Menyambut Hadirnya Tzu Chi Hospital

Tzu Chi Hospital didesain sesuai dengan perkembangan rumah sakit modern, yaitu memanfaatkan cahaya alami secara optimal, sirkulasi udara yang baik, penghijauan, berteknologi tinggi, dan pelayanan yang berorientasi pada pasien.


Perlahan namun pasti, bangunan megah yang ada di samping Aula Jing Si mulai terlihat bentuknya. Tingginya menjulang, 23 lantai. Dindingnya berbatu sikat lengkap dengan atap berbentuk huruf
(ren) dan dikelilingi kaca yang membuat sinar matahari bebas masuk ke tiap sudut ruangannya. Tampilan luarnya mirip dengan Aula Jing Si. Keberadaannya pun ada di satu kompleks Tzu Chi Center PIK. Di lahan seluas 2.68 hektar yang dulunya kosong itu, kini sudah berdiri dengan kokohnya calon rumah sakit Tzu Chi yang nantinya akan bernama Tzu Chi Hospital.

*****

Tzu Chi Indonesia mempunyai berkah luar biasa karena bisa membangun dan nantinya mengoperasikan rumah sakit yang mengusung prinsip menjaga kesehatan, menyelamatkan kehidupan, dan mewariskan cinta kasih ini.

Tzu Chi Hospital hadir dengan konsep pelayanan bermutu yang berfokus pada pasien. Pelayanan terbaik, berbudaya humanis dan tanggap terhadap setiap kebutuhan pasien dilakukan untuk memastikan setiap pasien mendapatkan informasi klinis yang lengkap dalam mengambil sebuah keputusan medis. Selain itu, demi kenyamanan dan keselamatan pasien, Tzu Chi Hospital juga menyediakan konsep one stop service, di mana pasien dapat melakukan pendaftaran, pemeriksaan, pengambilan sampel dan obat serta pembayaran dalam satu tempat (Cluster). Didukung peralatan medis yang lengkap dan terintegrasi dengan Sistem Informasi Rumah Sakit diharapkan dapat meminimalkan resiko kesalahan (Patient Safety).

High Tech
Rumah sakit yang akan dibuka pada bulan April 2021 ini memiliki lima layanan unggulan, yakni: Transplantasi Sumsum Tulang Belakang, Perawatan Paliatif, Pengobatan Bedah Saraf, Penanganan Kanker, serta Perawatan Ibu dan Anak dengan didukung oleh peralatan canggih antara lain ruang operasi Hybrid yang dilengkapi dengan CT-Scan dan CathLab sehingga mempermudah jalannya operasi dan meningkatkan keselamatan pasien.

Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang efektif bagi pasien stadium akhir untuk mengurangi penderitaan dan memperbaiki kualitas hidup pasien serta keluarganya. Jadi bagi pasien yang menurut ilmu kedokteran sulit atau sudah tidak bisa bertahan, Tzu Chi Hospital berupaya memberikan perhatian yang dibutuhkan pasien untuk merasakan kehangatan dunia ini dan mereka masih menerima kasih sayang yang berarti. Sedangkan pada pengobatan bedah saraf, penanganan kanker, serta Perawatan Ibu dan Anak juga didukung dengan berbagai teknologi yang mumpuni yang memberikan hasil dengan akurasi tinggi dan risiko yang minimal.

Berbagai layanan tersebut dipilih dan diunggulkan bukan tanpa alasan, melainkan berkaitan dengan latar belakang pendirian Tzu Chi Hospital. Berdasarkan data, pada tahun 2006 ada sekitar 350.000 masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri. Angka ini terus meningkat sehingga di tahun 2015 tercatat ada sekitar 600.00 masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri. Salah satu faktor penyebabnya adalah kecanggihan teknologi alat yang digunakan rumah sakit di luar negeri. Dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri, mengakibatkan adanya potensi kerugian devisa negara sekitar 100 triliun rupiah per tahun.

“Itu jumlah yang besar sekali dan bisa bayangkan, orang yang sedang sakit harus pergi ke luar negeri, harus jalan jauh. Oleh karena itu, ya kenapa di Indonesia tidak dibuat saja rumah sakit yang membantu meminimalisir pengeluaran devisa negara sekaligus membuat nyaman pasien, ditambah Tzu Chi mempunyai budaya humanis,” tutur Dokter Gunawan Susanto, Sp.BS., Direktur Utama Tzu Chi Hospital.

Kondisi lain adalah masih banyak masyarakat kurang mampu yang belum mendapatkan layanan kesehatan yang memadai. Di samping fasilitas layanan kesehatan yang belum mencukupi, rendahnya tingkat ekonomi masyarakat kurang mampu menjadikan pelayanan kesehatan bagi orang kurang mampu menjadi tidak maksimal.






Tzu Chi Hospital berkomitmen memberikan pelayanan terbaik dengan peralatan canggih, di antaranya: High Tesla MRI, High Slice CT Scan, Operating Theater Hybrid Multi-Modality yang dilengkapi dengan Cathlab dan CT Scan, serta peralatan canggih lainnya. Hadirnya Tzu Chi Hospital, akan membuat masyarakat yang membutuhkan pengobatan level lanjutan tidak perlu lagi berobat keluar negeri.

Berangkat dari dua hal tersebut dan juga sejalan dengan ajaran dari pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi, Master Cheng Yen, yang menyatakan bahwa dengan cinta kasih, welas asih, sukacita dan keseimbangan batin, kita bisa menolong orang-orang yang menderita maka Yayasan Budha Tzu Chi Medika Indonesia melanjutkan misinya di bidang kesehatan dengan mendirikan Tzu Chi Hospital.

Untuk mendukung layanan operasional, Tzu Chi Hospital menggunakan Sistem Informasi Rumah Sakit yang canggih dan terintegrasi secara penuh, mulai dari pendaftaran, pemeriksaan, penggunaan alat medis, hingga ke pembayaran. Sistem informasi rumah sakit yang diterapkan Tzu Chi Hospital di area layanan operasional (front end) adalah menggunakan InterSystems TrakCare. Sedangkan untuk layanan back office (back end), Tzu Chi Hospital menggunakan Sistem SAP yang sudah terbukti dalam hal integrasi, reputasi dan keandalannya di dunia.

Penerapan Electronic Medical Record di dalam sistem informasi rumah sakit yang terintegrasi ini bertujuan untuk meminimalkan resiko kesalahan data medis dan administrasi. Integrasi sistem yang menyeluruh ini menghubungkan sistem informasi rumah sakit dengan peralatan medis yang ada, sehingga hasil pemeriksaan dari alat medis akan langsung di pindahkan (interface) ke sistem informasi rumah sakit, tanpa memerlukan pencatatan manual (entry), sehingga disamping meminimalkan resiko kesalahan data juga membuat pengolahan data menjadi lebih cepat dan akurat. Ini didukung pula dengan Alert Warning System, sehingga apabila ada hasil pemeriksaan yang tidak sesuai standar akan langsung diberikan peringatan di sistem dan menjadi bahan perhatian tenaga medis yang menangani.

High Touch
Dengan segala kecanggihan yang ada, Dokter Gun mengingatkan bahwa, kecanggihan teknologi harus dibarengi dengan pelayanan yang baik. Karena high tech dan high touch memanglah harus seiring sejalan sehingga memberikan pelayanan yang sempurna bagi pasien.

Sependapat dengan Dokter Gun, Prof. Satya menjelaskan bahwa fisik dan mental seorang pasien sangat berpengaruh. Karena apabila pasien hanya bersentuhan dengan teknologi, mungkin fisiknya sembuh, tapi mentalnya tidak sepenuhnya sembuh. Ia menuturkan bahwa psychology effect itu berperan besar dalam penyembuhan, yakni lebih dari 50 persen.

“Pasien datang ke rumah sakit karena dua hal. Pertama menderita sakit fisik yang penderitaannya bisa disembuhkan dengan alat-alat canggih. Dan kedua menderita mental karena memikirkan penyakitnya, yang mana di sanalah budaya humanis akan sangat berperan untuk melengkapi pengobatan terhadap pasien,” lengkap Prof. Satya.

Demi mewujudkan pemahaman yang sama tentang budaya humanis dalam pelayanan di rumah sakit, tim medis, paramedis, staf non medis, dan relawan pendamping nantinya mendapatkan training setiap bulannya. Mereka mendapatkan pandangan tentang bagaimana menghadapi pasien mulai dari menyambutnya dengan hangat hingga memberikan pelayanan lainnya.

Semua elemen mulai dari gedung, peralatan medis dan tim medis telah siap menyambut kehadiran Tzu Chi Hospital yang segera akan beroperasi.

Training Karyawan Tzu Chi Hospital pertama dilakukan pada 3 Oktober 2020 dan diikuti lebih dari 80 staf dari berbagai profesi. Sedangkan training perdana bagi relawan pendamping berlangsung pada 6 September dan 4 Oktober 2020 lalu dan diikuti oleh lebih dari 800 relawan pada setiap sesinya.

“Relawan kebanyakan backgroundnya bukan medis namun dengan ketulusan hati, mereka ingin membantu. Orang-orang seperti itulah yang kita harapkan bisa bekerja, saling membantu karena mereka dengan hati baik mau menolong pasien, kita yang di dalam (seluruh staf) harus lebih bekerja keras,” imbau Prof. Satya.

Memantapkan pernyataan Prof Satya, Dokter Gun menyampaikan satu hal yang ia dapatkan dari University of Oxford di London yang mengatakan bahwa petugas kesehatan itu harus punya dua pilar, yakni kompetensi dan empati.

“Selain punya ilmu, harus punya cinta kasih. Cinta kasih menimbulkan rasa kepedulian, namun kepedulian juga harus dibarengi dengan adanya empati. Sebagai orang rumah sakit, harus mempunyai empati, tidak hanya simpati. Hatinya sejalan dengan tindakannya,” pesan Dokter Gun.

Untuk itu, seluruh staf di Tzu Chi Hospital juga dibekali dengan konsep budaya humanis Tzu Chi, yakni Gan en (bersyukur), Zhun Zhong (menghormati), Ai (cinta kasih) yang kemudian dijabarkan dengan: Ketulusan, Kebenaran, Keyakinan, dan Kesungguhan.

KETULUSAN dalam bekerja dan melayani sehingga setiap tindakan dapat dilakukan dengan sepenuh hati. Melayani setiap orang dengan prinsip kesetaraan, tanpa membedabedakan. Ketulusan membimbing untuk melakukan sesuatu dengan benar, yakin, dan sungguh-sungguh.

KEBENARAN dalam berpikir, berbuat, dan berkata sehingga setiap langkah dan tindakan akan selalu dapat dipertanggungjawabkan. Bekerja dengan cara dan proses yang benar maka akan berbuah keberhasilan.

KEYAKINAN dalam bekerja menjadi landasan untuk mencapai tujuan. Keyakinan yang benar, akan membawa seseorang untuk selalu melakukan yang terbaik, bekerja dan melayani dengan tulus dan benar.

KESUNGGUHAN hati merupakan profesionalitas. Kesungguhan hati membuat tekad semakin teguh dalam mencapai tujuan dan usaha yang maksimal.

Yang Terbaik untuk Masyarakat Indonesia
Terlepas dari segala persiapan yang telah dilakukan oleh Tzu Chi Indonesia dalam menyambut Tzu Chi Hospital, keberadaan Tzu Chi Hospital sendiri sudah digaungkan sejak peletakan batu pertamanya, 2015 lalu. Bahkan Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma telah meminta restu Master Cheng Yen – Pendiri Tzu Chi, untuk mendirikan rumah sakit di Indonesia sejak tahun 2013.

Sejak Tzu Chi mulai memutuskan ide untuk membangun rumah sakit bertaraf internasional ini, penggalangan dana langsung dilakukan. Berkaca pada tekad Master Cheng Yen yang juga melakukan penggalangan dana belasan tahun untuk membangun rumah sakit, semangat itu pula yang terus tumbuh dalam diri relawan Tzu Chi Indonesia. Bahwa partisipasi, cinta kasih, ketulusan setiap orang dalam masyarakat bisa mewujudkan lingkaran kebaikan yang tak akan ada habisnya.

Untuk mewujudkan rumah sakit yang humanis, seluruh staf medis, paramedis, maupun non medis dan relawan pendamping menerima training secara berkala sehingga nantinya dapat memberikan pelayanan yang profesional dengan sentuhan kemanusiaan yang hangat dan kekeluargaan.

Berbicara tentang penanganan kesehatan, bukanlah menjadi hal yang baru untuk Tzu Chi Indonesia mengingat misi kesehatan adalah menjadi misi kedua yang dilakukan oleh Master Cheng Yen bersama murid-muridnya. Sehingga sejak awal menginjakkan kaki di nusantara, tahun 1993, Tzu Chi Indonesia pun sudah melakukan berbagai jenis bantuan kesehatan melalui bakti sosial (baksos) kesehatan. Sampai pertengahan tahun 2019, sudah ada sekitar 256 ribu pasien dengan berbagai keluhan yang Tzu Chi layani. Baksos demi baksos terus berjalan di seluruh wilayah di Indonesia, bahkan hingga pulau-pulau terjauhnya.

“Jadi apabila ditanyakan, mengapa Tzu Chi tidak membangun rumah sakit atau membantu masyarakat di daerah terpencil? Jawabannya Tzu Chi terus membantu masyarakat, melalui bakti sosial kesehatan yang terus berjalan, berkeliling Indonesia setiap bulannya,” papar Suriadi, Kepala Sekretariat Tzu Chi Indonesia.

Pembangunan Tzu Chi Hospital pun nantinya bisa menjadi perpanjangan tangan dari baksos kesehatan Tzu Chi. Di mana ketika ditemukan pasien baksos yang membutuhkan penanganan lebih lanjut, bisa dirujuk ke Tzu Chi Hospital dengan mudah. Faktor kemudahan juga menjadi alasan mengapa Tzu Chi Hospital dibangun di Pantai Indah Kapuk. Di mana semua orang bisa dengan mudah datang, mudah mengakses, dan mudah menemukan Tzu Chi Hospital karena berada di Jakarta.

Dalam perjalanannya, Tzu Chi Hospital akan diresmikan penggunaannya pada April 2021 mendatang. Pada tahap pertama, akan ada 100 bed, dan secara bertahap akan bertambah hingga full capacity 520 bed. Seluruh pelayanan unggulan juga akan dijalankan secara bertahap.

Ketua Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei pun optimis bisa mewujudkan rumah sakit yang bisa memberikan pelayanan yang baik untuk masyarakat Indonesia.

“Tahun depan rumah sakit kita, Tzu Chi Hospital akan diresmikan, resmi beroperasi. Saya sangat penuh kepercayaan diri dan sangat yakin bahwa Prof. Satyanegara, Dokter Gunawan, dan para staf semuanya memiliki semangat, tanggung jawab, serta kekuatan ikrar yang sangat besar sehingga saya yakin Tzu Chi Hospital pasti akan menjadi rumah sakit yang penuh cinta kasih dan penuh budaya humanis,” ujar Liu Su Mei.

Penulis: Metta Wulandari, Fotografer: Dok. Tzu Chi Indonesia
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -