Berkawan Baik dengan Barang Daur Ulang Lewat Green Point

Para warga, mahasiswa, dan murid-murid sekolah dapat mengumpulkan barang daur ulang ke Green Point Tzu Chi Medan yang menjadi tempat penampungan sampah daur ulang setiap harinya yang telah disebar di berbagai instansi/lembaga, institusi pendidikan dan perusahaan-perusahaan swasta dan pemerintah.

Berinovasi dari Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan yang telah ada di beberapa titik di Medan, relawan Tzu Chi Medan menciptakan mini depo dengan sebutan Green Point yang berada lebih dekat dan lebih mudah untuk lebih memperkenalkan pelestarian lingkungan ke seluruh elemen masyarakat.

*****

Permasalahan sampah masih menjadi masalah klasik yang membutuhkan solusi serius. Walikota Medan pada tahun 2022 mengungkapkan bahwa ada 2.000 ton sampah setiap harinya yang dihasilkan oleh warga Medan dan berujung di Tempat pembuangan akhir (TPA Terjun Marelan).

Walikota Medan meminta Dinas Lingkungan hidup untuk mengajak masyarakat mereduksi volume sampah setidaknya 25 persen dari 2.000 ton sampah tersebut harus dapat dimanfaatkan kembali. Pasalnya volume sampah yang begitu tinggi akan berdampak pada lingkungan karena mengotori tanah, air dan udara yang berakibat pada kerusakan ekosistem.

Sampah yang menumpuk akan membusuk dan menghasilkan Hidrogen Sulfida (H2S). Jika terhirup dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan berbagai penyakit. Selain berbagai penyakit, sampah yang menumpuk juga dapat menyebabkan banjir.

Sebagai warga negara yang baik, relawan Tzu Chi Medan juga merespon imbauan pemerintah kota Medan dengan memberikan solusi atas permasalahan sampah. Salah satunya adalah dengan pendirian Green Point atau titik daur ulang di berbagai wilayah Medan dan sekitarnya. Ide Green Point ini tercetus dari mantan Ketua Tzu Chi Medan Su Pun Wui (Alm) yang terinspirasi dari kunjungannya bersama istri ke Malaysia untuk mengikuti kegiatan kamp daur ulang Tzu Chi pada bulan Juli tahun 2018.

Tzu Chi Malaysia telah mendirikan titik pemilahan sampah daur ulang yang dilakukan setiap seminggu dan bahkan sebulan sekali. Sampah daur ulang biasanya disumbangkan oleh warga ataupun donatur. Ketika kembali ke tanah air, Su Pun Wui menerapkan konsep titik pemilahan Tzu Chi Malaysia di Medan yang ia beri nama Green Point. Bedanya, titik pemilahan Green Point di Medan memiliki keranjang penampungan sampah daur ulang yang merupakan hasil ide dan modifikasi Su Pun Wui. Sedangkan di Malaysia, sampah daur ulang hanya diletakkan di satu titik dan langsung dipilah.

Green Point Tzu Chi Medan yang menjadi tempat penampungan sampah daur ulang setiap harinya disebar di berbagai instansi/lembaga, institusi pendidikan dan perusahaan-perusahaan swasta dan pemerintah. Intinya, Green Point tidak hanya berfungsi sebagai penampung sampah sementara untuk didaur ulang, tapi juga menjadi sarana edukasi pemilahan sampah yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Apalagi mengingat kota Medan dihuni oleh 2.435.252 jiwa pada tahun 2020 (menurut data Bada Pusat Statistik Medan), maka diperkirakan jumlah sampah yang dihasilkan akan semakin meningkat. Sehingga perlu adanya sosialisasi tentang bahaya sampah bagi lingkungan dan harus ada contoh nyata manfaat sebuah titik daur ulang atau Green Point yang praktis dan memudahkan warga untuk membuang sampahnya.

Hadirnya Green Point
Tony Honkley, relawan penanggung jawab misi pelestarian lingkungan di Tzu Chi Medan menjelaskan bahwa sosialisasi tentang bahaya sampah dan juga cara memilah sampah biasanya dilakukan oleh relawan Tzu Chi saat mendirikan sebuah Green Point. Green Point juga menyasar institusi yang potensial menyumbangkan sampah daur ulang serta memiliki sumber daya manusia yang dapat menyebarkan inspirasi terkait pelestarian lingkungan ke masyarakat yang lebih luas lagi.

Su Pun Wui (Alm) ikut mengambil barang daur ulang dari beberapa titik Green Point. Melalui idenya yang terinspirasi dari kegiatan pelestarian lingkungan dari para relawan Tzu Chi di luar negeri, akhirnya Green Point berdiri di Medan.

“Untuk institusi pendidikan seperti kampus atau sekolah, kehadiran Green Point juga dapat menjadi sarana edukasi dalam bentuk perangkat pembelajaran untuk mencapai tujuan pembinaan karakter generasi muda yang tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi saja, tapi juga memiliki jiwa penyelamat bumi untuk mencapai misi pelestarian lingkungan,” jelas Tony.

Dari ide yang matang itu, Green Point yang pertama akhirnya berdiri di Komplek Perumahan Platina Titi Papan Medan pada 9 September 2018 dan per Juni 2023, sudah ada 52 Green Point yang berdiri di Medan dan sekitarnya. Relawan Tzu Chi berhasil berkolaborasi dengan berbagai lapisan masyarakat seperti rumah sakit, perbankan (BUMN dan swasta), kampus dan sekolah, perumahan dan apartemen, serta pusat perbelanjaan. Bukan hanya karena aksi nyata, namun kemudahan yang disuguhkan membuat berbagai instansi mau mempunyai Green Point di wilayah mereka.

Mendaur Ulang Bisa Semakin Dekat
Satu titik Green Point memiliki konsep daur ulang yang terintegrasi dengan depo pelestarian Tzu Chi yang tersebar di beberapa titik di kota Medan, Deli Serdang, Binjai, Tebing Tinggi, dan Tanjung Pura Langkat. Green Point ini menjadi titik terdekat bagi masyarakat yang ingin menyumbangkan sampah daur ulangnya dimana di setiap titik Green Point terdapat seorang penanggung jawab yang bertugas sebagai mediator antara warga dan relawan Tzu Chi.

“Misalnya, pada sebuah komplek perumahan, Green Point akan menjadi tempat penampungan sementara bagi sampah daur ulang seperti kertas, karton, kardus, botol kemasan air mineral bekas, dan lainnya. Ketika keranjang Green Point sudah penuh, penanggungjawab yang telah ditunjuk Tzu Chi di perumahan akan menghubungi petugas mobil pengangkut sampah daur ulang. Bisa saja sampah ini diangkut sekali dalam seminggu atau hanya dalam waktu beberapa hari saja,” papar Tony.

Tony melanjutkan sampah-sampah itu kemudian ditumpuk ke depo pelestarian lingkungan Tzu Chi yang terdekat untuk kemudian dipilah oleh relawan Tzu Chi. Sampah yang telah dipilah menurut jenisnya akan dijual kepada perusahaan yang telah bekerjasama dengan Tzu Chi dan seluruh hasil penjualan dialokasikan untuk operasional DAAI TV. Adapun beberapa jenis barang daur ulang seperti elektronik, pakaian, ataupun perlengkapan rumah tangga lainnya yang telah melalui proses sortir akan dijual kembali kepada warga. Hal ini dilakukan di depo utama Cemara Asri dan juga Titi Kuning yang bahkan menyediakan ruang pameran barang bekas tersendiri untuk memudahkan pembeli yang datang.

Sambutan Hangat Warga Masyarakat
Selama mendirikan Green Point dari awal hingga ke titik yang ke 52 ini, relawan Tzu Chi tidak mengalami kendala yang signifikan. Malah banyak dukungan dan permintaan dari dari suatu instansi atau perusahaan setelah mengenal kiprah Tzu Chi di bidang pelestarian lingkungan. Contohnya, PT ASW Food yang meminta pendirian Green Point di lingkungan kerja mereka setelah salah seorang karyawannya melihat Green Point di dekat ATM bank BCA Medan. Ada juga beberapa sekolah yang meminta pendirian Green Point dan sekarang dalam proses survei awal. Mereka justru menyambut baik kehadiran Green Point karena dianggap menjadi solusi atas permasalahan sampah.

Berawal dari Medan, kini Green Point tersebar di 52 titik di Kota Medan, Deli Serdang, Binjai, Tebing Tinggi, dan Tanjung Pura Langkat hingga Aceh.

Antusias ini membuat relawan semakin terpacu untuk menuntaskan misi pembangunan 100 Green Point di kota Medan dan sekitarnya. Antusias relawan juga tak kalah dari masyarakat. Mereka punya kebahagiaan dan rasa syukur tersendiri ketika program-program Tzu Chi khususnya terkait misi pelestarian lingkungan mendapat tempat di hati masyarakat.

“Momen yang membahagiakan adalah ketika meresmikan satu demi satu Green Point dan melihatnya berkembang begitu pesat dan melihat semangat masyarakat yang besar dalam pelestarian lingkungan. Ini boleh dikatakan menjadi indikator keberhasilan relawan Tzu Chi dalam membantu pemerintah mengatasi permasalahan sampah. Ini menjadi bukti partisipasi Tzu Chi sebagai warga negara yang baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” terang Tony.

Setidaknya, tambah Tony, ia merasa lega karena sudah banyak masyarakat yang mengetahui keberadaan Tzu Chi dan mau bergandengan tangan melestarikan lingkungan. “Sebab kami menyadari bahwa menyelamatkan bumi dari kerusakan adalah tugas yang tidak dapat dilakukan sendirian,” tegas Tony.

Semua komponen harus bergerak karena masyarakat sendiri sebagai penghasil sampah diharapkan bisa juga mengelola sampahnya. “Harapan relawan Tzu Chi adalah agar masyarakat memiliki kesadaran yang benar-benar muncul dari hatinya untuk berperilaku ramah lingkungan. Agar mereka dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya Green Point tersebut dan menjaga serta memelihara Green Point sebagai milik Bersama,” pungkas Tony.

Teks: Rahma Mandasari (DAAI TV Medan), Foto: Dok. Tzu Chi Medan
Menggunakan kekerasan hanya akan membesarkan masalah. Hati yang tenang dan sikap yang ramah baru benar-benar dapat menyelesaikan masalah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -