Anita: Relawan Tzu Chi Batam
Mengenggam Berkah dan Menjalin Jodoh Baik


“Perbuatan baik harus dilakukan bersama-sama supaya memiliki kekuatan untuk saling menginspirasi."

*****

Gempa Palu tahun 2018 menjadi awal jalinan jodoh saya dengan Tzu Chi. Awalnya saya hanya berniat untuk berdana membantu para korban bencana. Namun, para relawan Tzu Chi Batam mengajak saya untuk tidak sekadar menyumbang, melainkan juga ikut menggalang dana. Saya pun turun ke jalan dan ke pasar bersama relawan. Melihat semangat mereka dalam menggalang dana membuat saya semakin tertarik untuk mengenal Tzu Chi lebih dalam. Saya sempat berkata pada diri sendiri, “Ternyata selain materi saya juga bisa berbuat sesuatu. Suatu pengalaman yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya.”

Setelah dilantik menjadi relawan Abu Putih, saya dipercaya menjadi Wakil Ketua Xie Li Teluk Tering. Kemudian pada tahun 2022, saya mendapat tanggung jawab yang lebih besar sebagai Wakil Ketua Hu ai Batam Centre. Jika di Xie Li lingkup relawan yang saya rangkul masih kecil, maka di Hu ai jauh lebih besar karena melibatkan komunitas dan fungsionaris. Sebagai wakil Hu ai, saya harus mampu merangkul lebih banyak relawan untuk mengambil tanggung jawab. Yang namanya komunitas pasti ada perbedaan pendapat, tetapi justru di situlah ladang berkah saya karena dari situ saya bisa menjalin jodoh dengan semua relawan.

Menjadi Wakil Xie Li maupun Wakil Hu ai adalah sebuah point plus bagi saya. Saya jadi lebih mengenal relawan satu per satu sehingga tahu bagaimana menempatkan mereka pada posisi tertentu. Hal itu sangat memudahkan saya dalam mengkoordinasikan berbagai kegiatan Tzu Chi. Contohnya, pada Pekan Amal Tzu Chi Batam, saya dipercaya sebagai wakil ketua perlengkapan dan peralatan. Karena aktif di komunitas, saya bisa memetakan relawan yang saya butuhkan untuk mendukung saya, dan beruntung sekali tim saya sangat solid.

Sebelum acara, kami sudah mempersiapkan perlengkapan, membersihkannya dari gudang, lalu H-1 semua sudah siap di 57 stan makanan, minuman, hingga snack. Kami juga sudah identifikasi kebutuhan tiap stan, bahkan menyiapkan tim standby untuk refill.

Namun, di hari pertama penggunaan perlengkapan sekali pakai justru jauh di luar perkiraan, bahkan dua kali lipat lebih besar dari rencana kami. Padahal perlengkapan untuk makan di tempat tidak berputar dengan lancar. Situasi makin sulit karena bertepatan dengan libur nasional 17 Agustus, banyak toko yang tutup setengah hari. Kami harus cepat mengecek stok dan segera memesan. Itu menjadi tantangan terberat saya dan tim.

Setelah hari pertama selesai, kami kumpulkan relawan dan melakukan evaluasi. Kami perbaiki sistem, menghimbau setiap stan untuk mengurangi penggunaan perlengkapan sekali pakai. Hasilnya, di hari kedua kegiatan berjalan lebih lancar dan efektif. Pemakaian perlengkapan sekali pakai turun hingga 50%. Dari 1.000 sendok-garpu sekali pakai yang disediakan, hanya 50 pcs yang benar-benar terpakai selama dua hari. Menurut saya, dari sisi pelestarian lingkungan, Pekan Amal kali ini bisa dikatakan sukses.

Setiap mengemban tanggung jawab, saya selalu mengingat ajaran Master Cheng Yen, “Sambil bekerja kita belajar, sambil belajar kita bekerja, dan kita renungkan.” Saya percaya, perbuatan baik harus dilakukan bersama-sama supaya memiliki kekuatan untuk saling menginspirasi. Semangat saya bersama para relawan ingin saya wariskan kepada generasi berikutnya.

Itulah sebabnya hasil penjualan Pekan Amal Tzu Chi Batam 2025 kali ini akan digunakan untuk pembangunan Tzu Chi School di Batam. Harapan saya, sekolah ini nantinya akan melahirkan generasi yang memiliki nilai-nilai luhur dan mampu menyebarkan cinta kasih universal.

Seperti yang dituturkan kepada Rizky Afifah (Tzu Chi Batam)
Kita sendiri harus bersumbangsih terlebih dahulu, baru dapat menggerakkan orang lain untuk berperan serta.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -