Jalan Cinta Kasih di Kampung Simpak


Seperti namanya Jalan Cinta Kasih, jalan ini juga merupakan bentuk perhatian relawan Tzu Chi untuk warga Kampung Simpak, Parung Panjang, Bogor. Jalan sepanjang 700 meter ini bukan saja memberi rasa aman dan nyaman bagi warga yang melintas, namun juga membuat “roda ekonomi” semakin bergeliat.

*****

Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor sejak tahun 2009 sudah menjadi desa binaan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Mulai dari pembangunan fasilitas Mandi Cuci Kakus (MCK) di Kampung Sekecong, program bedah rumah di Desa Jagabita, hingga pembagian paket sembako dan bantuan khusus Tzu Chi pada beberapa keluarga di Kecamatan Parung Panjang, termasuk Kampung Simpak di Desa Jagabaya.

Seperti kampung-kampung lainnya di Parungpanjang, Kampung Simpak di Desa Jagabaya dikelilingi perkebunan dan persawahan yang menghampar luas. Warga disini rata-rata mencari nafkah dengan bertani, berkebun, dan pembuat panganan kue-kue untuk dijual di Pasar Senen, Jakarta Pusat. Semilir angin menyejukkan perjalanan saya melewati jalan itu (Parung Panjang).

Warga menjajakan hasil kebun seperti pisang, nangka, daun sereh dan palawija lainnya. Kampung Simpak di Desa Jagabaya dikelilingi perkebunan dan persawahan yang menghampar luas. Warganya rata-rata bertani, berkebun, dan pembuat panganan kue-kue untuk dijual di Pasar Senen Jakarta Pusat.

Menuju kawasan Kampung Simpak, sepanjang perjalanan melewati Desa Jagabaya kami melalui jalan beraspal yang sudah lama mengelupas penuh lubang, genangan air, dan melewati permukiman warga. Di beberapa halaman rumah warga, banyak yang menjajakan hasil kebun seperti pisang, nangka, daun sereh, dan tanaman palawija lainnya. Tak lama, sebuah plang jalan bertuliskan Jl. Cinta Kasih Simpak tampak di ujung jalan. Kondisi jalannya masih mulus, tampak baru dibeton. Jalan sepanjang 700 meter dengan lebar 2.5 meter yang dibangun Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia ini membentang membelah persawahan dari Desa Jagabaya menuju Kampung Simpak dan berakhir di Wihara Dharma Mulia.

Pagi itu, Tim Redaksi Dunia Tzu Chi menemui tokoh masyarakat Kampung Simpak yang juga Majelis Wihara Dharma Mulia, Wiwi Kristanto (53) yang biasa disapa Koh Wiwi yang sejak tahun 2015 sudah mengenal dan berinteraksi dengan relawan Tzu Chi.

Tim Dunia Tzu Chi ditemani Koh Wiwi mengunjungi rumah beberapa pembuat kue yang setiap hari mengirim dagangannya ke Pasar Senen, Jakarta Pusat. Tempat ini memang pasar legendaris untuk aneka jajanan kue subuh. Disebut Kue Subuh karena dijual sejak pagi dinihari. Kue-kue yang dijajakan adalah kue baru yang diproduksi setiap hari oleh para pemasok, salah satunya dari Kampung Simpak, Parung Panjang Bogor.

Jalan Bagus, Rezeki Makin Lancar
Salah satu pedagang kue subuh di Kampung Simpak adalah Kaijok (47), atau yang biasa dipanggil Ajok. Ajok sangat mengandalkan jalan yang pada 5 Desember 2021 lalu diresmikan penggunannya.

Kaijok dan istri membuat panganan kue lapis/pepek, kue talam, dan kue ongol sejak tahun 2004. Dengan dibangunnya jalan ini masyarakat di Kampung Simpak menjadi senang dan nyaman menjalankan aktivitas sehari-hari dalam mencari nafkah.

Denyut aktivitas di rumah Ajok tak pernah berhenti sepanjang 24 jam. Pada pagi hingga sore rumah ini dipenuhi oleh loyang-loyang berisi kue pepek dari tepung sagu dan tepung beras yang sedang didinginkan di teras rumah.

Suara gemuruh kompor gas dan asap dari loyang kue membumbung berjajar di sisi kanan rumah yang dijadikan tempat produksi kue lapis (pepek). Satu tungku bisa memuat empat loyang kue pepek.

Ajok mulai menjadi pembuat panganan kue lapis, kue talam, dan kue ongol sejak tahun 2004. Dia setiap hari membuat kue mulai jam 7 pagi hingga jam 3 sore. Kue pepek dan talam ini didinginkan hingga jam 5 sore, dan jika sudah dingin baru dipotong-potong seukuran 5 x 6 cm.

Ajok menceritakan pengalamannya pada tahun 2005 ketika akan mengirim kue-kue buatannya ke Pasar Senen saat tengah malam. “Saya harus mikulin dulu ke seberang jalan (Desa Jagabaya) dan di sana baru ada mobil nunggu, jalan pake senter, angkut ke Desa Jagabaya,” ungkap Ajok.

Ajok mengatakan sebelum ada Jalan Cinta Kasih Simpak ini jalan masih bertanah, becek, dan berlubang. Orang Simpak bilang “jalan kerbau”. Jika hujan jalan sangat becek dan dipastikan ban mobil slip tidak bisa jalan. Jika ban mobil slip anak-anak muda gotong royong mendorong mobil agar bisa kembali jalan.

“Mobil sering slip, bannya nggak bisa jalan, kepater. Dulu itu mobil susah jalan, parah jalannya,” ungkap Ajok. Ajok mengatakan dengan dibangunnya jalan Cinta Kasih Simpak sangat membantu sekali usahanya dan wargawarga lainnya.

“Saya biasa berangkat pukul 11 malam, sampai Pasar Senen bisa pukul 1 dinihari. Kalau dulu sebelum ada jalan baru (Jalan Cinta Kasih Simpak) sampai Pasar Senen bisa sekitar pukul 3 pagi, selisih waktunya itu jauh sekali karena harus lewat Kampung Gintung. Belum lagi kalo mobil slip, mesti dorong mobil dulu,” terang Ajok.

Ajok sangat bersyukur dengan diperbaikinya Jalan di Kampung Simpak. Sebelum jalan ini diperbaiki, Ajok harus mengeluarkan biaya ekstra untuk perbaikan mobilnya yang sering rusak akibat jalan berlubang. “Yang sering rusak itu kelaher (bearing) dudukan as roda ban, dan ban mobil cepat rusak, kan dihajar terus (jalan rusak parah). Kalo sekarang Amitohut sudah bagus,” ungkap Ajok.

Ajok sangat merasakan manfaat dengan diperbaikinya jalan di Kp. Simpak oleh Yayasan Tzu Chi ini. “Saya jadi makin semangat, senang untuk usaha kue karena jalan udah bagus. Dulu jalannya blangsak, sekarang jalan dah bagus, usaha saya jadi lancar. Terima kasih Tzu Chi,” ucap Ajok bersyukur.

Selain Ajok, warga lainnya yang juga merasakan manfaat dari perbaikan Jalan Cinta Kasih Simpak ini adalah Romi, pembuat kue lapis. Romi juga rutin mengirimkan kue-kuenya ke Pasar Senen. Romi mulai membuat kue ini mulai pukul 8 pagi hingga 4 sore. Proses pemotongan kue dilakukan jam 10 malam, sebelum siap dibawa ke pusat kue subuh Pasar Senen pukul 22.30 WIB.

Romi membuat kue lapis dari tepung beras dan tepung sagu. Wujud rasa terima kasih Romi ketika jalan sedang dalam pengecoran adalah dengan menyediakan panganan kue-kue lapis dan lainnya untuk para pekerja dan warga yang bergotong royong memperbaiki jalan.

Romi mengungkapkan hambatan ketika jalan di Kp. Simpak belum diperbaiki adalah jalan tanah berlubang dan becek. “Kondisi jalan becek, berlubang, dan di tambah lagi macet (kalo ada yang slip -red), ini jadi kendala. Ini hambatan waktu pengiriman, kue saya jadi terlambat,” ungkap Romi.

Romi mengungkapkan perbedaan waktu pengiriman sebelum jalan ini dibangun dan sesudah dibangun bisa selisih satu jam. “Kalau dulu sampai jam 2 dinihari, kalau sekarang jam 1 sudah sampai di Pasar Senen,” ungkap Romi.

“Saya sangat terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi atas bantuan perbaikan jalan, ini sangat mendukung usaha saya. Saya juga berharap pandemi ini bisa segera berakhir karena usaha saya ini sangat terdampak. Biasa saya per hari buat 4 ribu potong, sekarang masa pandemi 2 ribu potong. Berkurang separuhnya,” ungkap Romi.

Wujud rasa terima kasih Romi diwujudkan dengan menyediakan kue-kue dan lainnya setiap hari untuk para pekerja jalan dan warga yang bergotong royong membangun jalan. “Saya siapkan kue-kue untuk yang kerja dan yang ikut bantu sambil ngopi-ngopi, saya hanya bisa menyediakan kue saja karena saya harus buat adonan kue,” ungkap Romi.

Polung (baju merah), bersiap mengirimkan panganan-panganan kue untuk dikirim ke ke pusat kue subuh Pasar Senen Jakarta Pusat. Pasar Kue Subuh ini buka dari malam hingga pagi hari. Kue-kue yang dijajakan diproduksi setiap hari oleh pemasok, salah satunya dari Kp. Simpak, Parung Panjang, Bogor.

Johnny Chandrina, Ketua He Qi Tangerang menceritakan sedikit tercetusnya ide untuk memperbaiki jalan menuju Kp. Simpak, “Infrastruktur jalan merupakan hal yang sangat penting sebagai akses untuk warga beraktivitas sehari-hari dalam menjalankan usahanya.”

“Tujuan perbaikan jalan ini membantu mobilitas warga yang mencari nafkah, bersekolah, dan lain-lain guna menghindari kecelakaan (karena jalan rusak dan licin) dan memberikan akses lebih mudah,” ungkap Johnny.

Proses pengecoran jalan membutuhkan waktu 20 hari. Selama proses pengecoran selalu didampingi relawan Tzu Chi bersama warga. Warga Kampung Simpak bergotong royong membangun jalan setiap harinya sedangkan ibu-ibunya, menyediakan panganan kue-kue.

Minggu, 5 Desember 2021 relawan He Qi Tangerang bersama Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei meresmikan jalan dari Desa Jagabaya menuju Kp. Simpak. Warga sepakat untuk memberi nama jalan ini “Jalan Cinta Kasih Simpak”. Pemberian nama jalan ini sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih warga kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

Proses pengecoran jalan membutuhkan waktu 20 hari. Selama proses pengecoran selalu didampingi relawan Tzu Chi bersama warga. Iche Ong, pengurus Wihara Darma Mulia mengungkapkan dukungan warga Simpak turut membantu para pekerja. “Kalau bapak-bapak biasa bantu tukang sampai jam tiga subuh. Nah untuk ibu-ibunya, menyediakan panganan kue-kue,” ungkap Iche.

Pada Minggu pagi, 5 Desember 2021, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei meresmikan penggunaan Jalan Cinta Kasih Simpak ini. Liu Su Mei ikut bersukacita dan memberikan doa terbaik untuk masyarakat. “Semoga dengan peresmian jalan ini, semua warga dapat dengan lancar dan aman keluarmasuk desa,” doa Liu Su Mei. Peresmian Jl. Cinta Kasih Simpak ini juga dihadiri oleh Kepala Desa Jagabaya, Kapolsek Parung Panjang, dan Danramil Parung Panjang.

Rohayati, Kepala Desa Jagabaya, Jemi, Ketua RT 04/03 Kp. Simpak bersama warga lainnya sepakat untuk memberi nama jalan ini “Jalan Cinta Kasih Simpak”. Pemberian nama jalan ini sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih warga untuk Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

Warga sedang melintasi Jalan Cinta Kasih Simpak. Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia berpendapat bahwa jalan dan juga jembatan merupakan infrastruktur yang sangat dibutuhkan warga untuk menjalankan aktivitas mereka sehari-hari dan mencari nafkah.

Jl. Cinta Kasih Simpak membentang sepanjang 700 meter dengan lebar 2.5 meter. Jalan ini membelah persawahan dari Desa Jagabaya menuju Kampung Simpak dan berakhir di Wihara Dharma Mulia.

“Kami harapkan warga sudah bisa lancar menggunakan akses jalannya sehingga nanti meningkatkan kesejahteraan mereka. Kemudian semoga ke depannya relawan semakin kompak dan banyak melakukan kebajikan di sini, mungkin bisa dengan kegiatan donor darah, kegiatan kelas budi pekerti, pemeriksaan kesehatan. Semoga semakin banyak yang terbantu,” kata Johnny Chandrina.

Sementara itu, Ko Wiwih juga amat bergembira. “Saya sangat senang impian saya dan seluruh warga bisa terwujud. Nggak nyangka juga Tzu Chi mau bantu. Ini berkah untuk kami warga Simpak,” tukasnya.

Penulis: Anand Yahya
Fotografer: Anand Yahya, Arimami Suryo A
Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -