Kembali Menegakkan Kepala dan Mantap Berjalan

Dengan penuh percaya diri, Shia Fei kembali belajar berjalan setelah pulih dari kecelakaannya. Semangat dan dukungan juga terus diberikan oleh Yang Lien Hwa (kiri) dan adiknya Visakha agar Shia Fei dapat bangkit dari keterpurukan.
Kehadiran Tzu Chi menjadi penerang harapan bagi Shia Fei pascakecelakaan tunggal yang dialaminya. Berkat bantuan, perhatian, serta pendampingan relawan Tzu Chi saat pemulihan, Shia Fei dan adiknya Visakha merasa memiliki keluarga kedua yang hangat dan menjadi penyemangat.
*****
Tak pernah terbersit sedikit pun dalam benak Shia Fei (30) akan mengalami kecelakaan fatal di penghujung tahun 2023. Menjelang pagi di Jumat, 29 Desember 2023, motor yang ia kendarai menabrak lubang di daerah Kemayoran. Shia Fei dan motornya sontak jatuh dan terpental. Saat ditemukan oleh polisi yang sedang berpatroli, Shia Fei sudah berada di dalam saluran air dengan kondisi tidak sadarkan diri dan terluka.
Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, waktu kecelakaan handphone milik Shia Fei raib diambil orang. Beruntungnya dompet yang berisi KTP, SIM, uang, dan kartu-kartu lainnya yang berada di dalam jok motor langsung diamankan oleh polisi. Shia Fei segera dibawa ke rumah sakit terdekat. Tapi karena dalam kondisi tidak sadar dan badannya terluka cukup serius, akhirnya Shia Fei dibawa ke RSCM.
Karena tidak ada yang dapat dihubungi sebagai penjamin, maka polisi mencari keberadaan keluarga Shia Fei berdasarkan alamat di KTP yang berada di Taman Sari, Jakarta Barat. Baru setelah siang hari pihak keluarga ada yang datang ke RSCM untuk melihat kondisi Shia Fei.
“Dari nabrak lubang itu saya sudah tidak ingat apa-apa lagi, sadarnya setelah di rumah sakit dan yang menolong polisi yang kebetulan sedang berpatroli,” cerita Shia Fei.
Shia Fei adalah anak kedua dari lima bersaudara yang berasal dari Bangka Belitung. Selepas SMP, ia tidak melanjutkan sekolah dan di usia 15 tahun memilih pergi ke Jakarta untuk memperbaiki kehidupan dengan mencari pekerjaan. Keempat saudaranya akhirnya juga memilih untuk meninggalkan kedua orang tuanya untuk mencari pekerjaan di Jakarta. Tetapi semenjak di Jakarta, mereka memiliki kehidupan masing-masing dan tidak terlalu berdekatan.
Di Jakarta, Shia Fei bekerja apa saja. Sampai akhirnya ia menjadi sales barang- barang otomotif. “Tadinya bekerja jadi sales sparepart mobil sudah 8 tahun tapi pindah-pindah di beberapa tempat,” ungkap Shia Fei. Namun naas, musibah yang terjadi sepulang kerja tersebut membuatnya harus kehilangan pekerjaan yang baru ia jalani selama 4 bulan di tempat yang baru.

Perhatian dan pendampingan dalam proses pemulihan terus diberikan oleh relawan Tzu Chi. Dalam beberapa kesempatan, relawan juga melihat kondisi Shia Fei di rumah kontrakannya setelah operasi pencabutan pen dari kaki kirinya.
Saat berada di RSCM, Shia Fei dirawat selama 5 hari. Sepulangnya dari sana, kaki kirinya dipasang 6 buah pen luar, lengan kiri di-gips, dan tidak bisa berjalan maupun beraktivitas. “Suasana hati saya linglung, nggak tahu harus berpikir apa. Sebenarnya ya nggak menerima kondisi seperti ini,” kata Shia Fei lirih. “Sempat putus asa karena nggak bisa kerja, nggak bisa menghasilkan apa-apa. Tapi kalau sudah terjadi ya mau nggak mau harus menerima karena dikasih cobaan,” tambahnya.
Setelah pulang dari rumah sakit, seharihari Shia Fei diurus oleh adiknya, Visakha (26) dan tinggal dengan menyewa rumah di wilayah Pademangan Timur. Sambil bekerja Visakha juga menyempatkan diri merawat Shia Fei. Pada bulan Februari-Agustus 2024, Shia Fei secara etafet melakukan kontrol kembali ke RSCM. Dalam rentang waktu tersebut, dokter memasang sarmiento brace, melakukan operasi pencabutan pen luar dan pemasangan pen dalam walaupun ada beberapa kendala infeksi di lukanya.
Kemudian pada bulan September 2024 setelah mendapatkan penanganan dan evaluasi medis, kondisi tangan dan kaki Shia Fei sudah terpasang pen dengan baik tanpa adanya infeksi. Perkembangan yang baik juga ditunjukkan oleh Shia Fei, tangannya sudah bisa digerakkan tetapi belum bisa mengangkat benda.
Shia Fei juga sudah bisa turun dari ranjang dan duduk di kursi roda (dibantu perawat) serta mulai belajar berjalan menggunakan kruk walaupun kaki kirinya belum bisa menapak dengan sempurna.
Persaudaraan Tak Pernah Putus
Visakha yang sehari-hari menyempatkan diri untuk mengurus Shia Fei seperti mendapat hikmah dari kejadian ini. “Sebelum terjadi kecelakaan kita jarang kontak, kita hidup sendiri-sendiri di Jakarta. Paling ngasih tahu kabar baik ya sudah selesai,” ungkap Visakha. Setelah terjadi kecelakaan, kelima saudara ini seperti diajak bersatu lagi. “Karena bagaimana pun kita nggak menutup mata kalau dia adalah koko (kakak laki-laki) kami. Akhirnya kami bersama-sama merawat, membawa ke rumah sakit dan lainnya,” tambahnya.

Setelah kecelakaan, Shia Fei tidak bisa banyak beraktivitas dan hanya duduk serta berbaring di tempat tidur. Oleh karena itu, pengajuan bantuan biaya caregiver disetujui oleh Tzu Chi.
Selama berbulan-bulan, Visakha yang secara intens merawat Shia Fei dengan dukungan saudara-saudaranya yang lain. Beruntungnya di lingkungan pekerjaan Viskha memiliki atasan yang baik dan memaklumi keadaan keluarga (Shia Fei) sehingga jam kerjanya bisa disesuaikan dan mendapat dispensasi saat mengurus keperluan Shia Fei.
Tentunya hal tersebut bukan hal yang mudah bagi Visakha. “Berat banget, semua masalahnya ya dari uang. Saya pribadi bekerja ya buat pribadi dan orang tua. Saat terjadi kecelakaan saya tidak tahu harus minta tolong ke siapa sedangkan BPJS punya koko juga diblokir karena ada tunggakan,” ungkapnya. Akhirnya setelah dapat saran dari beberapa orang, tunggakan BPJS tersebut dibayarkan untuk bisa aktif kembali dengan dibantu oleh pemilik toko tempat Shia Fei bekerja.
“Selain pakai BPJS, ternyata ada teman wihara yang juga menyarankan untuk mengajukan bantuan ke Tzu Chi,” cerita Visakha. Saat itu Visakha langsung mencari kontak untuk bisa mengajukan bantuan. Setelah diarahkan oleh beberapa relawan, akhirnya Visakha datang ke Tzu Chi Center di PIK dengan membawa syarat-syarat yang sudah disiapkan.
Tetapi permohonan bantuan Shia Fei yang diajukan tidak ada dalam kategori bantuan yang biasa diberikan oleh Tzu Chi yakni bantuan biaya untuk caregiver (suster/ perawat). Permohonan bantuan ini diajukan karena saat itu Shia Fei tidak bisa beraktivitas sendiri dengan kaki kiri dipasang pen, pergelangan tangan kiri bagian atas patah, dipasang semen (gips) dan sarmiento brush. Semua kebutuhan Shia Fei harus dibantu, sedangkan saudara-saudara Shia Fei harus bekerja dan tidak bisa izin terus menerus.

Pada saat fisioterapi, relawan Tzu Chi memantau sejauh mana perkembangan pemulihan Shia Fei.
Setelah dirapatkan di komunitas dan He Xin, akhirnya permohonan bantuan Shia Fei disetujui dengan pertimbangan kondisi keluarga dan percepatan pemulihan karena pemohon masih berusia muda. Setelah diputuskan akhirnya Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia membantu biaya hidup bagi Shia Fei sebagai ganti jasa caregiver.
“Sangat senang disetujui, karena kan agak berat permohonan bantuannya. Tzu Chi kan nggak pernah memberikan bantuan perawat hanya bantuan biaya hidup. Kalau waktu itu nggak disetujui pupus harapan kami. Sementara kami kerja kan juga pas-pasan, biaya dia kan besar untuk bolak-balik ke RS. Tentunya bantuan yang kami terima dari Tzu Chi sangat berarti,” kata Visakha.
Keluarga Kedua
Bukan hanya bantuan materi yang diberikan Tzu Chi, para relawan pun dengan penuh semangat dan cinta kasih juga terus mendampingi Shia Fei dan Visakha. “Waktu awal setiap hari berkomunikasi, relawan sangat peduli seperti keluarga sendiri. Aku bahkan ngerasa dari keluarga dan saudara yang lain pun nggak seperti ini, sedangkan relawan setiap hari nge-chat, kasih support,” ungkap Visakha terharu.
Bahkan di saat-saat terberat mereka, relawan pun selalu memberikan secercah motivasi dan harapan. “Jujur down banget lihat kondisi koko. Tapi ya relawan selalu bilang seperti ini ‘Visakha tetap semangat, Tuhan nggak pernah menutup mata. Selagi Visakha berjuang pasti ada jalan untuk membantu koko-nya’. Di situlah pelan-pelan semangat lagi,” kenang Visakha.
Mulai akhir September-November 2024, Shia Fei melakukan konsultasi ke Tropik Infeksi serta melakukan fisioterapi di RSCM. Setelah tidak ditemukan lagi adanya infeksi, dokter fisioterapi yang menangani Shia Fei menyarankan untuk fokus latihan berjalan, terapi agar lutut bisa ditekuk, dan tengkurap agar kaki bisa diangkat.
“Semoga dia bisa berjalan kembali karena usianya masih muda, dan bisa bekerja kembali untuk membantu orang tua dan bisa memiliki keluarga kecil,” harap Visakha untuk Shia Fei.

Kini Shia Fei dan adiknya, Visakha sudah bisa tersenyum. Berkat dukungan dari Tzu Chi, proses pemulihan dapat berjalan dengan baik. Kebahagiaan juga dirasakan relawan Tzu Chi karena telah dianggap seperti saudara sendiri oleh kakak beradik tersebut.
Yang Lien Hwa, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat yang menjadi pendamping Shia Fei juga turut berbahagia melihat perkembangan dari awal hingga sekarang. “Dulu ya sangat mengenaskan, karena di kakinya ada pen-pen yang tingginya sekitar 20 cm ada 6 buah, patah tangan kirinya. Kondisi anak itu juga hanya terbaring tidak bisa apaapa. Jadi di situ saya berpikir wah gimana ini harus dibantu,” kenang Yang Lien Hwa.
Walaupun saat itu permohonan bantuan yang diajukan agak susah untuk dibantu, tapi melihat keadaan Shia Fei relawan pun terus berusaha agar bantuan dapat disetujui. Melihat kondisi Shia Fei saat ini, Yang Lien Hwa sangat bahagia, karena ia merasa kebahagiaan dari para gan en hu adalah kebahagiaan para relawan juga.
“Sekarang, kalau orang muslim bilangnya Alhamdulillah. Saya sama sekali tidak bisa membayangkan perjuangan dari adiknya, Visakha mengurus Shia Fei sampai sekarang. Harapan saya tentunya kaki kiri Shia Fei bisa ditekuk seperti sedia kala karena memang membutuhkan waktu. Dan saya ingin dia harus semangat kembali, apa yang telah terjadi itu merupakan suatu pelajaran dalam kehidupan,” pesan Yang Lien Hwa kepada Shia Fei.
Shia Fei pun sangat bersyukur masih dikelilingi oleh orang-orang yang baik dan mau peduli dengan kondisinya. “Adik-adik saya cukup baik dan membantu saya. Mereka sayang karena masih mau menolong saya saat sedang sakit dan saya bersyukur memiliki saudara seperti mereka,” ungkap Shia Fei dengan mata berkaca-kaca. “Keluarga support, relawan juga memberikan support setiap hari biar kita nggak nge-down,” tambahnya.
Saat ini, Shia Fei sudah berpindah tempat tinggal di Sunter Agung bersama adik laki-lakinya. Kondisinya sudah jauh berbeda dengan yang dulu. Ia sudah bisa mencuci piring sendiri, mantap latihan berjalan, dan tampak lebih bersemangat menegakkan kepala. “Pokoknya pengen bisa kerja lagi tapi tulangnya saat ini belum kokoh,” ungkap Shia Fei bersemangat.
Saat relawan Tzu Chi kembali mengunjunginya, ia pun tampak bersukacita dan tak lupa mengucapkan rasa syukur karena telah menjalin jodoh baik dengan Tzu Chi dan relawannya. “Saya mengucakan banyak-bayak terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia karena telah membantu saya dari awal sampai sekarang ini,” kata Shia Fei sambil tersenyum.
Teks: Arimami Suryo A.
Fotografer: Arimami Suryo A., Dok Tzu Chi Indonesia