Keuletan dalam Sebuah Harapan



Di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Keuletan Anggit dalam belajar, mengantarkannya hingga menjadi seorang sarjana walaupun kesulitan ekonomi seringkali menghadang.

*****

Anggit Wijayanti, atau yang biasa dipanggil Anggit merupakan lulusan dari Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang pada tahun 2019. Prosesnya pun tak mudah, namun semangat dan keyakinan menjadi pegangan.

Tahun 1998 ketika krisis moneter melanda Indonesia, perusahaan tempat ayah Anggit bekerja ditutup. Ketika itu, yang menopang keuangan keluarga hanya sang ayah. Keadaan ini pun mendesak keluarga untuk berpikir dan mencari jalan keluar untuk dapat bertahan di tengah kondisi ekonomi yang serba tidak pasti pada masa itu.

Ayah Anggit kemudian beralih profesi menjadi penyedia jasa bekam dan pijat refleksi, sebelum akhirnya mendapatkan proyek pekerjaan lepas dari rekan-rekannya. Ketika itu, Anggit masih sangat kecil, ibunya belum dapat meninggalkannya untuk membantu sang ayah mencari nafkah. Saat ia duduk di kelas 2 SD, barulah sang ibu membuka jasa mencuci dan setrika untuk menambah pendapatan keluarga.

Membesarkan anak dengan kondisi keuangan keluarga yang sulit bukanlah hal yang mudah bagi ayah dan ibunya, namun melihat prestasi Anggit yang sangat baik, mereka pun terus berusaha untuk memenuhi biaya sekolahnya. Hingga ketika Anggit duduk di kelas 3 SMP, dirinya mengenal Tzu Chi melalui relawan Tzu Chi Sinar Mas di Head Office Jakarta yang bertemu ibunya secara tidak terencana.

Berkah dari Sebuah Semangat
Relawan Tzu Chi Sinar Mas terus memberikan dukungan kepada Anggit, baik secara langsung dan tidak langsung. Mereka juga kerap melakukan kunjungan kasih ke rumah Anggit sekaligus bersilaturahmi dan menjalin kebersamaan.

Melihat keuletannya dalam belajar, orang tua Anggit memiliki harapan besar agar dirinya terus melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang sarjana. Bersyukur ketika SMP, orangtuanya tidak perlu mengeluarkan biaya sekolah. Hanya kebutuhan menjelang SMA dan perkuliahan yang menjadi keresahan kala itu.

Bersyukur sekali kesempatan baik menghampiri ibunya. Tak disangka setelah mendengar informasi adanya relawan Tzu Chi yang sedang melakukan survei calon anak asuh penerima beasiswa Tzu Chi ke tetangga mereka, ibu Anggit pun tergerak untuk turut serta mengisi lembar survei dan mengajukannya.

“Alhamdulilah, ketika Anggit kelas 3 SMP bertemu relawan Tzu Chi dari Sinar Mas. Awalnya tetangga saya yang dapat, saya sudah tidak ada kesempatan. Tapi tetangga saya itu ngasih saya buat fotokopi (formulir),” cerita sang ibu.

Dengan penuh semangat ibunya menjalani proses survei yang dilakukan relawan. Hingga akhirnya kesempatan baik menjadi kenyataan. Saat itu Anggit mulai mendapatkan bantuan beasiswa dari Tzu Chi berupa biaya transportasi untuk berangkat dan pulang sekolah.

“Saya selalu bilang sama dia, ini untuk masa depan kamu, bukan untuk ibu atau bapak. Kalau kamu punya niat, pasti bisa kita hadapi,” pesan sang ibu kepada Anggit saat itu.

Anggit adalah sosok yang mandiri dan bertanggung jawab sejak kecil. Orangtuanya pun begitu bersemangat untuk mengusahakan kelanjutan pendidikan Anggit. Lanjut ke jenjang SMA, dirinya kembali menjadi anak asuh penerima beasiswa dari Tzu Chi Sinar Mas. Kali ini Anggit mendapatkan beasiswa pendidikan dalam bentuk bantuan biaya sekolah.

Alhamdulillah, dari kelas 3 SMP anak saya sudah mendapatkan bantuan dari Tzu Chi. Kami sangat bersyukur kebutuhan pendidikan Anggit tercukupi. Kami sangat tertolong sekali,” ungkap ibunya sembari meneteskan air mata.

Cinta kasih ini terus berlanjut hingga Anggit melanjutkan kuliah di Kota Semarang, Jawa Tengah. Ia harus hidup jauh dari keluarganya di Jakarta dan tinggal di rumah kos. Berkat keuletan dan prestasinya, Anggit kemudian berhasil mendapatkan beasiswa pendidikan dari pihak lain. Namun, Tzu Chi tetap memberikan perhatian kepada dirinya melalui bantuan biaya hidup dan transportasi.

Keuletan dan Harapan

Bersama kedua orang tuanya, Anggit mengikuti wisuda di Universitas Diponegoro, Semarang. Hal itu menjadi suatu kebanggaan bagi keluarganya sekaligus menuntaskan tanggung jawabnya sebagai anak asuh Tzu Chi Sinar Mas.

Anggit dan ibunya kerap hadir dalam kegiatan Gathering Anak Asuh Beasiswa Tzu Chi Sinar Mas. Jodoh baik dengan Tzu Chi telah membuka harapannya. Jalinan cinta kasih ini pun merangkul dirinya hingga dapat menggapainya.

Terima kasih Tzu Chi untuk cinta kasihnya. Sudah mewujudkan harapan saya dan keluarga supaya jadi sarjana. Semoga saya menjadi anak yang berhasil dan berbakti kepada orang tua,” kata Anggit bersukacita.

Anggit lulus dengan predikat Cum Laude dan telah mengikuti wisuda pada bulan Agustus tahun 2019. Kesulitan ekonomi keluarga menempa dirinya menjadi pribadi yang mandiri. Di balik kemandirian dan keberhasilannya menyelesaikan pendidikannya hingga jenjang sarjana, tentu ada rintangan dan tantangan.

Pada masa kuliah, dirinya aktif dalam kegiatan organisasi kampus, hal ini membutuhkan biaya ekstra untuk ia jalani. Bersama seorang temannya, Anggit tak sungkan untuk berjualan snack (makanan ringan) di sekitar kampus dan secara online.

“Selama kuliah saya sangat bersyukur sekali sudah ada beasiswa dan mendapatkan biaya hidup dari Tzu Chi. Tapi, karena saya aktif berorganisasi dan ikut kegiatan kampus lainnya, biaya kebutuhan saya bertambah. Akhirnya sambil menerapkan ilmu pemasaran di perkuliahan, saya sama teman berjualan bunga,” kenang Anggit.

Anggit turut serta menuangkan celengan bambu pada saat Gathering Anak Asuh Beasiswa Tzu Chi Sinar Mas Tahun 2019. Selain dibantu dengan menjadi anak asuh, ia juga ingin bisa membantu dengan kemampuannya.

Sebelum ia berjualan untuk mencari uang tambahan, ada kalanya ia makan hanya satu kali dalam sehari. Hal ini dilakukannya untuk menghemat biaya hidup agar dapat tetap aktif mengikuti kegiatan kampus lainnya. “Saya pernah makan hanya satu kali sehari. Tapi semua itu adalah proses yang harus dilalui. Jadi saya nikmati saja,” ungkapnya.

Dirinya percaya bahwa tantangan pasti dapat dilalui dan diselesaikan jika ada kemauan. Sekitar awal tahun 2020, ia telah bekerja sebagai International Marketing di salah satu perusahaan di Jakarta. Namun, bulan Juni 2020, Anggit “dirumahkan” karena perusahaan mengalami kesulitan di tengah wabah Covid-19. Tentu ini menambah rangkaian tantangan yang dilaluinya dan keluarga.

Semangat Anggit pun terus terpacu untuk bangkit. Hingga kabar bahagia kembali datang dari dirinya. Pada November 2020, ia kembali diterima bekerja di salah satu perusahaan di Semarang, Jawa Tengah. Dengan keuletan yang dimiliki, ia mampu bertahan dan bangkit untuk menjadi anak yang berhasil dan berbakti kepada orang tua.

Penulis: Moses Silitonga, Fotografer: Dok. Tzu Chi Sinar Mas
Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -