Sanitasi Sehat, Kualitas Hidup Meningkat

Kebahagiaan Karyono dan Jasiem bersama cucunya yang mendapatkan bantuan jamban sehat dari Tzu Chi dan organisasi lainnya. Bantuan jamban sehat ini sebagai upaya untuk mengatasi kesulitan sanitasi warga sehingga tidak lagi BAB sembarangan dengan menggali tanah atau membuangnya di kolam ikan.

Salah satu indikator kualitas kesehatan masyarakat yang baik salah satunya adalah adanya sarana sanitasi yang baik. Di beberapa daerah di Indonesia, masih ada beberapa wilayah yang warganya belum memiliki sanitasi memadai, khususnya ketersediaan jamban. Hal ini yang menjadi perhatian Tzu Chi yang coba diwujudkan melalui Program Jambanisasi Sehat.

*****

Program Jambanisasi Sehat yang dilaksanakan di 5 kabupaten di Jawa Tengah (Banjarnegara, Banyumas, Kebumen, Pemalang, dan Brebes) telah dimulai sejak Januari 2022 dengan target 3.500 jamban. Program yang terus berjalan hingga tahun 2023 ini merupakan kerja sama dari Tzu Chi Indonesia bersama Pemprov Jawa Tengah, Pangdam Diponegoro, Pengusaha Peduli NKRI, dan Eka Tjipta Foundation yang menjadi salah satu bagian dari pengentasan kemiskinan ekstrem di wilayah Jawa Tengah.

Dari kelima wilayah tersebut, Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten yang menjadi prioritas pertama. Sebanyak 1.745 jamban dibangun untuk memenuhi kebutuhan sanitasi bagi warga Kabupaten Banjarnegara yang tersebar di 25 kecamatan. Pembangunan jamban-jamban tersebut dilakukan dengan dukungan Kodim 0704/Banjarnegara yang terjun langsung ke rumah- rumah warga yang mendapat bantuan.

Salah satu warga penerima bantuan Jamban Sehat ini adalah pasangan suami istri Karyono (65) dan Jasiem (60), warga Desa Kebondalem, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Letak geografis Desa Kebondalem ini sebagian besar terdiri dari tegalan dan sebagian besar penduduknya menjadi buruh tani. Banyak warga yang hidup dalam kondisi ekonomi kekurangan. Bahkan ada yang tidak memiliki sarana sanitasi (jamban) yang layak seperti yang dialami keluarga Karyono.

Setiap hari Karyono bekerja sebagai pencari pasir di desanya, sedangkan Jasiem menjadi buruh tani serabutan. “Setiap hari jadi petani, tapi kalau ada tetangga yang nyuruh, saya mau kerja apa saja selama saya masih bisa. Nyapu, resik-resik (bersih-bersih),” ungkap Jasiem. Keterbatasan inilah yang membuat keluarga mereka masuk dalam kategori keluarga prasejahtera (miskin). Alih-alih untuk membuat jamban, rezeki yang didapat hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Harusnya Mudah, Tapi Menjadi Sulit
Hidup di desa memang apa adanya, begitu pula dengan pasangan suami istri ini. Selama 40 tahun tinggal di RT02/10 Desa Kebondalem, keberadaan jamban bukan menjadi hal yang “penting” bagi mereka, walaupun sebenarnya ada keinginan untuk memilikinya.


Untuk mandi, baik Karyono, Jasiem, maupun anggota keluarga lainnya menggunakan kamar mandi yang hanya ditutupi oleh bambu. Sedangkan untuk buang air besar (BAB) karena tidak memiliki jamban, mereka membuang kotoran sembarangan dengan menggali tanah di sekitar rumah atau membuangnya di kolam ikan. Padahal bahaya dan dampak yang ditimbulkan dari BAB sembarangan adalah pencemaran lingkungan, bahkan bisa menimbulkan stunting bagi pertumbuhan manusia.

“Gali lobang, nek mboten teng mblumbang (kalau tidak ya dibuang di kolam),” kata Jasiem menceritakan bagaimana ia dan keluarga BAB setiap harinya. Tentunya tidak sesederhana jika memiliki jamban. Saat ingin buang hajat, Jasiem harus segera membawa alat-alat. “Mbeto ember, toya, ciduk, kaleh linggis (bawa ember, air, gayung, sama linggis),” tambahnya.

Proses buang hajat yang sederhana menjadi terasa rumit karena fasilitas yang amat terbatas. Hal itu juga dilakukan oleh 7 anggota keluarga (suami, anak, menantu, dan cucu) yang tinggal bersamanya. Kondisi seperti ini sudah berlangsung puluhan tahun.

Ketiadaan jamban bagi keluarga Karyono juga memiliki tantangan tersendiri. Apalagi saat ingin BAB pada waktu malam hari karena di sekeliling rumah hanya terdapat area kebun singkong dan jagung. “Takut – nggak takut, ya keluar,” kenang Jasiem setengah tertawa. Selain harus membawa banyak peralatan dan membawa senter sebagai penerangan, tantangan berikutnya adalah jika bertemu binatang dan saat turun hujan. BAB yang harusnya hal yang mudah dan lumrah, tapi menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi keluarga Karyono.

Lain lagi jika cucu Karyono dan Jasiem yang ingin BAB. Karena anak-anak lebih susah diaturnya maka harus ekstra hati-hari terutama malam hari. “Dulu cucu juga kalau mau BAB ya ikut. Trus dipegangin juga biar nggak kepleset,” jelas Jasiem. “Makanya saya dibantu jamban saya bersyukur. Alhamdulillah kepada Gusti Allah,” tambahnya.

Ada satu pengalaman yang tidak mengenakkan baginya. “Nggih angger ndalu trus medal ngaggem oncor (kalau malam hari ya keluar bawa obor/senter). Kadang mlampah (melangkah) kepleset, ambles. Kulo mpun tau kecemplung (saya pun sudah pernah tercebur kolam),” kenang Karyono sambil tertawa terpingkal-pingkal.

Jasiem bersyukur keluarganya kini memiliki jamban sehat setelah bertahun-tahun harus BAB di sembarang tempat.

Setelah disurvei dan didata oleh Pemkab Banjarnegara, Kodim 0704/Banjarnegara, dan aparatur Desa Kebondalem, keluarga Karyono segera mendapat bantuan pembangunan jamban. “Nggih (ya) seneng, bersyukur, Alhamdulillah,” ungkap Karyono.

Proses pembangunan jamban yang tidak memakan waktu lama juga membuat keluarga Karyono bisa lebih cepat merasakan BAB dengan nyaman dan sehat. Sudah hampir satu tahun, mereka tidak perlu lagi membawa banyak peralatan untuk buang hajat. Sekarang cukup membuka pintu saja, dan proses buang hajat.

“Perubahannya udah nggak gali-gali lubang buat buang air besar, sekarang udah senang sekali. Kulo matur nuwun sanget, diwei jamban. Saniki mpun Alhamdulillah (Saya berterima kasih sekali, dapat beras sama dikasih bantuan jamban. Sekarang sudah nyaman),” kata Jasiem sambil tersenyum lebar.

Bersyukur Dibantu Tzu Chi
Tak jauh dari rumah Karyono ada juga Tarsem (55), warga Desa Kebondalem yang juga menerima bantuan jamban. Tarsem tinggal bersama suaminya, sedangkan dua anaknya sudah berkeluarga dan masing-masing tinggal di luar Banjarnegara. Setiap hari Tarsem dan suaminya bekerja serabutan. “Kadang kalau ada yang nyuruh, ya nyangkul rumput di ladang. Kalau nggak ada yang nganggur. Suami juga sama,” cerita Tarsem.

Dari hasil kerja serabutan ini, Tarsem mengaku hidup mereka sangat prihatin. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja masih jauh panggang daripada api. “Nggak cukup hasilnya, ya apa adanya buat makan. Kalau ada ya bisa makan enak, kalau nggak ada ya seadanya,” kata wanita tiga cucu tersebut.

Relawan Tzu Chi meninjau jamban sehat milik Tarsem di belakang rumahnya. Ia kini tidak lagi BAB sembarangan di sekitar rumahnya.

Saat Tzu Chi Indonesia bersama Pemprov Jawa Tengah, Sinarmas, Kodim 0704/Banjarnegara, Pemkab Banjarnegara mengadakan baksos kesehatan umum dan pembagian beras di SMP 5 Bawang, Banjarnegara pada 17 Desember 2022, Tarsem menjadi salah satu penerima bantuan beras.

“Kadang masak tiga gelas sehari, dan beras ini bisa buat seminggu. Kalau beli beras sendiri kadang curahan, disesuaikan dengan uang yang ada. Sekarang bisa hemat, uangnya buat beli ikan asin, tahu tempe, sayur, minyak, atau sabun gitu,” kata Tarsem bersukacita.

Kebahagiaan Tarsem semakin lengkap karena ia juga dibuatkan jamban oleh Tzu Chi di belakang rumahnya. Biasanya untuk buang hajat, Tarsem membuangnya di kolam ikan yang di atasnya diletakkan beberapa batang bambu untuk pijakan. “Seneng banget, jadi nggak buang air besar di kolam ikan,” ungkap Tarsem.

Bantuan jamban dari Tzu Chi dan beberapa organisasi lainnya ini sangat berarti bagi Tarsem dan 3.500 keluarga penerima bantuan lainnya. Di tengah kehidupan mereka yang serba paspasan, ada secercah harapan untuk memiliki sarana sanitasi yang layak, baik, dan sehat.

“Kalau ibu bikin sendiri nggak mampu, soalnya ibu nggak punya apa-apa (uang). Kalau punya uang saat suami lagi kerja di ladang orang. Saya ucapin terima kasih banyak sama Buddha Tzu Chi buat semua bantuannya. Semoga semuanya panjang umur, berkah barokah rezekinya dan sehat walafiat,” kata Tarsem tersenyum.

Sekretaris Umum Tzu Chi Indonesia, Hong Tjhin yang turut mengunjungi pembangunan Jamban Sehat di wilayah Kabupaten Banjarnegara juga merasa senang bisa berinteraksi dengan warga penerima bantuan. Walaupun belum selesai semuanya, Hong Tjhin bersyukur sudah banyak warga yang rumahnya memiliki jamban sehat serta merasakan manfaat dengan adanya sanitasi yang baik di rumah.

“Kita harapakan ke depan bukan hanya dibangun, tetapi juga digunakan dan dirawat supaya apa yang kita sumbangsihkan dapat berkelanjutan. Kita juga berterima kasih kepada Pengusaha Peduli NKRI, para donatur, dan relawan serta pihak terkait sehingga bisa lebih membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan khususnya di Jawa Tengah ini,” kata Hong Tjhin.

Teks dan Foto: Arimami Suryo A.
Seulas senyuman mampu menenteramkan hati yang cemas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -