Sanubari Teduh : Menjalankan Sila Membangkitkan Kebijaksanaan

Saudara se-Dharma sekalian, untuk menumbuhkan kebijaksanaan, kita harus menyucikan batin kita dari berbagai kerisauan masa lalu dari batin awam yang penuh noda. Kini kita sudah mengetahui apa sesungguhnya kebenaran hidup. Kita harus mendalami kebenaran ini. Akan tetapi sebelum memperoleh kebenaran, kita harus terlebih dahulu memahami batin sendiri.

Jika batin ditutupi kegelapan batin, kebenaran apapun tak akan terlihat oleh kita, dan tak akan bisa dipahami. Jadi pertama-tama kita harus mengendalikan batin kita. Kapanpun, batin kita hendaknya senantiasa tentram. Jika kita bisa hidup tentram dan bersahaja, dengan sendirinya kita akan bebas dari kondisi dan nafsu.

Jika batin bebas dari nafsu keinginan, dengan sendirinya kita tak akan lagi terjerumus pada pemikiran keliru. Kadar kegelapan batin pun berkurang. Jika demikian dengan sendirinya kebijaksanaan kita juga akan terbuka.

Menjalankan sila membangkitkan kebijaksanaan; melatih pemusatan pikiran; menjaga pikiran yang benar dan lurus; segala kerisauan yang membara pun padam. (Samyuktagama)

Artinya kita harus menjalankan sila dan tidak melanggarnya. Jika tidak melanggar sila, dengan sendirinya batin  kita akan tenang. Sebuah ungkapan berbunyi, “Hati yang tenang mampu memahami Kebenaran.” “Hati yang memahami kebenaran mampu tenang”, artinya adalah jika kita tidak melakukan pelanggaran dengan sendirinya batin kita akan tenang. Karena itu dikatakan dengan menjalankan sila, kebijaksanaan akan berkembang.

Menjalankan sila bertujuan membuat batin kita cemerlang. Dengan begitu kebijaksanaan pun tumbuh. Yang terpenting adalah bergantung pada diri sendiri. Kita harus melatih pemusatan pikiran. Kita memang sudah mendengar, tetapi kita juga harus giat. Kita harus merenung, setelah merenung dan berpikir, kita harus menjalankan praktik agar semakin memahami.

doc tzu chi

Setiap orang adalah sebuah kitab. Jika benar demikian, maka dalam prilaku setiap orang pasti ada yang dapat kita pelajari. Yang baik kita jadikan teladan, sedangkan yang buruk kita jadikan peringatan. Inilah yang disebut melatih pemusatan pikiran. Kita harus berlatih, kita harus berpikir dan merenung. Kita harus belajar dari orang lain. Hal yang baik kita teladani, sedangkan hal yang buruk kita perbaiki.

Kita harus meneladani kebaikan dan memperbaiki keburukan diri sendiri. Jika pikiran dapat senantiasa benar dan lurus, maka kerisauan akan padam. Pikiran kita hendaknya selalu dijaga  untuk selalu lurus dan selalu menyatu dengan sila. Sila, bagi kita sebagai praktisi sangatlah penting. Sila dapat mencegah kesalahan dan menghentikan keburukan. Jadi Pikiran kita harus benar dan lurus.  

Dan pikiran kita tidak boleh meninggalkan sila. Dengan begitu, meski dunia ini penuh gangguan dan batin makhluk awam bisa diliputi kerisauan, tetapi jika kita memegang teguh dan tulus menjalankan sila dengan sepenuh hati, maka dengan sendirinya segala kerisauan akan padam. Jadi kita bisa melakukan semua ini, maka segala kerisauan duniawi akan lenyap, dan dengan sendirinya kita akan memperoleh kebijaksanaan setara dan mencapai pembebasan sempurna.

Memperoleh kebijaksanaan setara; memperoleh pembebasan sempurna; karena sebab dan kondisi inilah, dia memperoleh tubuh yang agung.
(Samyuktagama)

Dalam hubungan antar manusia, kita harus melapangkan hati dan mengembangkan cinta kasih. Kita harus menggunakan kebijaksanaan dan pandangan kesetaraan dan memperlakukan semua makhluk. Jika kita mampu mewujudkan ini, maka batin kita akan memperoleh pembebasan. Tiada lagi yang ingin kita kuasai, tiada lagi perseturuan dengan orang lain, dan tiada lagi sikap perhitungan.

Tanpa perseteruan, tanpa sikap perhitungan, tanpa ketamakan dan nafsu keinginan dengan sendirinya kita terbebas dari kerisauan. Jika ingin mengetahui apa yang kita tanam di kehidupan lampau, lihatlah yang kita alami di kehidupan sekarang. Jika ingin mengetahui apa yang kita alami di kehidupan mendatang, lihatlah yang kita perbuat di kehidupan sekarang.

Jika noda batin telah diakhiri, dengan sendirinya kita akan mampu memperbaiki kesalahan masa lalu. Meski kita menemukan kondisi yang tidak diharapkan, kita hendaknya berpikiran terbuka dan berfokus pada saat ini. Dengan begitu, barulah hasil yang baik akan diperoleh di masa depan. Inilah yang disebut tiga penembusan.

Menembus berarti menguasai secara menyeluruh. Artinya kita memperoleh kemampuan mata dewa, pengetahuan kehidupan lampau, dan pengakiran kebocoran. Dalam mempelajari ajaran Buddha, kita harus memegang teguh sila. Sila adalah panduan dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita juga harus melatih pemusatan pemikiran. Kita harus menerima segala yang benar.

Setelah mendengar dan menerima ajaran benar, kita harus merenungkannya. Setelah merenungkannya kita harus mempraktikkannya. Dengan demikian segala noda batin di masa lalu, masa kini dan masa depan akan lenyap seluruhnya. Semua ini tak lepas dari kesungguhan hati kita, setiap menit dan setiap detik. Harap semuanya selalu bersungguh hati.

Demikianlah diintisarikan dari video Sanubari Teduh: Menjalankan Sila Membangkitkan Kebijaksanaan.

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisatwa

Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -