Bahagianya Maya Terbebas dari Katarak


Kesedihan Maya Fauziah akibat penyakit katarak akhirnya berubah menjadi sukacita setelah dioperasi oleh tim dokter Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia. Kini Maya dapat melihat dengan baik dan tidak dicemooh lagi oleh teman-temannya. Ia pun menjadi salah satu anak yang berprestasi di sekolahnya.


*****

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-111 di Kota Cianjur, Jawa Barat pada tahun 2016 lalu ternyata membawa perubahan dan kebahagiaan bagi salah satu pasiennya. Maya Fauziah (15), penderita katarak yang saat itu berumur 10 tahun berhasil dioperasi oleh tim dokter Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia pada baksos yang berlangsung selama 3 hari (18-20 Maret 2016) tersebut.

Awal mula Maya bisa mengikuti Baksos Kesehatan Tzu Chi karena kakaknya Muhamad Yudi yang merasa tidak tega melihat adiknya yang masih sangat belia harus menderita katarak. Secara kebetulan Odik, seorang Bintara Pembina Desa (Babinsa) di Desa Padaluyu, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat memberikan informasi tentang adanya Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-111 di Kota Cianjur. “Kebetulan ada yang kasih informasi, jadi langsung berangkat ke Kodim (screening),” ujar Yudi.

Apa yang dilakukan Yudi ini tanpa sepengetahuan ayahnya, Encang Irod yang saat itu sedang tidak di rumah. “Pertama ngobrol sama keluarga, katanya nunggu bapak pulang saja. Tapi menurut saya mumpung ada kesempatan dan waktunya terbatas jadi saya langsung bawa (Maya) aja,” kisah Yudi. Yudi melakukan semua itu karena Maya dulu sempat mengikuti baksos operasi mata (katarak) yang diadakan sebuah yayasan sosial, namun mengalami kegagalan. Hal inilah yang membuat Yudi tidak mau menyianyiakan waktu agar tidak mengalami kegagalan yang kedua kali.

Dokter mengatur posisi lampu di ruang operasi sebelum menangani katarak Maya Fauziah. Ia pun menjadi pasien katarak dengan usia paling muda pada Baksos kesehatan Tzu Chi yang pertama kali diadakan di Kota Cianjur, Jawa Barat tersebut.

Setelah melalui proses screening dan lainnya, Maya kemudian ditangani oleh tim dokter TIMA Indonesia. Maya sempat urung mengikuti operasi dengan bius lokal, namun setelah berdiskusi dengan pihak keluarga, tim dokter TIMA Indonesia memutuskan agar Maya menjalani operasi dengan bius general. Tidak sampai satu jam di kamar operasi, katarak di mata kanan Maya berhasil dioperasi.

Setelah 5 tahun berlalu, tim medis dari TIMA Indonesia berkesempatan kembali mengunjungi Maya Fauziah di rumahnya, Kampung Kebonlamping, Desa Padaluyu, Kec. Cugenang, Kab. Cianjur, Jawa Barat pada 20 November 2020 untuk melihat perkembangannya. “Alhamdulillah, bahagia banget. Setelah operasi sudah tidak diejek lagi, bisa lihat jelas jadi nggak burem lagi. Dulu kan yang sebelah kanan lihatnya putih aja,” ungkap Maya saat dikunjungi.

Sebelum dioperasi kataraknya, Maya memang seringkali dicemooh oleh temantemannya. “Dulu sama teman-teman suka diledekin, ‘ih itu matanya putih’,” kenang Maya.

Tentu saja hal itu membuat hatinya sedih karena berbeda dengan teman-temannya. Selain itu, karena katarak di mata kanannya ini, Maya yang saat itu kelas 4 SD seringkali kesulitan membaca saat bersekolah. “Susah membaca juga karena hanya bisa melihat dengan satu mata,” kata Maya menceritakan kondisinya 5 tahun yang lalu.

Setelah 5 tahun pascaoperasi katarak, Tim Medis Tzu Chi berkunjung ke rumah Maya Fauziah di Kampung Kebonlamping, Desa Padaluyu, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat untuk memeriksa kondisi penglihatan pada mata kanannya.

Kedatangan tim medis TIMA Indonesia ke rumah Maya disambut hangat oleh keluarga. Encang Irod (40), ayah Maya merasa sangat bersyukur anaknya bisa ikut dalam Baksos Kesehatan Tzu Chi kala itu. “Jujur saya sangat berterima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi, dulu anak saya itu tidak melihat (mata kanannya), kalau sekarang alhamdulillah,” ungkap Encang Irod.

Saat dikunjungi, Encang Irod juga menceritakan kondisi anaknya (Maya) sebelum dioperasi katarak. “Suka ngeluh. Nggak kelihatan seperti anak-anak yang lain. Ya kaya tertekan, kalau anak yang lain kan suka main kesana-kemari. Kalau dia kan penggunaan matanya sebelah jadi istilahnya nggak percaya dirilah dan suka murung di rumah. Setelah dioperasi, alhamdulillah semangat belajarnya bertambah,” ungkap pria yang bekerja sebagai petani tersebut.

Perjuangan Encang Irod untuk mengobati katarak Maya sudah dilakukan sejak putrinya duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar. Setelah dua tahun berusaha, barulan kemudian Encang mendapatkan informasi tentang Baksos Kesehatan Tzu Chi. “Dulu sampai bisa dibilang saya sudah patah semangat. Tapi alhamdulillah, ada jodohnya dari Buddha Tzu Chi dan saya bersyukur banget. Pada dasarnya mungkin ini sudah waktunya anak saya berubah, intinya bisa melihat lagi,” kenang Encang Irod. “Saya sangat bersyukur dan berterima kasih atas adanya program (baksos kesehatan) dari Yayasan Buddha Tzu Chi sangatlah membantu bagi masyarakat tidak mampu,” tambahnya.

Selain melihat kondisi Maya, Tim Medis Tzu Chi juga berbincang-bincang mengenai kondisi penglihatan mata Maya Fauziah dengan ayahnya Encang Irod (kanan) dan kakaknya Muhammad Yudi (tengah).

Tim Medis Tzu Chi yang mengunjungi Maya juga sempat melihat kondisi matanya. “Alhamdulillah, sekarang matanya juga sudah normal. Orang tuanya juga bercerita sesudah dioperasi, anaknya bisa bergaul dengan temannya tanpa ejekan lagi,” ungkap Weni Yunita, anggota TIMA yang juga Koordinator Pasien Baksos Kesehatan Tzu Chi setelah memeriksa kondisi Maya.

Sebelum dioperasi, Maya yang hanya bisa melihat dengan mata kirinya masuk peringkat 10 besar di kelas. Prestasi ini jauh meningkat setelah matanya dioperasi. Maya yang sudah bisa melihat dengan kedua matanya mendapatkan rangking 1 di kelas. “Sifat anaknya memang pendiam, tapi berprestasi seperti apa yang diceritakan orang tuanya. Dengan kondisi saat ini, harapan saya adik kita Maya ini bisa mencapai apa yang dicita-citakannya nanti,” kata Weni Yunita.

Saat dikunjungi Maya juga terlihat bahagia. Sesekali ia tersenyum sambil menjawab pertanyaan yang dilontarkan padanya. Kini ia dapat beraktivitas dengan baik. Penglihatannya pun sekarang jauh berbeda dengan yang dulu. “Untuk Yayasan Buddha Tzu Chi, terima kasih sudah mengoperasi mata saya sehingga saya bisa melihat dengan baik,” kata Maya dengan sukacita.

Penulis: Arimami Suryo A., Yuliati, Foto: Arimami Suryo A.
Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -