Perayaan Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia: Waisak yang Megah dan Khidmat

Peserta Waisak membuat formasi angka 30. Angka 30 ini juga menunjukkan usia Tzu Chi Indonesia yang pada tahun ini tepat merupakan 30 tahun Tzu Chi berada dan bersumbangsih di bumi nusantara.

Harmonis dan penuh keindahan adalah dua kata yang sedikit mewakili perayaan tiga hari besar: Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia

*****

Tiga tahun berselang setelah pandemi, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia menyambut masyarakat umum, donatur, dan relawan dalam kegiatan besar, yakni Perayaan Tiga Hari Besar: Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia. Aula Jing Si kembali ramai dengan kehadiran 2.759 peserta. Seperti perkiraan tim panitia, seluruh ruangan di Aula Jing Si mulai dari Jiang Jing Tang (lantai 4 Aula Jing Si), Guo Yi Ting (lantai 3 Aula Jing Si), Fu Hui Ting (lantai 2 Aula Jing Si), dan Xi She Ting (lantai 1 Aula Jing Si) hampir terisi penuh.

“Kami siapkan tempat ini karena pandemi Covid itu sudah berlangsung selama 3 tahun dan membuat semua kegiatan besar berhenti namun banyak orang yang rindu dengan kegiatan-kegiatan Tzu Chi,” papar Mei Rong, tim Acara. “Dilihat dari kegiatan Pemberkahan Akhir Tahun 2022 lalu dimana peserta itu membludak dan panitia harus sigap menyiapkan tempat duduk. Makanya sekarang kami sudah antisipasi dulu karena tahu bahwa keluarga besar Tzu Chi, donatur, keluarga para relawan, maupun penerima bantuan ingin hadir dan menjalin jodoh dengan Tzu Chi,” imbuhnya.

Melihat betapa antusiasnya masyarakat hingga pemuka agama yang hadir, Liu Su Mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia sangat senang, berhubung tiga tahun sebelumnya terjadi pandemi, semua orang tidak bisa menghadiri acara Waisak. “Untuk tahun ini, kita sangat berterima kasih kita bisa hidup dengan aman dan tenteram, bisa melakukan pemandian Rupang Buddha bersama-sama di sini,” tutur Liu Su Mei.

“Selain berterima kasih akan budi luhur dari Buddha, budi baik dari orang tua, dan budi baik semua makhluk, lewat acara Waisak ini, kita berharap semua orang bisa bersikap tulus dalam membangkitkan niat bajik, semoga semua orang bisa sehat-sehat, masyarakat bisa harmonis,” lanjutnya.

Menyambut 30 Tahun Tzu Chi Indonesia di Momen Waisak
Perayaan Tiga Hari Besar: Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia yang telah diselenggarakan di Aula Jing Si PIK ini mengangkat tema 30 Tahun Tzu Chi Indonesia. Para peserta yang terdiri dari relawan Tzu Chi dan masyarakat umum pun membentuk formasi angka 3 dan 0. Angka 3 (tiga) berada di sisi Gedung Gan En, dan angka 0 (nol) di sisi Gedung Da Ai. Angka 30 ini juga menunjukkan usia Tzu Chi Indonesia yang pada tahun ini tepat merupakan 30 tahun Tzu Chi berada dan bersumbangsih di Indonesia.

Para relawan pembawa persembahan berbaris menghadap altar untuk memberi penghormatan kepada Buddha. Waisak Tzu Chi tahun 2023 kembali berlangsung dengan khidmat setelah melewati masa pandemi.

Dalam membentuk formasi angka 30, ada lebih dari 1.500 relawan dan sukarelawan dari 7 He Qi yang ikut serta. Salah satunya adalah Veni Ng Fun Lim, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2 yang bergabung sejak tahun 2011. Ia mengisi formasi pada posisi G18-13. Ia sangat antusias untuk mengambil bagian dalam acara Waisak, dimulai dari mengikuti latihan dengan sepenuh hati hingga dapat mengikuti gerakan yang dilakukan dengan baik.

“Saya merasa sangat senang bisa mengikuti perayaan Waisak Tzu Chi. Suasana perayaan Waisak ini mengingatkan kembali untuk menjalankan ajaran Master Cheng Yen untuk membersihkan hati dan pikiran,” kata Veni semringah.

Mengetahui tahun ini Tzu Chi berusia 30 tahun, Veni menyampaikan bahwa kehadiran Tzu Chi di Indonesia terus memberikan dampak yang sangat baik untuk menyebarkan kebaikan di tengah masyarakat. Ia berharap Tzu Chi dapat terus menyebarkan kebaikan dan relawan terus bertambah sehingga semakin banyak orang yang mengikuti jejak Master Cheng Yen.

Selain Veni dan relawan lain, formasi angka 30 ini juga diisi oleh peserta umum, salah satunya adalah Anton Santoso yang mengetahui adanya acara ini dari salah seorang relawan Tzu Chi di komunitas He Qi Barat 2. Sebelumnya Anton sudah sering mendengar dan melihat berbagai misi Tzu Chi dan merasa sangat senang juga tersentuh, kali ini dia pun terharu karena ternyata ia sendiri bisa ikut ambil bagian dalam formasi Waisak Tzu Chi.

“Pada perayaan ini saya merasakan banyak yang berbeda dengan Waisak yang pernah saya hadiri sebelumnya, sangat bagus dan luar biasa,” ucap Anton yang tahu Tzu Chi sejak tahun 2004. Di momen menyambut 30 tahun Tzu Chi Indonesia ini, Anton juga berharap Tzu Chi terus berkesinambungan untuk melakukan kegiatan kemanusiaan. “Semoga dapat terus berdedikasi dalam memberikan kontribusi yang bermakna bagi masyarakat dan lingkungan sekitar,” harapnya.

Cahaya Kunang-Kunang Menerangi Dunia
Pada momen menginjak 30 tahun ini, relawan sama-sama menyadari bahwa Tzu Chi Indonesia tidak akan ada dan berkembang dalam membantu sesama apabila tak ada benih bajik. Selanjutnya, dengan adanya Tzu Chi hingga Tzu Chi bisa memperoleh kepercayaan masyarakat pun merupakan hasil dari kerja keras dan sumbangsih para relawan untuk masyarakat yang membutuhkan.

Para Bhikkhu Sangha memimpin upacara Waisak dengan memandikan rupang Buddha dan dilanjutkan oleh relawan serta peserta.

Master Cheng Yen menuturkan bahwa setiap orang bagaikan kunang-kunang yang membawa cahaya yang kecil apabila ia sendiri, namun menjadi penerang apabila berkumpul bersama. Relawan Tzu Chi pun demikian, apabila hanya mengandalkan tenaga satu orang saja maka akan sulit untuk membantu sesama. Sebaliknya apabila relawan bersatu hati, saling ramah tamah, saling mengasihi, dan bergotong royong maka akan timbul kekuatan yang besar hingga bisa memberikan manfaat dan sumbangsih yang nyata untuk orang yang membutuhkan.

Sesuai dengan Tema Waisak: 30 Tahun Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei juga menuturkan bahwa rasa syukur tak ada habisnya melihat perkembangan Tzu Chi bisa benar-benar bermanfaat untuk masyarakat di Indonesia. Dalam pepatah Tiongkok, Liu Su Mei mengingat terdapat istilah hidup mandiri pada umur 30 tahun. Tzu Chi bisa belajar dari pepatah ini.

“Kita berharap kita bisa terus menginspirasi lebih banyak orang lagi. Semoga empat misi Tzu Chi dan Tzu Chi di luar kota bisa berakar lebih mendalam sehingga kita bisa membangkitkan lebih banyak cinta kasih. Dengan adanya niat bajik dalam hati, keluarga akan lebih harmonis, begitu juga dengan masyarakat,” tutur Liu Su Mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

Teks: Metta Wulandari, Hanifa (He Qi Barat 2)
Foto: Halim Ong (He Qi Barat 1), James Yip (He Qi Barat 2), Joelianto (He Qi Utara 1)
Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -