Sebuah Keajaiban Bernama Implan Koklea

 
Masayu Aini Gunawan (11) telah hidup dalam kesunyian selama 10 tahun karena terlahir dengan disabilitas tuli. Berkat bantuan alat implan koklea dari Tzu Chi, si anak cantik dan kakak yang penyayang ini mulai bisa mendengar dan mulai bisa berbicara.

*****
 
“A.. Yu,” ucap Rifda Julfiah (31) kepada anak sulungnya itu dalam jarak setengah meter.

“A.. Yu,” Ayu menirukan. Artikulasinya jelas.

“Sa.. Si,” ucap sang ibu lagi.

“Sa.. Si.”
“Pintar...” Suryani dan Fie Lan, relawan Tzu Chi yang datang untuk melihat kondisi Ayu pascaoperasi pemasangan implan koklea ini tak bisa menahan diri untuk memuji Ayu.

Pada 19 Februari 2020 lalu, Masayu akhirnya menjalani operasi pemasangan implan koklea pada telinga sebelah kiri di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Implan koklea merupakan alat bantu dengar yang dipasang di dalam rumah siput (Cochlear) yang berfungsi merangsang saraf pendengaran secara langsung dan menggantikan sebagian fungsi rumah siput dalam menangkap dan meneruskan gelombang suara ke otak. Oleh otak, gelombang listrik ini diterjemahkan sebagai suara.

Saat ini, orang tua Ayu, terutama sang ibu, Rifda terus melatih pendengaran Ayu, juga kemampuan berbicara Ayu.

“Saya ulang-ulang. Ini saja sampai tiga bulan dapat kata (bisa mengucapkan) nama-nama temannya, Sasi, Rara, saya bangga banget,” kata Rifda.

“Bangga Alhamdulillah, bersyukur kami,” sahut sang ayah, Endra Gunawan (45) yang tak kuasa membendung air matanya.

“Pas dapat kata-kata, nama-nama temannya, saya baru benar-benar mengerti, oh begitu ya, tiga bulan pun harus diulang, harus rajin kitanya. Jadi awalnya gregetan, kok nggak dapat-dapat sih. Alat implan ini kan mahal, eh kesini-sini, oh begini cara kerjanya implan ini. Kayak dari nol lagi,” tambah Rifda.

Meski pengucapan Ayu belum sepenuhnya jelas, namun Ayu sudah bisa dengar dan memahami apa yang diucapkan ibunya. Adapun kata pertama yang Rifda ajarkan setelah implan ini adalah Ayu, namanya sendiri.

“Saya kan terus panggil, ‘A .. Yu, A.. Yu’. Tapi dia masih bilang, ‘A..U’. ‘Bukan Au, Ayu’,” ujar Rifda.


Selain terus melatih Ayu di rumah, Rifda rajin pergi ke Yayasan Rumah Siput Indonesia untuk keperluan mapping. Mapping adalah proses menyesuaikan suara yang diterima pengguna alat implan yang dilakukan secara berkala untuk menyesuaikan fungsi alat, sesuai perkembangan kemampuan pengguna dalam mendengar dan berbicara.

“Saya balik lagi mapping, ‘Pak, ini I-nya belum dapat, lalu dibesarkan lagi sama dia. I dia bilangnya E (E Pepet), waktu pakai alat bantu dengar (ABD), Ayu bilang I itu E (E pepet), jadi masih terbawa. Padahal dia mau bilang I, pelan-pelan dia bisa bilang I. Sehabis itu mulai bertahap A I U E O,” sambung Rifda.

Ada cerita yang selalu membuat Rifda meneteskan air mata jika teringat itu. Setelah proses switch on pada alat implan di RSCM Jakarta saat itu, Rifda dan Ayu pun pulang ke rumah dengan naik bus Transjakarta. Kondisi jalanan di Jakarta seperti biasanya, selalu ramai, apalagi jika pengendara saling membunyikan klakson.

“Ma, bu..nyi pe..nuh,” kata Ayu terheran-heran.

“Bu..kan pe..nuh, ra..mai,” Rifda membetulkan.

“Ra..mai,” kata Ayu mengulang.

“Te..ri..ma ka..sih Ma..ma..,” kata Ayu langsung memeluk ibunya.
 
Tampak sang ibu tengah mengetes kemampuan mendengar dan berbicara Masayu yang dari ke hari semakin bagus.

Hati Rifda yang sekian lama kemarau karena beratnya perjuangan mencarikan bantuan alat implan koklea bagi Ayu pun bagai terguyur air hujan. Air matanya tumpah dipenuhi kebahagiaan.

Dokter menyarankan agar Ayu menggunakan alat bantu dengar (ABD) yang harganya juga tak murah bagi ayah Ayu yang bekerja sebagai satuan pengamanan atau Satpam di sebuah proyek bangunan di Menteng, Jakarta Pusat. Bersyukur, Ayu dapat bantuan dari sebuah lembaga dengan program Indonesia Mendengar. Alat tersebut bergaransi dua tahun saja sehingga selanjutnya orang tua Ayu harus membayar biaya perbaikan alat tersebut sendiri.

Rifda juga mengikutkan Ayu terapi dan juga menyekolahkannya di sebuah sekolah inkulusi, Sekolah Aluna di bilangan Jakarta Selatan. Jarak sekolah yang jauh ini ditempuh dengan kereta api serta angkutan umum.

“Waktu belum pakai alat implan (bantuan Tzu Chi), saya sering menangis di jalan. (Sekarang) sudah hilang masa sedih itu. Pokoknya sudah senang sekarang. Rasa pahit itu sudah hilang,” kata Rifda menyeka air matanya.

Tahu Tentang Tzu Chi
Pada tahun 2018, saat Ayu berusia 9 tahun, kondisi pendengaran Ayu menurun. Dokter pun memberi saran agar Ayu memakai implan koklea. Yang menjadi berat bagi orang tua Ayu, tentu terutama harga implan koklea yang jauh lebih mahal lagi dari ABD, yakni sekitar 150 juta rupiah untuk satu telinga saja. Rifda sempat mengajukan bantuan ke sebuah lembaga, namun tak dikabulkan karena harganya yang mahal.

Sebenarnya sejak Ayu berusia empat tahun, Rifda sudah mendengar tentang Tzu Chi dari tayangan DAAI TV yang kerap menolong masyarat yang kesulitan, baik yang tertimpa bencana atau yang sakit. Kebetulan Rifda mempunyai teman yang pernah mengajukan bantuan ke Tzu Chi berupa implan pendengaran, namun belum memenuhi persyaratan sehingga belum dapat dibantu. Ini juga yang membuat Rifda ragu untuk mengajukan bantuan. Namun di sisi lain Rifda sangat penasaran untuk mencoba.

Bayangan soal masa depan Ayu akhirnya membuat Rifda nekat. Pada 3 November 2018, orang tua Ayu pergi ke Kantor Komunitas Relawan Tzu Chi di Xie Li PGC di pusat berbelanjaan PGC Jakarta Timur untuk mengajukan bantuan implan koklea. Oleh relawan di PGC, Rifda disarankan langsung mengajukan ke Kantor He Qi Pusat di ITC Mangga Dua supaya dapat segera diproses.

Dan benar saja, tujuh hari kemudian, tim relawan dari He Qi pusat, termasuk Suryani dan Fie Lan datang ke rumah mereka untuk menyurvei keadaan keluarga ini.

Masayu ditemani Rifda mengikuti sekolah daring.

Kesabaran dan keyakinan bahwa anaknya akan mendapat pertolongan terus dipupuk oleh Rifda. Segala upaya itu pun akhirnya berbuah manis. Orang tua Ayu diundang untuk datang ke Kantor Tzu Chi Indonesia di Pantai Indah Kapuk. Mereka bertemu dengan staf Bakti Amal, untuk didalami lagi keadaan keluarga ini, juga melihat kemungkinan berhasilnya alat implan ini di telinga Ayu.

Pada 18 Desember 2019, permintaan tersebut akhirnya disetujui. Segala kekurangan terkait tes-tes kesehatan pun dilakukan. Pada 19 Februari 2020, Ayu akhirnya menjalani operasi pemasangan implan koklea pada telinga sebelah kiri di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Sangat Bangga dengan Ayu dan Perjuangan Sang Ibu
Melihat perkembangan Ayu yang signifikan, baik Suryani dan Fie Lan dipenuhi dengan sukacita. “Kami sampai terharu, sampai tidak bisa ngomong ya. Karena kami lihat masa depan Masayu ini kan panjang. Lalu kemauan anaknya ini, semangatnya dia, dia mau belajar, dapat dukungan dari Mamanya yang begitu kuat. Waktu kami survei pertama mamanya juga sangat berusaha demi anaknya,” kata Suryani.

Melihat kesungguhan ibu Ayu, Fie Lan yakin Ayu akan tumbuh menjadi anak yang mandiri dan juga berguna bagi lingkungannya kelak.

“Saya juga tersentuh sekali dengan mamanya Ayu. Begitu semangatnya, kesabarannya. Seorang ibu mengajak anaknya berobat sampai hujan kehujanan, panas kepanasan, bolak-balik naik kendaraan umum, saya sangat terharu sekali. Saya juga gan en dengan Tzu Chi bisa bantu Ayu supaya Ayu lebih pulih lagi pendengarannya,” kata Fie Lan berkaca-kaca.

Baik Rifda sang ibu, juga Endra, sang ayah, tak henti-hentinya mengucapkan syukur dapat mengenal Tzu Chi yang membantu mereka membukakan jalan yang terang bagi masa depan Ayu.

“A … Yu … bi … lang a..pa ke Tzu Chi?” kata Rifda, kepada putri cantiknya itu.

“Te..ri.. ma ka…sih a..tas ban…tu…an…nya. Sa…ya cin…ta Tzu Chi,” kata Ayu.

Suryani dan Fie Lan, relawan Tzu Chi yang dipenuhi dengan sukacita melihat kondisi Ayu yang sekarang. Kedua relawan Tzu Chi ini sejak awal mengikuti perkembangan Ayu dan merupakan saksi hidup perjuangan Rifda, seorang ibu agar anaknya bisa mendengar.

Suryani dan Fie Lan terkejut, karena bahkan Ayu masih merekam memori saat bersama relawan Tzu Chi setahun yang lalu.

“Iya saya juga tidak sangka, kan sudah setahun setengah lebih, waktu itu juga adiknya masih bayi, saya main dengan Dwi sama Balqis. Saya ajarkan isyarat tangan Tzu Chi ke Ayu. Dan kami ajarkan kalimat SAYA CINTA TZU CHI ke Ayu, ternyata dia masih ingat, saya terharu sekali,” kata Fie Lan dengan mata yang berkaca-kaca.

Semakin Lengkap Kebahagiaan Orang Tua Masayu
Sebenarnya mengapa Ayu tak menjalani operasi pemasangan implan di telinga kanan sekaligus adalah karena terdapat kondisi kelainan di telinga kanan Ayu. Karena itu alat implan koklea untuk telinga kanan Ayu harus didesain khusus.

Dua bulan pascaoperasi di telinga kiri, implan dengan desain khusus tersebut barulah jadi. Namun pandemi Covid-19 lebih dulu datang sehingga operasi pemasangan implan untuk telinga kanan Ayu pun terpaksa ditunda. Demi mencegah penyebaran Covid-19, RSCM saat itu belum bisa melayani operasi pemasangan implan koklea untuk Ayu. Namun Rifda, sekali lagi sangat serius tentang Ayu.

“Karena usia Ayu sudah dewasa. Trus alatnya juga sudah tersedia, kalau ditunda-tunda untuk operasi kasihan untuk Ayu-nya. Saya tidak merayu (dokter), hanya saya menanyakan terus kapan, dokter juga tahu kan makin usianya bertambah semakin mengurangi untuk belajarnya,” kata Rifda.

Upaya agar Ayu segera dioperasi dibantu juga oleh PT Medel yang membuatkan desain khusus untuk implan koklea Ayu. Akhirnya, Dokter Harim yang menangani Ayu memberi solusi, operasi Ayu dipindahkan ke RSPAD Gatot Soebroto.

“Itu pun dari PT Medel juga telpon terus ke RSCM. Jadi dibantu dengan dia juga biar Ayu dipercepat operasinya bagaimana caranya. Jadi yang menangani operasi Ayu masih dokter Harim, dia sebagai (dokter) tamu di RSPAD,” Rifda menambahkan.

Pada tanggal 2 Oktober 2020, akhirnya Ayu menjalani operasi. Operasi yang berlangsung selama dua jam tersebut, yang diiringi dengan lantunan doa tanpa henti dari kedua orang tua Ayu, doa dari guru sekolah dan relawan Tzu Chi ini berjalan dengan lancar. Ayu sangat bahagia.

“Se nang.. le ga, su dah.. a da.. du a.. nan ti.. de ngar nya.. ba gus..,” kata Ayu.

Rifda jadi teringat kejadian lucu namun membuatnya sangat haru saat Ayu baru menjalani operasi implan koklea di telinga sebelah kiri. Sepulang dari mapping di Kantor PT Medel, ia mendapati anak sulungnya berbicara kepada mikrofon, komponen luar implan koklea-nya.

“Pertama dia pakai alat implan, ia lepas. Dia lagi di kamar, saya mengintip. Trus dipakai lagi, didengarkan, dilepas lagi. ‘Tidak boleh rusak ya’,” kenang Rifda, melihat putrinya berbicara sekaligus berdoa.

Kini PR Rifda tinggal berjuang lebih maksimal lagi untuk melatih Ayu dalam mendengar dan bicara.

Kami sangat berterima kasih sudah dibantu oleh Tzu Chi. Semoga Tzu Chi makin jaya, semoga para relawan Tzu Chi sehat selalu semuanya, mudah-mudahan semakin maju agar bisa bantu orang yang kesusahan,” pungkas Ridda. Ayu yang duduk disampingnya tampak memperhatikan ibunya berbicara. Meski belum dapat mendengar secara detail, Ayu sangat mengerti, karena Ayu pun sangat mencintai Tzu Chi.

Penulis: Khusnul Khotimah
Fotografer: Arimami Suryo A.
Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -