Berdiri Tegap di Usia 26 Tahun

 

“Lihat ke sana, itu lautan. Akhirnya saya melihat pantai di Hualien. Cantik sekali..!” Itulah kata-kata Chen Tuan Zhi ketika untuk pertama kalinya ia bisa berjalan-jalan melihat dunia luar dengan kedua kakinya sendiri.

Chen Tuan Zhi berasal dari Xiamen, Provinsi Fujian, sebelah tenggara Tiongkok. Perempuan muda ini datang ke Hualien, Taiwan untuk menerima sebuah “keajaiban” (berkah) dan merayakan ulang tahunnya yang ke-26 di Rumah Sakit Tzu Chi Hualien saat menjalani pengobatan.

Dalam 26 tahun kehidupannya, ia menderita cacat dan nyaris hanya bisa bergerak dengan menggunakan bagian belakang dari lututnya karena penyakitnya yang langka. Ia lahir dengan kelainan bawaan pada kedua tulang lututnya yang mengakibatkan pembengkokan lutut ke depan sehingga tubuhnya seperti menjadi berbentuk huruf L.

TIBA DI HUALIEN. Pada  22 Desember 2013, Chen Tuan Zhi (tengah) terbang ke Taiwan untuk menjalani pemeriksaan lebih detil.

Selain itu, kelainan dari pergelangan kakinya membuatnya hanya bisa mengandalkan bagian belakang lututnya untuk bergerak maju. Keluarganya tidak tinggal diam dan membawa Tuan Zhi untuk mencari berbagai pengobatan, namun hasilnya selalu mengecewakan. Keuangan keluarga yang mulai terbatas membuat mereka putus asa dan berhenti bermimpi untuk melihat Tuan Zhi  bisa berdiri tegak dengan kedua kakinya sendiri.

Meskipun mempunyai kekurangan, Tuan Zhi selalu optimis. Ia belajar untuk mandiri dan membantu pekerjaan rumah seperti mencuci pakaian, memasak, juga membersihkan lantai. Ia bahkan memperoleh pekerjaan tetap di sebuah sekolah bagi para penderita autisme. Namun, karena struktur tulangnya masih tumbuh dan semakin banyaknya kegiatan yang ia lakukan sehari-hari, ia mulai mengalami rasa sakit di pinggang dan kaki. Berat tubuhnya juga menjadi beban besar saat ia mengangkat badan dengan tangannya ketika  hendak melangkah.

Beruntung, dengan bantuan dari relawan Tzu Chi Xiamen, Tuan Zhi datang ke Taiwan untuk meraih mimpinya: bisa berdiri dengan kedua kakinya sendiri. Selama enam bulan, ia menjalani tujuh kali operasi bedah tulang di Rumah Sakit Tzu Chi Hualien. Dilanjutkan dengan beberapa terapi untuk fisiknya, gadis muda itu akhirnya mampu berdiri sendiri dan dapat melihat betapa cantiknya pemandangan di Hualien.

MENJALANI OPERASI.Selama lebih dari enam bulan, Chen Tuan Zhi menjalani tujuh tindakan operasi

Perjalanan Ke Taiwan

Mei 2013, pasien lain dari Xiamen, Yang Xiao Dong, juga memperoleh pengobatan yang mengubah hidupnya di rumah sakit yang sama. Kondisi Xiao Dong dikenal sebagai Ankylosing Spondylitis, yaitu peradangan tulang yang menyebabkan penumpukan tulang belakang sehingga fleksibilitas tulangnya berkurang hingga pada akhirnya menjadikan postur tubuhnya membungkuk ke depan. Ia kemudian menjalani operasi untuk memperbaiki tulang belakangnya yang membungkuk 140 derajat.

Pada Oktober di tahun yang sama, dokter bedah tulang, dr. Liu Kuan-Lin dan relawan Tzu Chi menemaninya pergi ke rumah sakit setempat untuk berdiskusi mengenai kelanjutan pengobatannya. Terkesan dengan pekerjaan amal Tzu Chi dan perawatan medis yang diberikan Tzu Chi, Pan Shijian, Wakil Ketua Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Tiongkok di Xiamen, mengundang dr. Liu untuk memeriksa pasien lain, Tuan Zhi yang menderita penyakit langka.

MASA PEMULIHAN DAN TERAPI. Setiap pagi seorang terapis fisik selalu mengajaknya melakukan terapi yang berbeda

Setelah pemeriksaan kesehatan dasar, dr. Liu membawa hasil pemeriksaan Tuan Zhi  lima belas tahun yang lalu untuk didiskusikan dengan tim bedah di Hualien. Untuk memperoleh hasil tes terbaru, dua bulan kemudian, pada 22 Desember 2013, Tuan Zhi dan ayahnya  dengan ditemani oleh relawan Tzu Chi dari Xiamen bertolak ke Taiwan untuk melakukan tes yang lebih detil.

Di Taiwan, satu tim disiapkan khusus untuk merawat Tuan Zhi. Dokter Chen Ing-Ho, seorang ahli bedah ortopedi memimpin tim. Termasuk di dalamnya adalah dr. Chen Rong-Pier yang  merupakan seorang ahli bedah THT dan  tulang, serta dokter rehabilitasi dan pediatri lainnya. Mereka menemukan bahwa dalam sejarah medis, kondisi Tuan Zhi sangat langka di dunia, dengan kurang dari 20 kasus yang pernah didokumentasikan.

Berdasarkan hasil tes dan rekam jejak medis, tim bekerja keras untuk mendesain rencana pengobatan untuk Tuan Zhi. Ketika dokter tengah sibuk merencanakan dan menyiapkan pengobatan, untuk sementara waktu Tuan Zhi dapat kembali ke rumah bersama ayahnya dan bersiap menjalani pembedahan yang sebelumnya hanya bisa menjadi impiannya.

SUKACITA  DI  HARI  BAHAGIA.Staf  medis  dan  relawan  mengadakan  pesta  kecil-kecilan  untuk  merayakan  ulang tahun Tuan Zhi yang ke-26.

Tahapan Panjang untuk Penyembuhan

Tuan Zhi menghabiskan Tahun Baru Imlek di rumahnya bersama keluarga. Setelah liburan, ia kembali ke Taiwan untuk menjalani pengobatan yang panjang demi mewujudkan mimpinya: berdiri tegap. Ditemani oleh ibunya dan relawan Tzu Chi Xiamen, ia akhirnya sampai di Rumah Sakit Tzu Chi Hualien, Taiwan.

Pada tanggal 11 Maret 2014, sehari sebelum operasi pertamanya, Tuan Zhi pergi ke Griya Jing Si untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi, dan relawan Tzu Chi yang telah membantunya.  Di akhir pertemuan, Master Cheng Yen memakaikan gelang tasbih di tangan Tuan Zhi sebagai pengingat kasih sayang untuknya. Master Cheng Yen juga mendorongnya untuk berani dan memiliki keyakinan terhadap tim medis, serta tidak lupa untuk berterima kasih kepada kedua orang tuanya.

Hari selanjutnya, ia menjalani operasi artroplasti (penggantian sendi) untuk lutut kanannya, yang dilakukan untuk meluruskan kaki kanannya. Sepuluh hari kemudian, ia melakukan operasi yang sama untuk kaki kirinya. Operasi ini telah berhasil memperbaiki kebengkokan sebesar 130 derajat dari kedua sendi. Namun, karena kelainan bentuk dan osteoporosis yang parah pada lutut kiri, maka tim medis melakukan prosedur koreksi lebih lanjut pada lutut kirinya.

Setelah pembedahan ketiga, Ibu Tuan Zhi melihatnya di ruang pemulihan. Dengan penuh sukacita, ia berkata, “Mereka sudah lurus! Kedua kakinya sudah benar-benar lurus sekarang!”

Dokter dan perawat pun selalu bertanya kepada Tuan Zhi apakah ia merasakan sesuatu yang berbeda setelah pembedahan dilakukan. “Tentu saja terasa berbeda. Saya akhirnya bisa tidur dengan beralaskan punggung saya,” ucapnya ceria.

Bahkan setelah prosedur korektif, ia masih harus melalui serangkaian terapi fisik untuk memperkuat otot kakinya. Untuk memulai rehabilitasinya, terapis berfokus pada pemijatan dan peregangan otot dan tendonnya. Meskipun dalam proses rehabilitasi tersebut ia merasakan kesakitan dan ketidaknyamanan, Tuan Zhi selalu tersenyum ceria.

Pada 30 April di tahun yang sama, untuk memperbaiki posisi kaki yang membengkok ke bawah dan memutar ke dalam di pergelangan kaki kanannya, ia menjalani operasi lain. Dua minggu kemudian, operasi yang sama kembali dilakukan untuk memperbaiki pergelangan kaki kirinya. Pascaoperasi, dokter selalu memperhatikan kondisi Tuan Zhi dengan mengganti gipsnya setiap dua minggu dan mengawasinya hingga pulih.

Beberapa waktu berlalu, akhirnya tim medis membawakannya alat pelatihan untuk praktik berjalan. Ia menahan rasa sakitnya dan meletakkan kedua kakinya di tanah untuk berlatih berjalan dan melangkah dengan hati-hati. “Saya telah menunggu 26 tahun. Saya akhirnya bisa berdiri dan berjalan,” ungkapnya seraya menangis denganbahagia.

Tim medis mencoba dengan sepenuh hati untuk membantunya sehingga nantinya ia dapat berdiri dan berjalan. Mereka juga mempertimbangkan persendian kaki Tuan Zhi yang masih dalam kondisi kurang baik. Untuk membantu mempertahankan keseimbangannya, ia harus berjalan dengan sangat perlahan untuk menghindari pergerakan yang berlebihan pada sendinya. Oleh karena itu, prosedur operasi lebih lanjut pada lutut kanan dan pergelangan kakinya dilakukan kembali, dan proses ini mengakhiri enam bulan pengobatan bedah Tuan Zhi.

Operasi memang telah membantu meluruskan kakinya, namun untuk dapat berjalan dengan normal, ia masih memerlukan terapi fisik yang panjang. Setiap pagi dr. Hsu Chia-Li, seorang terapis, mengajaknya melakukan terapi yang berbeda. Meskipun terapi itu sangat menyakitkan, Tuan Zhi tetap bertahan dan memotivasi dirinya sendiri. Ia bertekad  untuk meningkatkan kemampuannya melalui terapi tersebut.

Pada akhir Oktober 2014, Tzu Zhi akhirnya mampu berdiri tegak dan berjalan dengan alat penopang. Dr. Chen Ing-Ho setuju untuk melakukan terapi lanjutannya di luar ruangan sehingga ia bisa mengembangkan kemampuannya untuk bisa mandiri dalam waktu dekat.

SEPERTI AYAH DAN PUTRINYA. Dokter  (papa)  Chen Ing-Ho  memperhatikan  perkembangan  kesehatan  dalam proses pemulihan Tuan Zhi tiap harinya.

Kasih dan Perhatian dari Siapa Saja

Selama enam bulan tinggal di rumah sakit, ibunya hanya menjauh ketika Tuan Zhi menjalani operasi. Ia menunggu dengan cemas di luar ruang operasi dan hanya bisa  bernapas lega ketika melihat putrinya keluar dari ruang operasi menuju ruang pemulihan. Kemudian ia akan menelepon suaminya tentang kabar baik tentang suksesnya operasi yang telah dijalani. Karena hanya berkonsentrasi pada putrinya, ia sendiri lupa akan kebutuhan medis dan obat untuk tekanan darah tingginya. Tim medis kemudian meminta bantuan seorang ahli jantung untuk memeriksa dan mengontrol tekanan darahnya.  “Walaupun saya jauh dari rumah, saya merasa (seperti) masih di rumah karena banyak orang yang memperhatikan kami,” katanya setelah menerima perawatan dari tim medis, relawan, dan Master Cheng Yen di Griya Jing Si.

Ayah Tuan Zhi pun pergi ke Taiwan untuk mengunjunginya. Ketika ia melihat  putrinya berjalan dengan alat penopang, ia membungkuk untuk memegang kaki putrinya dan berkata, “Saya sangat tidak percaya dengan apa yang saya lihat. Keajaiban ini benar-benar terjadi.”

Ada pula kejutan dari sekolah tempat Tuan Zhi  bekerja. Chen Shin, salah seorang direktur dari sekolah tersebut datang berkunjung dengan membawa rekaman video yang dibuat oleh para guru, isinya penuh dengan doa dan ungkapan untuk memotivasi Tuan Zhi. Ketika Chen Shin ikut sesi terapi yang dilakukan Tuan Zhi dan melihatnya berjalan dengan kaki yang tegak untuk pertama kalinya, ia tak dapat menahan tangis bahagia.

Dokter “Papa”

Tuan Zhi selalu memanggil dr. Chen Ing-Ho dengan sebutan “Dokter Papa” karena dr. Chen mengunjungi Tuan Zhi setiap hari dan melakukan pemeriksaan terhadap kondisinya. Ia memperlakukan Tuan Zhi seperti anak gadisnya sendiri. Ia selalu berlutut untuk melihat bekas luka Tuan Zhi  dari jarak yang sangat dekat, dan dengan teliti memastikan luka tersebut tidak terinfeksi. Ia juga mencoba alat bantu jalan sebelum memberikannya pada Tuan Zhi. Ia bahkan menggunakan waktu  senggang di jam istirahatnya untuk berkeliling mencari sepasang sepatu yang kira-kira bisa nyaman digunakan oleh Tuan Zhi, dan dapat memperkirakan mode yang tengah disukai oleh para gadis. Tuan Zhi sangat menyukai sepatu tersebut dan ia sangat berterima kasih, “Memakai sepatu dari ‘Dokter Papa’ membuat saya merasa sangat senang.”

Selama masa penyembuhan Tuan Zhi di rumah sakit, orang di sekelilingnya selalu memberinya perhatian seperti keluarga sendiri. Ketika operasi usai dilakukan dan membuatnya kehilangan nafsu makan, mereka bergantian memasak makanan lezat. Chen Yu-Chun, Kepala Perawat di Poli ortopedi, sering mengepang rambut panjang  Tuan Zhi untuk meningkatkan semangatnya dan menjaga suasana hatinya agar selalu ceria. Mengetahui besarnya keinginan Tuan Zhi untuk  mengenakan rok, Yen Hui-May, seorang relawan Tzu Chi memilihkan sebuah rok yang dikombinasikan dengan celana pendek untuk digunakan oleh Tuan Zhi selama menjalani terapi. Ia bahkan menjahit sendiri rok tersebut agar pas ketika dikenakan oleh Tuan Zhi.

IMPIAN  YANG  TERWUJUD. Tuan Zhi kini bisa berjalan dan hidup mandiri. Dengan bantuan dan cinta kasih dari orang-orang di sekelilingnya, Tuan Zhi kini memiliki masa depan yang lebih cerah

Mengulurkan Tangan, Membantu Orang Lain

Selama masa pemulihan yang lama, Tuan Zhi menerima kasih sayang dan perhatian dari banyak orang. Tuan Zhi mengatakan bahwa ia sangat berterima kasih kepada relawan Tzu Chi dan teman-temannya di Xiamen yang memberinya begitu banyak perhatian dan berkah. Sebagai ungkapan syukurnya, Tuan Zhi berharap untuk bisa membantu orang lain yang membutuhkan. Ia menyumbangkan hadiah yang ia terima untuk donasi bantuan bencana internasional Tzu Chi yang digunakan untuk membangun kembali sekolah-sekolah yang rusak akibat topan Haiyan di Filipina.

Selain itu, ia pun aktif dalam kegiatan Tzu Chi. Untuk menunjukkan dukungannya, ia menghadiri acara musik untuk mensosialisasikan donor organ tubuh dan pemutaran film pendidikan tentang penyakit langka selama ia berada di rumah sakit. Ia juga turut membuat  anpau Tzu Chi untuk Tahun Baru Imlek dan menjalin jodoh baik dengan orang lain.

Pada usia  puluh enam tahun, Tuan Zhi bertemu Tzu Chi yang mengubah hidupnya untuk memulai kehidupan baru. Setelah 10 bulan menjalani pengobatan medis dan rehabilitasi, ia “tumbuh” sebanyak 93-128 sentimeter. Para anggota tim medis bagaikan seorang arsitek yang mendesain ulang kakinya dan membangun kembali hidupnya. Sekarang ia bisa berjalan dan hidup mandiri. Dengan bantuan dan cinta kasih dari orang-orang di sekelilingnya, Tuan Zhi kini memiliki masa depan yang lebih cerah.

Pada tanggal 22 Januari 2015, dengan ditemani oleh para relawan dan tenaga medis dari Rumah Sakit Tzu Chi Hualien, Chen Tuan Zhi pulang ke kampung halamannya. Hidupnya sungguh penuh berkah.

Sumber Linknya: http://bit.ly/1PL8Rij
Jurnalis : Doc Tzu chi

Fotografer : Doc Tzu chi

Penerjemah: Metta Wulandari

Link Video:
http://bit.ly/2c7yax7
http://bit.ly/2cdObVF
Cara untuk mengarahkan orang lain bukanlah dengan memberi perintah, namun bimbinglah dengan memberi teladan melalui perbuatan nyata.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -