Ada Jalan yang Indah Setelah Bebas dari Lapas


Menghabiskan masa tahanan di Lapas adalah hal yang sulit, tapi untuk bisa kembali hidup normal setelah bebas dari Lapas adalah hal yang jauh lebih sulit. Banyak yang karena penolakan sekitar, akhirnya mantan warga binaan berakhir pada kesalahan yang sama. Untuk itu, relawan Tzu Chi membimbing mereka agar tidak lagi salah arah.

*****

Mengubah arah kehidupan menjadi lebih baik dan bisa diterima kembali di masyarakat merupakan harapan dari para warga binaan setelah bisa kembali hidup bebas. Akan tetapi stigma negatif yang telah melekat, membuat mereka kurang percaya diri untuk kembali bersosialisasi. Belum lagi penolakan dan ketidakpercayaan dari masyarakat, tidak jarang membuat mereka memilih kembali ke pergaulan sebelumnya yang salah.

Tapi beruntungnya para penghuni Lapas Klas IIB Tebing Tinggi (khususnya bagi umat Buddha) yang terus menerima bimbingan dan pendampingan dari relawan Tzu Chi Tebing Tinggi. Saat ini ada 14 dari jumlah 24 warga binaan umat Buddha, yang ikut serta.

Bimbingan dan pendampingan yang dilakukan di Lapas Klas IIB Tebing Tinggi didasari pada panggilan hati nurani dari para relawan Tzu Chi. Keprihatinan akan perlakuan sebagian masyarakat pada mantan warga binaan juga turut menyulut semangat relawan. Ditambah lagi, seperti yang Master Cheng Yen tuturkan: setiap orang memiliki sifat yang hakiki seperti Buddha dan dalam diri setiap orang pada dasarnya adalah bajik, semakin menguatkan tekad relawan Tzu Chi Tebing Tinggi untuk memberikan bimbingan kepada warga binaan.

Perkataan Master Cheng Yen itu pun menjadi dasar pembinaan di Lapas yang sudah dilakukan sejak tahun 2019 hingga saat ini. Pun saat situasi pandemi Covid-19 melanda, relawan tetap memberikan pembinaan secara daring. Setiap hari Sabtu setiap pekannya, dari pukul 9 hingga 10.30 WIB, relawan berbagi pengetahuan dan Dharma. Relawan bertekad membina batin para warga binaan sehingga arah kehidupan mereka bisa kembali ke jalan kebajikan dan mereka mempunyai pegangan Dharma.

“Ini sebuah jalinan jodoh yang tidak kami duga karena awalnya kalau mendengar masuk Lapas, apalagi bertemu orang-orang di dalamnya, tentu ada rasa ragu,” kata Wardi, relawan yang melakukan pembinaan di Lapas.

Jhonson memberikan sharing bahwa kehidupannya sekarang lebih tenang dan nyaman karena salah satu hal baik yang dia bawa dari Lapas adalah ajaran dari Master Cheng Yen yang mudah dicerna sehingga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Wardi mengaku banyak sekali mendapatkan pelajaran dari kunjungan di Lapas. Dulu, ia merasa Lapas adalah tempat yang mengerikan, tapi ternyata tidak demikian. Dengan bekal cinta kasih dan welas asih, Wardi yakin warga binaan bisa membuka hati dan menerima kehadiran relawan.

“Di Lapas ini, warga binaan sama sekali belum mengenal ajaran Buddha dan memiliki noda batin yang tebal. Tetapi ini memberikan suatu tantangan bagi kami untuk mengubah mereka, walaupun tidak semuanya,” kata Wardi, “kalau bisa mengubah satu orang saja yang tidak baik menjadi baik, maka sudah bertambah satu orang baik di dunia.”

Wardi sadar, hal yang paling dibutuhkan para warga binaan adalah dukungan dan perhatian dengan memperlakukan mereka selayaknya keluarga. Karena bagi mereka, penerimaan orang lain kepada diri mereka itulah yang memberikan harapan dan semangat untuk mengubah pandangan mereka ke arah yang positif.

Perubahan Baik Sekecil Apapun Adalah Kemajuan Besar
Relawan Tzu Chi Tebing Tinggi menuturkan bahwa tidak semua warga binaan mau ikut serta dalam bimbingan dari relawan. Apabila suasana hati mereka sedang baik, mereka ikut. Sebaliknya, apabila sedang kurang baik, mereka kadang memutuskan untuk absen saja.

Dari jumlah tersebut, Junaidi, satu warga binaan yang konsisten datang dalam bimbingan. Ia juga sering mengajak warga binaan lainnya untuk membersihkan cetiya (tempat ibadah agama Buddha), membaca paritta, dan membaca buku-buku yang dibawakan oleh relawan.

Bagi Junaidi, mendekam di Lapas sangat menyesakkan. Tapi karena bertemu dengan relawan Tzu Chi, hal yang sesak itu menjadi sedikit lega. “Terasa ada berkah karena bisa mengenal Tzu Chi, mengenal ajaran Buddha,” akunya.

Junaidi sebelumnya hidup penuh dengan kegelapan sehingga melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri dan keluarga. Setelah mendengarkan banyak ceramah Master Cheng Yen, barulah ia mengenal yang namanya 5 racun dalam diri, yaitu: keserakahan, kebencian, kebodohan, keraguan, dan kesombongan. Semua racun itu dulu menjerat dirinya dalam kehidupan yang penuh kegelapan. Tabiat buruk yang melekat pada dirinya bagaikan jaring yang menjerat pandangannya ke arah yang sesat. Ganjarannya, ia mendekam di Lapas.

Tak jarang Junaidi memikirkan banyak hal di Lapas. Ia takut ketika bebas nanti tidak ada yang menerimanya, dan hal itu yang malah membuatnya kembali ke teman-teman lama yang menjerumuskan dirinya. Tapi ketika relawan Tzu Chi datang, ia bisa berpikir jernih dan mulai perlahan mengoreksi dirinya. Apa yang salah, apa yang kurang baik, apa yang harus diperbaikinya, apa yang tidak boleh dilakukannya. Junaidi bahkan menyatakan pertobatan di depan altar Buddha bahwa ia akan membebaskan diri dari obat-obatan terlarang ketika menghirup udara segar nantinya.

“Di sini saya banyak mendapat perubahan. Selama saya mengenal Dharma, pikiran saya lebih terbuka, lebih mengerti mana yang baik dan tidak baik, lebih bisa mengingat bagaimana rasa sayang orang tua kepada saya,” tutur Junaidi. “Perubahan yang paling besar yang saya rasakan adalah sekarang saya lebih bisa membedakan mana yang baik dan harus dilakukan atau mana yang tidak seharusnya dilakukan. Saya juga sudah berhenti menggunakan Narkoba, juga berjanji tidak akan menyentuhnya lagi,” imbuh Junaidi.

Warga binaan Cetiya Dharma Agung Lapas Kelas IIB Tebing Tinggi menyempatkan diri membaca buku-buku Dharma yang dibawa oleh relawan Tzu Chi. Semakin banyak pengetahuan tentang Dharma, semakin banyak pula kesempatan perubahan baik dalam diri mereka.

Selain merasakannya secara pribadi, Junaidi menuturkan setelah sama-sama mengenal ajaran Master Cheng Yen, kehidupan mereka di Lapas terasa lebih tenang. Junaidi menambahkan, awalnya sebelum mereka mengenal ajaran Master, hidup mereka penuh gejolak. Tiada hari tanpa pertikaian terjadi di dalam Lapas. Namun sejak relawan memberikan bimbingan dan memperkenalkan ajaran Master Cheng Yen, saat ini mereka jauh lebih tenang dan harmonis. Apabila ada warga binaan yang baru masuk, mereka akan mendampingi dan saling memberikan semangat.

Junaidi tidak mau tekad dan perubahan yang ia rasakan hanya dirasakan sendiri. Ia juga ingin teman-temannya di Lapas sama-sama berjuang untuk bisa menempa masa depan yang jauh lebih baik. Untuk itu ia aktif mengajak teman-temannya untuk berhenti menggunakan Narkoba. “Saya sering mengajak teman-teman mengikuti pembinaan agar mereka mengerti Dharma dan pikirannya juga terbuka. Pokoknya tujuannya semoga kita nanti bisa berubah menjadi manusia yang lebih baik,” harap Junaidi.

Mempertahankan Niat Baik
Keinginan Junaidi bukan tanpa sebab, selain karena bimbingan relawan, ia juga mendengar langsung sharing yang diberikan oleh Jhonson, mantan warga binaan yang kini sudah melepaskan masa-masa kelamnya. Bersama para relawan, Jhonson memotivasi para warga binaan untuk bisa maju melawan candu Narkoba. Sekarang Jhonson bisa menjalani hidupnya dengan lebih semangat dan tenang. Berpegang pada prinsip dengan mengurangi satu niat jahat maka akan bertambah satu niat bajik, Jhonson menjalankan kehidupan dengan lebih positif setelah bebas dari Lapas.

“Dharma yang saya dapat di Lapas adalah Dharma tentang kehidupan sehari-hari yang bisa diterapkan dalam kehidupan saya setelah saya bebas,” ungkap Jhonson. “Sekarang saya mempunyai semangat yang luar biasa dalam hidup bermasyarakat atau mencari penghasilan. Saya merasakan hidup saya sekarang lebih tenang. Dalam hidup bermasyarakat, saya juga sudah dipercayai oleh orang lain sehingga saya sekarang mempunyai mata pencaharian yang benar,” lanjutnya bersukacita.

Mendengar sharing Jhonson, Junaidi semakin bersemangat. Ia yakin jalannya sudah benar. Relawan pun ikut bersemangat mendengar banyak warga binaan terus belajar menempa diri dan berpegang teguh pada Dharma.

Untuk itu, dalam setiap momen baiknya, relawan terus memberikan dukungan bak keluarga. Wardi menegaskan, timbulnya satu tekad yang baik dapat menghalau berbagai niat buruk. “Dengan senantiasa mempertahankan sebuah niat yang baik setiap detiknya, maka kita tidak akan terjerumus ke arah yang salah,” ungkapnya sebagai pengingat bagi para warga binaan.

Penulis: Elin Juwita (Tzu Chi Tebing Tinggi)
Foto: Lidyawati (Tzu Chi Tebing Tinggi)
Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -