Kehidupan
yang sederhana dan tahu berpuas diri merupakan kenikmatan terbesar. Jika enggan
hidup sederhana, maka kehidupan kita akan sangat rumit. Jika tidak tahu berpuas
diri, maka kita akan selamanya hidup dengan susah payah.
Manusia
mengejar makanan yang segar, yang gemuk, kurus, dan lain-lain. Manusia sangat
memilih makanan. Mereka tidak berpikir bahwa itu adalah makhluk hidup. Mereka
tidak berpikir bahwa makhluk hidup ini juga memiliki darah dan nyawa.
Manusia
memakan daging hewan karena beranggapan bahwa daging hewan dapat menyehatkan
tubuh. Sesungguhnya, di masa kini, dokter selalu menyaramkan orang-orang untuk
makan lebih sederhana, lebih baik lagi jika dapat bervegetaris.
Dari sini
dapat kita ketahui bahwa daging hewan tidak bermanfaat bagi kesehatan kita. Tanaman-tanaman
yang dihasilkan oleh bumi sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi kita. Untuk
apa kita memakan daging hewan? Mengonsumsi daging hewan malah akan menambah
risiko terjangkit penyakit diabetes, tekanan darah tinggi, dan lain-lain.
Banyak
penyakit timbul akibat pemenuhan gizi yang salah. Selain itu, kini banyak hewan ternak yang
terjangkit virus dan bakteri. Karena itu, daging mereka sangat merugikan
kesehatan manusia. Demi mengejar keuntungan dan memuaskan nafsu makan sesaat, manusia
menernak dan membunuh hewan untuk dijadikan santapan. Demi menyantap daging
hewan, berapa banyak karma buruk yang diciptakan manusia?
Di dalam
karangan Mahabhiksu Lian Chi ada sebuah kisah seperti ini. Kisah ini adalah
tentang hukum sebab akibat. Ini merupakan sebuah kisah nyata. Di Provinsi
Henan, Tiongkok, ada seorang tabib bermarga Yin. Tabib ini sangat gemar memakan
daging sapi.
Setiap kali,
orang yang datang berobat harus menaruh daging sapi di atas meja. Jika pasien
tidak membawa daging sapi, dia akan sembarangan mendiagnosis penyakit dan
membuka resep. Akibat salah diberi resep, penyakit beberapa orang semakin
parah. Karena terampil dalam memberi pengobatan, banyak orang memintanya untuk
datang ke rumah. Karena itu, mereka harus memotong sapi.
Suatu hari,
tabib ini tiba-tiba meninggal dunia. Di dalam kesadarannya, dia pergi ke istana
Raja Yama. Wah, dia melihat Raja Yama tengah mengadili seorang jagal sapi. Jagal
itu berlutut di hadapan Raja Yama. Saat mengangkat kepala, dia melihat tabib
itu.
Dia lalu
menunjuk sambil berkata, "Dia suka makan daging sapi. Jika dia tidak
makan, maka saya tidak perlu memotong sapi." Mendengar jagal itu menyalahkannya,
dia pun segera berlutut. "Jika dia tidak memotong, maka saya tidak akan
makan." Mereka saling menyalahkan di sana.
Raja Yama
sangat marah, lalu berkata, "Kamu menjagal sapi. Tahukah kamu seumur hidupnya
sapi sangat bersusah payah membantu manusia membajak sawah dan mengangkut
barang? Kamu tidak tahu berterima kasih, malah memotongnya. Karena itu, kamu harus
dibawa ke alam neraka. Kamu sebagai tabib, tetapi suka makan daging sapi. Jika
tidak diberi daging sapi, kamu sembarangan membuka resep sehingga mencelakai 11
nyawa. Karena itu, kamu akan terlahir sebagai sapi sebanyak 11 kehidupan."
Kisah ini
merupakan kisah nyata. Di Provinsi Hubei, Tiongkok, ada seorang Tuan Du yang
pernah mengalami koma. Saat sedang menunggu diadili di istana Raja Yama, dia
melihat hal seperti ini. Namun, karena jalinan jodohnya belum matang dan dia juga
melakukan banyak kebaikan, dia dipulangkan ke alam manusia. Dia pun bertekad untuk
berbagi segala yang dilihatnya di alam neraka dengan orang-orang.
Kisah ini
tercatat di dalam karangan Mahabhiksu Lian Chi untuk mengingatkan orang-orang agar
menjauhkan diri dari karma membunuh. "Jika dia tidak makan, maka saya
tidak perlu memotongnya. Jika kamu tidak memotongnya, maka saya tidak akan
memakannya." Orang-orang tidak perlu saling mengelak karena setiap orang
menanggung buah karmanya masing-masing.
Saudara
sekalian, hukum sebab akibat sangat
menakutkan. Dalam kehidupan ini, siapakah yang bertanggung jawab atas karma
membunuh? Sulit untuk dikatakan. Singkat kata, kita harus menjaga kemurnian
tubuh dan pikiran dan menghilangkan nafsu makan terhadap hewan.
Hewan-hewan
itu mengalami kelahiran di enam alam akibat buah karma masing-masing, sama
seperti kita yang terlahir ke alam manusia karena buah karma sendiri. Hanya
saja manusia menambah karma buruk akibat nafu makan sesaat. Karena kita ingin
memakannya, maka ada orang yang menernak dan memotongnya. Inilah hukum sebab
akibat.
Jadi, jangan
karena nafsu makan sesaat, kita memakan daging hewan. Baik dimakan mentah
maupun yang sudah dimasak, mengonsumsi daging hewan dapat menciptakan banyak
karma buruk. semuanya dapat menciptakan banyak karma buruk. Mengonsumsi daging
hewan juga tidak baik bagi kesehatan.
Untuk menjaga
kemurnian tubuh dan pikiran, cara terbaik adalah dengan bervegetaris. Saudara
sekalian, apa pun yang kita makan pada akhirnya akan menjadi kotoran. Karena
itu, kita harus senantiasa ingat bahwa tubuh ini tidak bersih. Jangan sampai
kita menerima buah penderitaan kelak. Harap semua orang senantiasa bersungguh
hati.
Artikel dibaca sebanyak : 3647 kali
3 komentar
Hs On Monday, 21 September 2020, 03:11:49 wrote:
Untuk benar benar bisa bervegetarian harus ada keteguhan hati, dan melepaskan pikiran dari nafsu duniawi utk awal pasti akan sangat susah namun setelah dilakukan berulang ulang kali secara konsisten maka nafsunya akan hilang
suliestina Dirahma On Tuesday, 16 Juni 2020, 21:57:00 wrote:
bisa saja ummat buddha mengedukasi banyak masyarakat untuk hal itu, jadi untuk kepentingan bersama. dengan misalnya mengadakan kuliah khusus untuk tambahannya mencintai sesama makhluk, karna itu juga sebagian proses atau perjalanan hidup. saya baru memulai menjadi vegan, tapi amat sulit, terkadang bila ada makanan didepan mata yg bukan sayuran saya juga memakannya, bisa diberi solusinya, bagaimana mengatasinya?
suliestina Dirahma On Tuesday, 16 Juni 2020, 21:53:56 wrote:
apakah benear reingkarnasi itu terjadi saat kita mati nanti? kita merasakan hukuman dan karma menjadi makhluk-makhluk yang pernah kita komsumsi. kenapa tidak dihentikan kalau begitu disemua ummat, supaya vegetarian smua. sperti membuka resto yang banyaknya yaitu resto khusus vegan. tapi kebanyakan resto komsumsi makanan ternak. bisa diberhentikankan resto-resto?
Kirim Komentar
Luangkan sedikit ruang bagi diri sendiri dan orang lain, jangan selalu bersikukuh pada pendapat diri sendiri.