Sanubari Teduh: Banyak Bertobat Kala Hidup di Masa Lima Kekeruhan

Dalam Sutra Buddhis, “Kalpa” digunakan sebagai skala satuan waktu, juga berarti ”Masa yang sangat panjang”. Setelah Buddha Parinirvana, 2500 tahun kemudian seperti hari ini, jika dihitung sesuai dengan ajaran Buddha. Seharusnya telah memasuki “Masa Kalpa Meyusut”. Yang dimaksud masa kalpa menyusut adalah oleh karena pikiran manusia yang menyimpang.

Moralitas kian terkikis dan bencana terus terjadi, akibatnya nyawa manusia terancam dan usia rata-rata manusia berkurang. Di tengah kekacauan ini, mereka yang tengah melatih diri hendaknya selalu meningkatkan kesadaran, senantiasa bertobat, dan memanfaatkan kehidupan sebagai manusia yang sulit diperoleh.

Saudara se-Dharma sekalian, waktu demikian cepat berlalu. Karenanya, kita harus memanfaatkan setiap waktu yang ada. Setiap saat kita harus melatih diri karena dalam kehidupan ini kita telah memilih jalan pelatihan diri. Melatih batin tabiat dan perilaku yang pantas.

Kita harus menjaga pikiran dengan baik. Dengan senantiasa meningkatkan kesadaran, kita mampu membuka hati dan memahami kebenaran. Pikiran dapat membawa kita mencapai kebuddhaan atau membuat kita terus terlahir di enam alam tanpa memperoleh kedamaian. Jadi, inti melatih diri adalah pikiran.

Praktisi Buddhis seharusnya memahami bahwa Buddha datang ke dunia demi semua makhluk yang menderita. Beliau membabarkan kebenaran dari segala sesuatu di alam semesta pada kita agar kita dapat memahami kebenaran tentang penderitaan, kekosongan dan ketidakkekalan. Penderitaan berasal dari karma kolektif. Semua makhluk menciptakan banyak karma buruk yang membawa kekeruhan bagi dunia.

Dunia Saha tempat kita tinggal, dalam sutra disebut dunia dengan lima kekeruhan. Lima kekeruhan ini meliputi :

  1. Kekeruhan Kalpa
  2. Kekeruhan Pandangan
  3. Kekeruhan Noda Batin
  4. Kekeruhan Makhluk Hidup
  5. Kekeruhan Usia

Di masa kalpa menyusut ini, kelaparan wabah penyakit, peperangan, dan lain-lain terjadi; sandang, pangan dan kebutuhan lain semakin langka. Inilah yang disebut kekeruhan kalpa. Di masa ini noda batin makhluk hidup semakin tebal, tubuh dan batin semakin rapuh. Karenanya rentang usia semakin berkurang. Inilah yang disebut kekeruhan usia.

Makhluk hidup di masa akhir Dharma memiliki pandangan keliru, pandangan salahnya semakin dalam, dan tidak memahami jalan kebajikan untuk berlatih. Inilah yang disebut kekeruhan pandangan. Karena pandangan yang berbeda, konflik timbul. Keenam Indra mengalami kontak dengan objek luar sehingga menimbulkan noda ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan dan keraguan. Inilah yang disebut kekeruhan noda batin.

Dalam Sutra Buddhis dibahas mengenai “Tiga bencana besar” dan “Tiga bencana kecil”. Tiga bencana kecil merujuk pada kelaparan, wabah penyakit dan peperangan. Tiga bencana besar adalah bencana alam akibat angin, air dan api. Makhluk hidup di masa ini diliputi kekeruhan. Sehingga menimbulkan banyak bencana yang terus terjadi secara bersamaan.

Hal ini sungguh membuat kita cemas. Apa yang yang dapat kita lakukan? Tentu kita harus berusaha semaksimal mungkin karena semua makhluk memiliki karma kolektif. Kekeruhan yang diciptakan bersama dari karma buruk yang terhimpun dapat membawa tiga bencana besar yang mengakibatkan bencana alam terus terjadi. Karena kekeruhan membawa banyak bencana, kita harus membawa aliran yang jernih untuk menyucikan hati manusia.

Hukum sebab akibat tak dapat dihindari. Setiap perbuatan baik atau buruk pasti berbuah. Bertobat adalah melatih keterampilan, mengubah pikiran awam menjadi pikiran Buddha, menempah diri di tengah masyarakat, sepenuh hati mengembangkan cinta kasih. Karena telah bertobat, dalam setiap tindakan dan tutur kata, haruslah senantiasa waspada, tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Inilah makna pertobatan yang sesungguhnya.

Mempelajari ajaran Buddha adalah menambah kebajikan dan melenyapkan noda batin, mencari kedamaian batin, senantiasa berinstropeksi atas kesalahan diri, sehingga memperoleh kebebasan dan kedamaian. Melakukan introspeksi juga merupakan Dharma. Jadi, janganlah berpikir bahwa Dharma hanyalah yang kita dengar dalam Sutra. Kita harus mengatasi cobaan dalam melatih diri.

Kesulitan dalam hubungan antarmanusia dan masalah merupakan sebuah ujian. Sebilah pedang harus diasah oleh batu pengasah, baru akan memperoleh ketajaman. Sebuah batu giok harus diasah oleh batu kasar, barulah akan menampilkan kecemerlangan.

Saudara sekalian, kita harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan. Segala kondisi yang buruk sulit dihindari untuk muncul dalam perjalanan kita di jalan Bodhisatwa. Karenanya kita harus meningkatkan kesadaran. Kondisi apapun yang kita hadapi, kita harus segera menggunakan air Dharma yang jernih ini untuk membersihkan kekeruhan dalam batin kita. Kita harus selalu memiliki hati yang bertobat. Mari kita semua senantiasa bersungguh hati.

Demikianlah diintisarikan dari Sanubari Teduh   

Sanubari Teduh disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB. Channel  Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv

 

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisatwa

Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -