Sanubari Teduh: Membangkitkan Kejernihan Hati

Semua makhluk diliputi kekeruhan yang tebal. Siapa yang tak pernah melakukan pelanggaran? Siapa yang tak pernah melakukan kesalahan?

Saudara se-Dharma sekalian,  dalam syair Pertobatan Air Samadhi tertulis, “Para Buddha berbelas kasih pada semua makhluk sehingga mengajarkan metode pertobatan.” Berbelas kasih pada semua makhluk. Kita semua memahami bahwa hakikat dari Buddha, semua makhluk dan pikiran adalah sama. Setiap orang memiliki benih kebuddhaan.

Buddha masa lalu dan Buddha masa depan saling mendukung. Mereka semua mengajarkan bahwa  semua orang berpotensi mencapai kebuddhaan. Semua orang pun dapat belajar untuk memiliki rasa welas asih yang sama dengan Buddha. Jadi semua Buddha memiliki  cinta kasih dan welas asih pada semua makhluk.

Syair Pertobatan Air Samadhi berisi cara membersihkan kekeruhan di dalam batin. Menyucikan hati dengan air Dharma, membersihkan kekeruhan dan noda batin. Untuk itulah Buddha membabarkan makna pertobatan bagi kita. Pertobatan berarti penyucian, bagai air yang membersihkan noda.

Pertobatan dibutuhkan karena kita memiliki noda batin  dan pernah melakukan kesalahan, dan jika kita terus berusaha menutupinya, benih-benih dari noda kegelapan batin akan menutupi batin kita selapis demi selapis sehingga kekeruhannya menebal dan sulit di bersihkan. Setelah bertobat atas kesalahan dan noda batin masa lalu, barulah manusia dapat memulai hidup baru. Setiap orang memiliki hakikat yg murni. Karena adanya kegelapan batin (ketidaktahuan), timbullah ketamakan, kebencian, kebodohan, serta noda batin lainnya yang menutupi hakekat sejati ini.

Semakin bertambah usia manusia, kekeruhan dalam batin akan semakin menutupi pemahaman kita akan kebenaran. Akibatnya noda batin pun terus timbul. Oleh karena itu kita harus sadar, saat pikiran yang ternoda muncul. Kegelapan batin menimbulkan Tiga Aspek Halus dan ketika bersinggungan dengan objek luar, timbullah Enam Aspek Kasar.

Tiga Aspek Halus :

1.    Karma akibat kegelapan batin

2.    Pemahaman subjektif

3.    Dunia objektif 

 

Enam Aspek kasar :

1.    Pengetahuan yang membedakan

2.    Keberlanjutan

3.    Kemelekatan

4.    Pelabelan

5.    Penciptaan karma

6.    Penderitaan akibat karma

Segala hal di dunia ini apakah itu baik atau buruk, selama batin kita jernih, kita akan dapat memahami nilai kebenaran yang terkandung di dalamnya. Sesungguhnya kebenaran dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari di sekeliling kita. Karenanya kita harus berintrospeksi diri dan melihat ke dalam batin. Jika kejernihan batin tertutup oleh noda, kita akan diliputi kegelapan dan pandangan salah. Sekali pikiran salah ini timbul, ia akan terus menerus terakumulasi. Beginilah makhluk awam yg diliputi kegelapan batin terperangkap dalam batin yang penuh noda.

Dengan demikian kita terus berada dalam lingkaran tumimba lahir selama berkalpa-kalpa dan terus menciptakan karma. Dengan hati jernih, Dharma terlihat jelas, sehingga senantiasa diliputi kebahagiaan dan kedamaian. Ketika kegelapan batin timbul, makhluk hidup terjerumus dalam lingkaran tumimbal lahir. Ketika bertemu kesulitan, kita hendaknya memahaminya, menerima dengan bijaksana, dan bersyukur karena berkesempatan mengikis karma buruk.

Adanya Akibat, pasti dikarenakan adanya sebab. Jika dapat menerimanya dengan suka cita dan tak lagi membangkitkan noda batin, karma itu pun akan lenyap. Mengikis karma dengan menerimanya secara iklas, dan tidak lagi menciptakan karma buruk baru. Terlahir di enam alam kehidupan semua makhluk membawa benih-benih karma.

Senatiasa bertobat berarti menggunakan air Dharma untuk membersihkan kekotoran akibat karma buruk, dan akhirnya kembali pada hakikat sejati yang murni. Saudara sekalian, kita harus menjaga pikiran dengan baik. Semua bermula dari pikiran, semoga semua lebih bersungguh-sungguh.

 

Demikianlah diintisarikan  Sanubari Teduh. Sanubari Teduh disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA setiap Minggu 05.30 WIB dan tayang ulang Sabtu 05.30 WIB

Channel  Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv

Setiap manusia pada dasarnya berhati Bodhisatwa, juga memiliki semangat dan kekuatan yang sama dengan Bodhisatwa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -