Saudara se-Dharma
sekalian, Dharma bagaikan air yang dapat membersihkan kotoran. Segala sesuatu
di alam tidak bisa kekurangan air. Sebagai manusia yang hidup, jika kekurangan air,
kita tidak dapat membersihkan kotoran. Bukankah kehidupan kita akan menderita?
Terlebih lagi, jika alam kekurangan air, tanaman pangan tentu tak dapat
bertumbuh. Jika tubuh kekurangan air, manusia tidak dapat bertahan hidup. Batin
kita, jika tidak dibasahi air Dharma, maka jiwa kebijaksanaan kita sulit
bertumbuh.
Jadi, air di alam
ini sangat penting bagi kehidupan manusia, sedangkan air Dharma juga tidak
boleh kurang bagi jiwa kebijaksanaan kita. Sebelumnya kita sudah membahas cara
berjalan di jalan Buddha. Tentu kita sudah banyak membahas banyak istilah.
37 Faktor
Pencerahan : Empat Landasan Perenungan, Empat Usaha Benar, Empat Landasan
Kekuatan Batin, Lima Akar, Lima Kekuatan, Tujuh Faktor Pencerahan, dan Delapan
Ruas Jalan Mulia.
Asalkan kita
dapat mengingat 37 Faktor Pendukung Pencapaian Pencerahan berarti kita memiliki
37 metode untuk membersihkan noda batin di dalam batin kita. Jadi Dharma bagaikan
air yang dapat membersihkan kotoran. Demikianlah artinya. Untuk menumbuhkan
jiwa kebijaksanaan, batin kita harus dibasahi oleh air Dharma. Bukan hanya
membersihkan noda batin, tetapi setelah itu, kita juga harus menabur benih yang
baik dan menggarap lahan dengan sepenuh hati.
Selain menggarap
lahan batin, kita juga harus memberinya air. Di ladang batin kita, air Dharma
sangat dibutuhkan. Jadi, 37 Faktor pencerahan sama dengan benih dan air. 37
Faktor Pencerahan ini, asalkan dapat kita pahami satu per satu dan kita
dalami, maka akan dapat membantu kita untuk kembali pada jalan menuju
kesadaran. Ini akan menjadi nutrisi penting dalam pelatihan diri. Agar ladang
batin kita subur diperlukan berbagai faktor ini yang membantu kita. Kita harus
berlatih dengan sungguh-sungguh dengan begitu ladang batin kita akan subur dan
penuh nutrisi untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.
Berikutnya kita
akan membahas bagian terakhir dari jilid pertama Syair Pertobatan Air Samadhi.
Setelah membahas 37 Faktor Pencerahan, selanjutnya ada Sepuluh Paramita.
“37 Faktor
Pendukung Pencapaian Pencerahan senantiasa ada dan berlanjut di dalam batin;
Sepuluh Paramita senantiasa mewujud. Setelah bertobat dan berikrar, kini dengan
tulus dan penuh keyakinan kami menghormat kepada Tiga Permata yang selalu ada”.
37 Faktor
Pencerahan membantu kita menumbuhkan jiwa kebijaksanaan sehingga secara alami
sepuluh paramita tercapai. Sepuluh Paramita bukanlah semata-mata melatih dan
menyelamatkan diri sendiri, melainkan juga membimbing semua makhluk. Jadi, di dalam
mempelajari ajaran Buddha, kita harus tahu bahwa kita tidak semata-mata mencari
pencapaian pribadi. Kita harus membawa manfaat bagi orang lain. Karena itu ada
praktik Sepuluh Paramita.
Sepuluh Paramita:
1. Dana
2. Sila
3. Kesabaran
4. Semangat
5. Konsentrasi
6. Kebijaksanaan
7. Metode Terampil
8. Ikrar
9. Kekuatan
10. Pengetahuan
Kita sering membahas Enam
Paramita, tetapi di sini dibahas tentang Sepuluh Paramita. Sepuluh Paramita
adalah Enam Paramita ditambah empat Paramita lainnya. Enam Paramita yaitu dana,
sila, kesabaran, semangat, konsentrasi, kebijaksanaan. Enam Paramita harus
ditambah empat Paramita, yaitu Paramita metode terampil, Paramita Ikrar,
Paramita kekuatan, dan Paramita pengetahuan.
Inilah empat Paramita
tambahan. Paramita berarti “Menyeberang”. Dari tataran makhluk awam yang penuh
kegelapan, kita ingin menuju tataran kesadaran Buddha. Di antara keduanya ada
sebuah jarak.
Saudara sekalian,
jika sepuluh Paramita bisa lengkap, kita akan dapat menyeberangkan diri sendiri
dan orang lain dari kondisi makhluk awam yang tersesat kembali kepada
kesadaran murni yang sama dengan Buddha. Untuk itu, kita harus menggenapi 37
Faktor Pencerahan dan sepuluh Paramita. Tanpa 37 Faktor pencerahan, Kita tidak
bisa mengembangkan Sepuluh Paramita. Jadi, setelah memahami ini, kita harus
selalu membangkitkan hati yang bertobat.
Jika dapat
bertobat dan berikrar, barulah kita dapat memahami begitu banyak Dharma. Jadi,
kita semua harus memiliki rasa hormat dan keyakinan yang tulus. Kita harus
dengan tulus meyakini dan menghormati Tiga Permata yang hakiki. Berhubung
mengaku memiliki keyakinan, maka apapun keyakinan agama kita, kita harus
mewujudkannya dalam tindakan nyata. Jangan berpikir, “Yang penting hati saya
tulus, untuk apa saya memberi hormat?”
Pelatihan di
dalam batin, harus diwujudkan ke luar. Karena itu saya sering berpesan bahwa
ketulusan, kebenaran, keyakinan, kesungguhan adalah pelatihan ke dalam. Cinta
kasih, welas asih, suka cita, keseimbangan batin adalah praktik ke luar. Kita
harus menjalankannya secara bersamaan.
Berhubung kita
sudah memiliki keyakinan sebagai umat Buddha, maka keyakinan dan penghormatan
kita terhadap Tiga Permata harus tulus. Kita harus membangkitkan keyakinan yang
tulus. Tubuh kita pun harus memberi penghormatan terhadap Tiga Permata yang
hakiki. Saudara sekalian, keyakinan agama adalah keyakinan pada tujuan hidup.
Jadi, di manakah tujuan hidup kita? Umat Buddha harus memiliki citra sebagai
umat Buddha. Jadi, ketulusan ini harus selalu ada di dalam kehidupan kita. Kita
harus mengendalikan diri dan memulihkan nilai-nilai luhur. Harap semua selalu
bersungguh hati.
Demikianlah diintisarikan
dari Sanubari Teduh: Sepuluh Paramita.
GATHA PELIMPAHAN JASA Semoga
mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisatwa
Artikel dibaca sebanyak : 2502 kali
Kirim Komentar
Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.