Sanubari Teduh: Dharma Meresap di Kala Bathin Jernih

https://youtu.be/QndOFl8IOjo

Saudara se-Dharma sekalian, dalam mempelajari ajaran Buddha, yang terpenting adalah pikiran. Tak peduli seberapa jauhnya jarak dan zaman, jika kita dapat menjaga hati dan pikiran dengan baik, kita akan hidup bagai di masa Buddha hadir.

Lebih dari 2000 tahun lalu, tanggal 8 bulan 4 penanggalan Lunar, di India, di tempat yang kini termasuk wilayah Nepal, di kerajaan yang dulu bernama Kapilavastu, lahirlah seorang pangeran.  Putra Mahkota dari Raja Suddhodana ini telah terlahir pada saat itu.  Kelahirannya dikatakan sebagai berkah bagi puluhan ribu orang. Apakah hanya bagi puluhan ribu orang? Ungkapan puluhan ribu di sana menunjukkan jumlah yang sangat banyak.

Saat itu, sang putra mahkota, yaitu Pangeran Siddharta yang lahir ke dunia, tumbuh semakin dewasa dan memiliki rasa ingin tahu yang makin besar. Beliau mengamati dan merenung dengan sungguh-sungguh dan merasakan banyak hal yang tak beliau pahami, seperti perubahan yang dialami semua makhluk, pergantian empat musim; kelahiran, usia tua, penyakit dan kematian, juga ada kemiskinan, kekayaan, status sosial, serta perbedaan antara yang kuat dan lemah. Banyak hal yang beliau belum pahami. Hal ini membangkitkan rasa ingin tahunya.

Karena itu, beliau sungguh-sungguh merenungkannya. Semakin merenung, beliau semakin merasa bahwa dalam kehidupan, ada begitu banyak perbedaan. Beliau berpikir, jika akar penyebab dari semua ini dapat ditemukan, maka hal-hal yang sulit dipahami ini akan dapat dimengerti dengan jelas. Untuk itu, beliau terus merenung dengan kebijaksanaannya. Akhirnya untuk mewujudkan tekad dan cita-citanya, beliau pun meninggalkan istana dan memulai pencarian untuk memamahami kebenaran di balik segala hal di alam semesta.

doc tzu chi

Dalam pemikirannya, jika beliau menemukan kebenaran hakiki, maka tiada hal yang terlalu rumit untuk dipahami. Dengan keteguhan tekadnya, beliau berhasil mengatasi berbagai kesulitan. Karenanya, beliau berhasil dan mencapai pencerahan. Di bawah cahaya bintang, beliau mencapai pencerahan. Sejak saat itu, lahirlah Seorang Yang Tercerahkan, yang mencerahkan diri-Nya dan makhluk lain, serta sempurna dalam kesadaran dan praktik.

Segala kebenaran di alam semesta, baik yang berkaitan dengan materi, manusia, dan masalah. Dengan kebijaksanaan dan Manusia Agung ini dapat dianalisis dan diuraikan. Unsur  tanah, air, api dan angin membentuk dunia. Dengan adanya pembentukan, keberlangsungan, kerusakan dan kehancuran tiada sesuatu yang kekal di dunia.  Manusia mengalami lahir, tua, sakit dan mati.

Pikiran manusia yang bersentuhan dengan dunia luar, dipenuhi berbagai perasaan dan nafsu yang terus menerus berubah sesuai fase timbul, berlangsung, berubah dan lenyap. Sungguh tiada yang kekal di dunia. Bodhi sesungguhnya tidak berpohon, cermin pun tiada berbingkai, pada awalnya memang tiada sesuatu pun, bagaimana debu dapat mengotori? (Sutra Altar Patriark ke-5)

Langkah pertama dalam melatih diri adalah bertobat. Dengan bertobat, barulah noda batin dapat dilenyapkan. Saat noda batin lenyap, batin akan menjadi murni dan kebenaran ajaran Buddha barulah dapat meresap ke dalam hati.  Mereka yang ingin bertobat harus lebih dahulu memberi penghormatan kepada Tiga Permata. Demikianlah bagi semua makhluk, Tiga Permata adalah mitra yang baik dan ladang menanam berkah.

Saudara sekalian, Buddha, Dharma dan Sangha sungguh harus kita hormati dan kita junjung tinggi. Jika dalam batin kita tidak timbul rasa hormat, Dharma tak akan dapat meresap ke dalam hati.  Buddha, Dharma dan Sangha. Tanpa adanya Buddha, hari ini kita tak dapat mendengar Dharma. Tanpa adanya Sangha, tak akan ada yang mewariskan Dharma. Jadi kita harus menghormati Tiga Permata dan mengenal balas budi.

Buddha ada ketika kita penuh rasa hormat. Kita semua adalah Buddha masa depan. Jika tak menghormati Buddha masa lampau, mungkinkah kita mencapai kebuddhaan? masa lalu sama seperti masa kini, masa kini sama seperti masa depan. Karenanya, kita harus senantiasa menjaga hati. Baik dimasa lalu, masa kini maupun masa depan.

Tiga Permata tetap ada. Jika kita sungguh-sungguh melatih diri, melenyapkan noda batin masa lalu, dan menjaga hati yang murni, serta dengan sungguh-sungguh menyelami Tiga Permata yang susah payah kita temukan, barulah kebenaran akan terukir di hati kita. Maka harap semua selalu bersungguh-sungguh.

Demikianlah diintisarikan  Sanubari Teduh: Dharma Meresap di Kala Bathin Jernih. Sanubari Teduh disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA setiap Minggu 05.30 WIB dan tayang ulang pada Sabtu 05.30 WIB.

Channel  Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisatwa
Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -