnya orang kurang mampu menghasilkan uang, orang-orang berada dapat memilih orang yang akan mereka bantu. Saya merasa bahwa ini adalah ide bagus. Jika semua orang berada dapat menjangkau wilayah kurang mampu dan masing-masing membantu satu keluarga, maka semua keluarga kurang mampu akan tertolong. Alangkah baiknya jika bisa demikian. Asalkan ada satu orang yang memulai, saya yakin orang lain pasti akan terinspirasi. Jika bisa demikian maka mengakhiri kemiskinan di seluruh dunia bukanlah hal yang sulit.

Semua orang harus berbuat baik bersama. Kita harus saling mendukung untuk berbuat baik. Buddha berkata bahwa baik atau buruk bergantung pada sebersit niat. Saat timbul niat baik, kita akan melakukan perbuatan baik. Sebaliknya, saat timbul niat buruk, kita akan melakukan perbuatan buruk. Jadi, sebersit niat buruk dapat membawa pengaruh buruk yang besar bagi masyarakat.
 

Ada seorang janda yang membesarkan seorang putra sendiri. Dia mendidik putranya untuk mengasihi diri sendiri agar bisa mengasihi orang lain. Dia sering mendampingi putranya ke vihara. Jika bertemu dengan para praktisi, mereka akan memberi penghormatan dengan sopan. Kemudian, para praktisi akan membabarkan Dharma pada mereka. Setelah pulang ke rumah, dia akan mengulanginya agar putranya mengerti dan meminta putranya untuk mengulas kembali apa yang dipelajari. Jadi, ibu dan anak ini terus melatih diri dan mengembangkan jiwa kebijaksanaan.

Raja di tempat tinggal mereka sangat tamak dan tidak tahu mengasihi rakyat. Penderitaan rakyat tak terkira. Sang raja juga tahu bahwa dirinya yang memperlakukan rakyat dengan kejam mungkin akan terlahir di alam neraka setelah meninggal dunia. Jika terlahir di alam neraka, dia akan mengalami penderitaan tak terkira. Apa yang harus dia lakukan? Dia merasa bahwa di alam neraka, Raja Yama yang mengambil keputusan. Jika Raja Yama bersedia mengampuninya maka dia tidak perlu menanggung penderitaan di neraka. Karena itu, dia mendapat sebuah ide. Dia mengeluarkan perintah bahwa semua orang yang memiliki emas harus menghadiahkan emas kepadanya. Orang yang melanggar perintah ini akan dikurung dan disiksa.
 

Sang raja mengumpulkan emas agar bisa menghadiahkannya kepada Raja Yama setelah meninggal dunia. Tiga tahun kemudian, anak laki-laki tadi telah berusia 9 tahun. Anak ini berkata kepada ibunya, "Saat Ayah meninggal dunia, ada sebuah koin emas yang ditaruh di mulut Ayah. Apakah kita harus mengambilnya dan mempersembahkannya kepada raja?" Ibunya pun menyetujuinya. Anak ini lalu mengambil koin emas dari mulut ayahnya dan pergi ke istana bersama ibunya.

Melihat koin yang dipersembahkan anak ini, sang raja dengan penasaran bertanya, "Dari mana kamu memperoleh koin ini?"

Anak ini menjawab, "Saya mengambil koin emas yang ditaruh di mulut ayah saya saat beliau meninggal dunia."

Sang raja bertanya,"Apakah ayahmu tidak menyuap Raja Yama?"

Anak ini lalu menjawab, "Saat seseorang meninggal dunia, kesadarannya akan meninggalkan tubuhnya tanpa membawa apa-apa. Bukankah koin ini juga tetap berada di mulut ayah saya? Dalam Sutra dikatakan bahwa setelah meninggal dunia, kita akan terlahir kembali sesuai kekuatan karma. Tidak ada yang bisa menyogok Raja Yama. Yang Mulia bisa menjadi raja sekarang karena pernah menciptakan berkah dahulu.

Karena itulah, Yang Mulia bisa menikmati berkah di kehidupan sekarang. Yang Mulia hendaknya memanfaatkan kedudukan ini untuk menciptakan berkah. Dengan demikian, berkah Yang Mulia akan bertambah dan Yang Mulia tak perlu menyogok Raja Yama," kata anak itu.

Mendengar ucapan anak ini, raja tersadarkan dan segera membebaskan semua orang dari penjara. Dia bahkan menggunakan harta kerajaan untuk menolong orang kurang mampu. Kebijaksanaan seorang anak dapat memengaruhi seorang raja yang pemikiran dan pandangannya keliru.

Pahala ini sungguh tak terhingga.
Singkat kata, jika kita berbuat baik maka berkah kita akan bertambah. Namun, jika kita berbuat jahat, maka bencana akan selamanya mengikuti, bagai bayangan yang mengikuti wujud dan bunyi yang mengikuti tepukan. Saat kita menepuk tangan, akan terdengar bunyi. Jika ada benda yang berbenturan, juga akan terdengar bunyi. Saat kita berjalan, bayangan kita pasti selalu mengikuti kita.

Bisakah kita menghindari bayangan sendiri? Tentu saja tidak bisa. Saat kita berjalan di bawah cahaya matahari atau di bawah cahaya lampu, bayangan kita akan selalu mengikuti.Jika kita berlari dengan cepat, bayangan kita juga akan berlari dengan cepat. Jadi, menghindari bayangan sendiri ialah hal yang mustahil. Saat hidup kita berakhir, kesadaran kita akan meninggalkan tubuh ini. Ke mana kita pergi? Ini bergantung pada karma kita. Tidak ada gunanya menyogok Raja Yama. Saudara sekalian, dengan niat baik, kita bisa melakukan segala kebajikan. Namun, dengan niat buruk, kita bisa menciptakan karma buruk. Karena itu, kita harus lebih bersungguh hati setiap waktu.

 

Sumber: Program Master Cheng Yen Bercerita (DAAI TV)

Penerjemah : Hendry, Karlena, Merlina (DAAI TV Indonesia)

Penyelaras : Hadi Pranoto 

Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -