Satu Juta Kuntum Teratai

Bangunan Tzu Chi Hospital telah berdiri kokoh, namun peralatan dan fasilitas di dalamnya masih terus dilengkapi demi memberikan pelayan terbaik untuk pasien (atas). Setelah berdana, para donatur dikirimkan tanda terima dalam bentuk foto dan video animasi bunga teratai (kiri).

Sejak disosialisasikan pada 1 Mei 2021, program donasi Satu Juta Kuntum Teratai Hati mendapat respon sangat positif dari masyarakat. Dari relawan Tzu Chi hingga masyarakat umum semuanya antusias berdana. Hingga 1 September 2021, telah terkumpul 26.077 kuntum teratai hati.

*****

Bangunan Tzu Chi Hospital sudah berdiri kokoh, namun peralatan dan fasilitas di dalamnya masih terus dilengkapi demi memberikan pelayanan terbaik. Karena itu, penggalangan dana untuk rumah sakit bermotto Menyelamatkan Kehidupan, Menjaga Kesehatan, dan Mewariskan Cinta Kasih ini, masih dilakukan.

Menurut Oktavia, staf Yayasan Buddha Tzu Chi yang menjadi koordinator penggalangan donasi dalam program bernama Satu Juta Kuntum Teratai Hati ini, hingga 1 September 2021 tercatat 26.077 kuntum teratai hati yang sudah masuk ke kas donasi. Ia tidak menyangka antusias masyarakat bisa begitu besar.

“Data yang masuk setiap hari itu di luar prediksi. Awalnya kami pikir untuk nominal satu kuntum teratai satu juta rupiah itu sangat besar apalagi di kondisi pandemi seperti ini. Tapi di luar dugaan, masyarakat sangat antusias berdonasi,” ujarnya.


Penggalangan dana ini awalnya diluncurkan melalui relawan Tzu Chi yang disebar melalui grup-grup WhatsApp. Ada juga yang dipublikasi melalui media sosial Tzu Chi Indonesia sehingga masyarakat umum yang tidak terhubung dengan relawan maupun kantor Tzu Chi, juga dapat berdana. Donasi lalu berdatangan dari masyarakat di seluruh penjuru nusantara yang walaupun berbeda usia, mata pencaharian, latar belakang dan budaya, tapi memiliki satu kesamaan yaitu semangat cinta kasih yang tulus.

Seperti Samanta, gadis cilik berusia 10 tahun, saat mamanya memperlihatkan tanda terima yang tercantum namanya dan memberitahu bahwa dirinya berdonasi untuk Tzu Chi Hospital, Samanta langsung membuka celengan dan menyerahkan uang donasi kepada mamanya.

“Ini Ma uang aku, aku yang berdana pribadi untuk Tzu Chi, jadi nggak usah pakai uang Mama ya,” ujar Samanta pada mamanya, Vera Lestari.
Menerima uang donasi dari Samanta saat itu, Vera merasa kaget sekaligus terharu. Ia pun bangga karena Samanta tergerak sendiri untuk bersumbangsih. Vera mengetahui program donasi ini dari temannya, Anggita Vica yang merupakan relawan Tzu Chi. Kuntum Teratai dari Samanta adalah salah satu dari 36 kuntum yang sudah berhasil digalang Vica.

“Mungkin dalam bayangan kita donasi itu cuma untuk bangun gedung, tapi kalau gedung tanpa fasilitas yang baik, kita kan juga susah menegakkan diagnosa. Kalau Tzu Chi bisa memberi fasilitas mesin yang bagus, peralatan canggih, otomatis dokter lebih mudah mendiagnosa pasien,” ujar Vica yang juga seorang dokter.

Samanta memperlihatkan tanda terima donasi yang tercantum namanya, ia senang dapat berpartisipasi dalam Program Donasi Kuntum Teratai ini.

Kuntum Teratai Bermekaran
Selain Anggita Vica, ada juga Yusniaty yang telah menggalang 92 kuntum teratai dari teman-temannya yang tersebar di Makassar, Sulawesi, Batam, bahkan Beijing. “Padahal teman-teman saya tidak di Jakarta, tapi mereka ingin bersumbangsih. Mereka pikir ini adalah kesempatan bersumbangsih. Saya happy, sangat bersyukur, rasanya lebih senang daripada dapat uang buat diri sendiri,” ungkap relawan Tzu Chi Jakarta ini.

Begitu semangatnya menggalang donasi, target yang awalnya hanya 20-30 kuntum akhirnya bisa terlampaui. “Ini salah satu usaha kita mendukung rumah sakit. Dengan begitu banyak yang ikut, mereka juga ikut berdoa untuk rumah sakit, untuk kesehatan semua orang juga,” ucap Yusniaty.

Sementara itu, kesempatan menanam berkah kesehatan ini juga tidak dilewatkan oleh Celyn Laurenzy dan Robert Tedja. Pasangan suami istri ini adalah putri dan menantu dari relawan Tzu Chi, Siswanto dan Shelly Widjaja. Bertepatan pada hari pernikahan mereka 29 Mei 2021 lalu, Celyn dan Robert mendonasikan 1.000 kuntum teratai yang mana adalah dana yang mestinya terpakai jika mengadakan pesta pernikahan.

“Jadi uang yang dihemat ditambah sedikit angpau, ya mereka (kedua mempelai) mau donasikan, ya sudah, pas ini ada program Kuntum Teratai,” kata Shelly.

Pernikahan Celyn dan Robert awalnya direncanakan digelar di Bali, namun urung dilaksanakan karena pandemi. Mereka hanya menggelar upacara pemberkatan sederhana di Jakarta, dan sama sekali tidak mengadakan resepsi.

“Jadi yang penting kita ada sense of crisis. Orang banyak yang sakit sementara kita hore-hore, itu kurang sense of empathy-nya. Jadi semua ya langsung setuju (untuk tidak mengadakan pesta),” papar Shelly.

Pasangan Celyn Laurenzy dan Robert Tedja yang baru menikah, mendonasikan 1.000 kuntum teratai yang mana adalah dana yang mestinya terpakai jika mengadakan pesta pernikahan.

Shelly sendiri sudah menggalang 600-an kuntum teratai di samping 1.000 kuntum ini. “Kita maunya Tzu Chi Hospital sukses, artinya sesuai dengan arahan Master Cheng Yen, yaitu menjadi rumah sakit untuk orang yang membutuhkan. Ya fungsi rumah sakit kan mengobati orang sakit, tapi Master Cheng Yen ingin rumah sakit yang benar-benar ada cinta kasihnya,” ungkap Shelly.

Dana Kecil Amal Besar
Satu kuntum teratai dalam program donasi ini adalah senilai satu juta rupiah, lalu bagaimana dengan mereka yang secara finansial tidak mampu berdana sebanyak itu? Master Cheng Yen berkata, “Berdana bukanlah hak istimewa orang kaya, namun adalah partisipasi dari orang-orang berniat baik.” Asalkan berniat baik maka jangan takut tidak ada jalan.

Donasi Kuntum Teratai ini bukan saja datang dari orang-orang dengan ekonomi mapan, namun satu kuntum teratai juga dapat terkumpul sempurna dari sekelompok orangorang berniat baik. Seperti yang dilakukan oleh Hendry Cahyadi. Setelah mengetahui adanya program ini, relawan yang dulunya tumbuh dari Tzu Ching (relawan muda mudi Tzu Chi) ini lalu menginisiasi dan mengajak relawan Tzu Ching lainnya untuk berdonasi dengan nominal kelipatan 10 ribu rupiah.

“Kalau anak muda, mungkin kalau sendirisendiri (berdana) ada yang terasa berat, tapi rame-rame bisa lebih semangat, dan supaya anak-anak muda ini juga punya kesempatan (berdana),” jelas Hendry.

Benih Teratai adalah sebutan yang ia sematkan pada donasi kelipatan 10 ribu rupiah itu, sehingga 100 Benih Teratai yang terkumpul akan menjadi 1 Kuntum Teratai. Dana tersebut dikumpulkan dalam satu rekening dan setelah mencapai satu juta rupiah maka langsung didonasikan menjadi Kuntum Teratai.

“Karena masa pandemi, yang bisa dilakukan juga terbatas, jadi alangkah baiknya kalau bisa menghimpun kebajikan bersama-sama. Selain tidak memberatkan, juga menanam berkah dan sama-sama menjadi bagian dari sejarah,” ucap Hendry.

Donasi Benih Teratai ini pun mendapat sambutan sangat positif dari para Tzu Ching. Di awal, Hendry hanya menargetkan terkumpul 4 kuntum teratai. “Ternyata waktu itu pas hari pertama kita ajak, udah langsung terkumpul 11 kuntum. Memang di hari-hari awal mungkin pada semangat, jadinya cepat ya, haha,” ujarnya gembira.

Benih Teratai yang diinisiasi Hendry Cahyadi (depan, kedua dari kiri), berhasil mengumpulkan 27 kuntum teratai dari 176 donatur. Keterbatasan ekonomi tidak menghalangi relawan muda mudi Tzu Ching untuk berpartisipasi.

Dan ternyata donasi Benih Teratai ini juga mendapat respon dari relawan-relawan Tzu Ching di luar Jakarta, yang mana target awal Hendry sebenarnya hanya wilayah Jakarta. Salah satu yang ikut menggalang donasi ini adalah Novia, relawan Tzu Ching Singkawang. Mengetahui adanya Benih Teratai ini, ia pun jadi semangat.

“Satu teratai itu kan satu juta rupiah, rasanya agak gimana berat gitu, saya baru lulus kuliah, lingkup saya juga teman-teman yang baru lulus, jadinya engga berani ajak teman-teman. Nah pas di grup Tzu Ching ada Benih Teratai, langsung mikir.. wah kesempatan bagus nih ajak teman-teman. Di samping enggak memberatkan, juga ikut andil dalam pembangunan rumah sakit yang nantinya membantu banyak orang,” ujar Novia yang baru lulus dari STIE Mulia Singkawang ini.

Novia lalu mengajak teman-temannya, dan temannya mengajak teman lagi, sehingga donasi pun terkumpul dengan cepat. Ia mengaku tidak sulit karena teman-temannya juga menyambut baik.

“Melihat mereka semangat, dengan polos-polos gitu mau bersumbangsih, itu saya udah sangat sukacita,” ujar Hendry.

Selain Singkawang, Tzu Ching dari beberapa kota lainnya juga berpartisipasi. Dari total 176 orang yang tergalang hatinya, terhimpun sebanyak 27 kuntum teratai, melebihi target awal Hendry yang hanya 4 kuntum.

Tzu Chi Hospital sendiri telah beroperasi sejak 14 Juni 2021, dengan membuka pandemic ward berkapasitas 56 tempat tidur yang menerima pasien Covid-19. Walau sempat terkendala karena kekurangan tenaga medis, namun pelayanan terhadap pasien tetap diutamakan. Hingga Agustus 2021 Tzu Chi Hospital telah membantu kelahiran 16 bayi yang ibunya positif Covid-19, bagian Medical Checkup sudah melayani 390 orang, dan pemeriksaan swab PCR/antigen sebanyak 3.418 orang. Tzu Chi Hospital juga telah Soft Opening pada 1 Oktober 2021 dengan membuka layanan rawat jalan.

Teks: Erli Tan, Khusnul Khotimah, Metta Wulandari
Foto: dok. Tzu Chi Indonesia
Lebih mudah sadar dari kesalahan yang besar; sangat sulit menghilangkan kebiasaan kecil yang buruk.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -