Menciptakan Berkah di Bulan Penuh Berkah

Para relawan sangat antusias dan semangat dalam menyiapkan makanan sebelum turun langsung ke lapangan untuk berbagi kepada masyarakat yang membutuhkan.

Dalam rangka Bulan Tujuh Penuh Berkah yang jatuh pada tanggal 29 Juli – 26 Agustus 2022, relawan Tzu Chi mengadakan berbagai kegiatan, mulai dari doa bersama, basuh kaki orang tua, bersih-bersih kali, berbagi makanan vegetaris, hingga mengadakan katering vegan.

*****

Bulan 7 Imlek biasanya dianggap sebagai bulan hantu oleh masyarakat, khususnya etnis Tionghoa. Biasanya di setiap tanggal 15 bulan 7 Imlek dilakukan sembahyang besar sekaligus pembakaran kertas sembahyang dan penyajian makanan berupa daging hewan.

Setiap tahunnya Master Cheng Yen mengimbau agar orang-orang kembali berpandangan benar dan tidak jatuh dalam kepercayaan takhayul. Imbauan ini mulai disampaikan oleh Master pada 10 September 1974 melalui ceramahnya, bahwa dalam Buddhisme bulan 7 Imlek adalah bulan penuh berkah, bulan bakti, dan bulan sukacita bagi Buddha. Dikatakan bulan sukacita, karena banyak murid Buddha yang memperoleh pencerahan setelah 3 bulan masa varsa. Dalam masa varsa ini mereka berkumpul melatih diri, bermeditasi, dan mendengar ceramah Buddha. Akhir masa varsa ini bertepatan pada pertengahan bulan 7 Imlek.

Dikatakan bulan bakti, karena pada masa varsa tersebut, salah satu murid Buddha yaitu Mahamaudgalyayana bermeditasi dan melihat ibunya berada di alam neraka. Untuk menyelamatkan ibunya, sesuai pesan Buddha, Mahamaudgalyayana lalu menciptakan berkah melalui persembahan kepada Buddha dan setiap anggota Sangha yang ada di sana, lalu melimpahkan jasa kebajikan tersebut bagi ibunya. Hari persembahan itu tepat pada tanggal 15 bulan 7 Imlek.

Master Cheng Yen juga berbicara mengenai pelestarian lingkungan, beliau mengimbau orang-orang agar tidak lagi membakar kertas sembahyang. Lebih baik uang yang dipakai membeli kertas itu digunakan untuk menolong orang yang membutuhkan. Master juga bercerita mengenai asal mula kertas sembahyang, yang ternyata adalah ide sepasang suami istri di zaman dulu agar bisnis penjualan kertas sembahyang mereka berkembang.

Berdasarkan imbauan itulah, setiap tahun selama bulan 7 Imlek, insan Tzu Chi di berbagai komunitas di seluruh dunia mengadakan bermacam kegiatan, termasuk di Indonesia.

Doa Bersama dan Berbakti
Di Batam, insan Tzu Chi mengadakan Ritual Namaskara dan Doa Bersama pada 7 Agustus 2022 di Aula Jing Si Batam. Dalam acara yang dihadiri 128 orang ini, juga disuguhkan sebuah drama yang diperankan relawan Tzu Chi Batam. Drama ini bercerita tentang kebiasaan membakar kertas sembahyang yang dapat membahayakan lingkungan. “Kita jangan terlalu percaya takhayul, harus memiliki keyakinan benar. Semoga semuanya dapat mengikuti arahan Master Cheng Yen untuk tidak membakar uang kertas karena dapat menimbulkan polusi lingkungan,” ujar Budiningsih salah satu pemain di drama tersebut.

Sementara itu pada 14 Agustus 2022 di Kantor Tzu Chi Makassar, relawan Tzu Chi mengadakan kegiatan basuh kaki dan persembahan teh kepada orang tua. Perasaan haru pun dirasakan para peserta saat membasuh kaki orang tua mereka, beberapa saling berpelukan penuh kasih sayang. “Di momen ini kita mencoba ciptakan kesempatan bagi anak-anak untuk minta maaf kepada orang tua. Karena anak sering melukai perasaan orang tuanya dengan kata-kata, perbuatan, dan kelalaian,” ucap Samsir, relawan Tzu Chi Makassar yang ikut dalam prosesi basuh.

Katering Vegan
Setiap tahun pada bulan 7 Imlek, kegiatan sosialisasi makanan vegetaris juga hampir tidak pernah absen. Demikian pula tahun ini, relawan Tzu Chi dari komunitas Jakarta (He Qi Timur, He Qi Pusat), Bandung, Lampung, dan Tanjung Balai Karimun mengadakan katering vegan. Dalam katering vegan ini, relawan Tzu Chi memasak kemudian menjualnya ke masyarakat, hasil penjualan lalu didonasikan ke Tzu Chi. Tujuan utamanya adalah memperkenalkan pada masyarakat bahwa masakan vegan sangat sehat, juga enak.

Lie Fie Lan bersama Foeng Jie Tju sedang memperkenalkan Vegan Catering kepada salah satu pemilik toko di ITC Mangga Dua. Mereka mendatangi satu per satu toko dengan membawa secarik kertas untuk mencatat nama pemesan dan flyer Vegan Catering.

Di komunitas He Qi timur, katering vegan ini juga menjadi wadah menciptakan berkah bagi masyarakat. “Ada orang yang pesan banyak masakan vegan ini, dan mereka bagikan ke orang-orang miskin atau panti asuhan dan panti jompo,” ungkap Yoelanny, Ketua Tim Konsumsi He Qi Timur. Ia menambahkan bahwa untuk tahun ini masakannya lebih sehat karena sudah dikurangi minyak, garam, gula, dan tidak ada menu gorengan.

Sedangkan di komunitas He Qi Pusat, relawan berhasil menyalurkan 1.874 porsi makanan vegan selama 18 hari. Beberapa relawan bahkan memasarkannya dengan cara mendatangi satu per satu toko yang ada di ITC Mangga Dua dengan membawa brosur berisi menu-menu makanan vegan.

Lain lagi dengan relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun, kateringnya diberi nama Vegan Omakase. Harga yang dipatok pun tidak mahal, yaitu Rp 200.000 untuk 15 hari.

Di komunitas Tzu Chi Lampung bahkan hanya dipatok Rp 10.000 per porsi. Lita Jonathan selaku Wakil Ketua Tzu Chi Lampung mengungkapkan bahwa tujuan dari penjualan makanan ini bukanlah mendapat keuntungan, namun agar dapat mengajak banyak orang untuk bervegetaris.

Sementara itu di Tzu Chi Bandung, selain katering vegan, bulan penuh berkah ini juga diisi dengan demo masak vegetaris sebanyak 3 kali. Istimewanya, demo ini melibatkan anak-anak dari kelas budi pekerti sebagai kokinya. “Tema kali ini memperkenalkan vegetaris sejak dini, mengajak anak-anak makan sayuran juga mengedukasi cara mengolahnya agar anak-anak suka, dan mengajak masyarakat untuk bervegetaris juga,” terang Laura, relawan Tzu Chi Bandung.

Kegiatan catering vegeratis ini juga dilakukan oleh relawan Tzu Chi Bandung yang menyediakan menu vegetaris yang menarik dan lezat.

Berbagi di Bulan Penuh Syukur
Master Cheng Yen juga mengatakan bahwa bulan 7 Imlek ini merupakan bulan penuh syukur. Sejalan dengan itu, relawan komunitas Xie Li Bogor mengungkapkan rasa syukur dan menciptakan berkah melalui gotong royong bersama warga Kelurahan Babakan Pasar membersihkan Kali Ciliwung pada 14 Agustus 2022. Di hari itu, relawan juga menyiapkan 200 porsi makanan vegetaris untuk dibagikan ke warga.

Berbagi makanan vegetaris juga dilakukan relawan komunitas He Qi Utara 1 di Jakarta. Berawal dari Tina Lee yang prihatin dengan makanan yang kadang berlebih di kantin Tzu Chi, PIK. Ia pun membelinya dan membagikan kepada yang membutuhkan. “Kalau pulang, saya kan jumpa banyak orang. Kalau masih lebih, malamnya saya keliling naik motor ke daerah Daan Mogot, Angke, Taman Palem,” cerita Tina. Ia membagikan kepada para pemulung, pengemis, anak jalanan, atau yang bekerja serabutan.

Tina melihat, makin malam makin banyak yang beristirahat bukan di rumah, tapi di gerobak, di lantai beralas koran atau kardus. Ketika didatangi dengan sekotak makanan, mereka bersyukur sekali. “Terima kasih, saya sudah kelaparan,” kata Tina menirukan ucapan mereka. Melihat kenyataan itu hati Tina tergerak. Ia lalu mengajak donatur dari komunitas relawan, teman-teman, dan kenalannya dan beruntung ajakannya itu disambut dengan antusias.

Tina Lee (kanan) bersyukur bisa menggalang kebaikan dan ketulusan dari relawan. Ia mengatakan sudah berhasil menggalang puluhan ribu paket makan nasi yang akan didistribusikan ke berbagai tempat.

Memasuki Bulan Tujuh Penuh Berkah, donasi yang terkumpul mencapai 15.000 kotak nasi. Pembagian nasi kemudian dibantu relawan lainnya. Setiap harinya mereka membagikan 50- 200 kotak nasi di area Jakarta Utara dan Barat. Pembagian dalam jumlah besar juga dilakukan di beberapa lokasi berbeda, salah satunya di TPST Bantar Gebang, Bekasi. Di sini relawan membagikan 1.500 kotak makanan vegetaris kepada para pemulung.

“Kebetulan sudah lapar dikasih nasi, Alhamdullilah jadi kenyang sekarang,” ungkap Titin, salah satu pemulung sambil tersenyum.

Alhamdullilah kita cape kerja dikasih nasi sama lauknya, apapun itu harus disyukuri. Terima kasih banyak!” ucap Kasan, ayah dua anak yang sudah puluhan tahun memulung.

Kebahagiaan mendapat makanan juga dirasakan Yana, warga Muara Angke, Jakarta Utara. Di sini yang mayoritas warganya bekerja sebagai nelayan, relawan membagikan 1.000 kotak makanan vegetaris. “Alhamdulillah senang ada yang peduli sama warga Muara Angke. Terima kasih sudah diberikan makanan,” ucap Yana yang suaminya baru pulang 3 bulan sekali karena melaut.

Di momen Bulan Tujuh Penuh Berkah ini, para relawan bersyukur atas berkah yang dimiliki, kemudian menggenggam kesempatan untuk menciptakan berkah kembali di tengah masyarakat. “Saya sangat berharap ini bisa menginspirasi setiap orang untuk bersamasama sehingga terhimpun kekuatan besar untuk meringankan penderitaan orang banyak,” harap Tina.

Teks: Erli Tan
Foto: Metta Wulandari, Clarissa Ruth, Dok. He Qi Pusat, Rizki Hermadinata (Tzu Chi Bandung)
Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia akan bisa berbahagia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -